Suatu hari seorang kawan senior menyebut saya dengan sebutan “Sang Dwija”.
Mendengarnya saya merasa tersanjung sekali. Sungguh indah, agung dan elegan
sekali sebutan itu. Ya, saya adalah seorang Dwija, Sang Dwija sejati.
Sang Dwija sejati menjadi guru sebagai pilihan hidupnya bukan kerena disuruh orang
tua, karena terpaksa, karena nasib atau takdir, atau karena hal lain. Menjadi
guru adalah panggilan jiwa. Sang Dwija menikmati tugas sebagai seorang guru dan
berkeinginan untuk menjadi guru yang tidak biasa-biasa saja. Guru biasa hanya melakukan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa sesuai dengan tugas pokok guru. Sang Dwija ingin lebih dari itu karena ingin menjadi guru
yang menginspirasi.
Sang Dwija keluar dari zona nyaman dengan mengikuti berbagai kompetisi nasional. Pada
persiapan kompetisi itulah mulai tumbuh
karena ketidaknyamanan yang dialami membuatnya berpikir untuk menyelesaikan
permasalahan demi permasalahan. Saya suka belajar tentang apa saja. Saya siap
berubah ke arah yang lebih baik. Bahkan saya suka belajar dari siapa saja.
Intinya saya selalu terbuka dengan ilmu baru. Saya menyadari bahwa ilmu selalu bergerak dinamis mengikuti perkembangan
teknologi dan zaman. Bisa jadi ilmu saya telah using kerena sudah muncul ilmu
baru. Oleh karenanya saya mau mendengarkan siapapun untuk belajar.
Sang Dwija tidak ingin
menjadi yang hanya bisa menceritakan,
menjelaskan, dan menunjukkan. Saya ingin memberikan inspirasi untuk
para siswa dengan memberikan teladan dan nasihat membangun pada siswa.
Keteladanan tidak perlu banyak bicara tetapi bukti nyata. Dengan perbuatan
nyata tanpa kata-kata, saya harap bisa menginspirasi sehingga bisa melahirkan
siswa yang hebat. Tampaknya ini mudah sekali namun ternyata menjadi seorang
guru yang menginspirasi tidaklah mudah
oleh karenanya saya terus belajar dan memperbaiki kualitas diri.
Sang Dwija adalah manusia
biasa seperti yang lainnya, namun tekanan bekerja terkadang sangat berat untuk dihadapi
karena saya melakukan banya hal diluar tugas utama. Dibalik tuntutan diri itu
saya harus terus menjaga senyum di wajah.
Saya yakin selalu ada sisi terang dari tuntutan diri yang
berat tersebut. Saya terus berusaha untuk menemukan sesuatu yang positif
dalam setiap situasi. Sikap positif bisa mempengaruhi siswa dan berdampak pada
pembentukan karakter.
Sang Dwija juga harus menjadi seorang motivator dengan bahasa yang baik.
Dengan kekuatan bahasa, guru bisa membuat
siswa fokus dan tertarik akan materi yang diajarkan. Selain bahasa kontak mata, bahasa tubuh, perasaan dan ikatan
emosional sangatah penting untuk meningkatkan kualitas mengajar.
Saya mungkin termasuk sang dwija yang kurang pekerjaan, guru tidak lazim
dan guru yang gila. Lihatlah betapa banyak rintangan yang harus saya
lalui. Betapa banyak orang yang
memandang saya sebelah mata dan menghalangi saya untuk maju. Lihatlah pula
apakah saya melayani mereka? Saya tidak mau mengambil pusing apa kata orang
karena akan membuat saya tertekan.
Menuruti kata ofang akan membuat
hidup tidak berkembang. Saya abaikan apa yang orang lain pikirkan tentang saya.
Saya tidak bertugas untuk menyenangkan mereka
bukan?
Tidak sedikit orang
suka menilai orang lain dan tidak mau menilai dirinya sendiri. Saya termsuk
yang orang yang suka menilai orang lain namun saya simpan sendiri penilaiann
itu sebagai instropeksi diri. Orang lain
bisa saja salah dalam menilai saya namun saya justru berterimakasih karena
masih mereka sempat memikirkan saya. Saya tidak terlalu menghiraukan penilaian
orang yain yang salah itu. Banyak hal yang lebih penting yang perlu dipikirkan
daripada hal itu toh saya bukan orang yang harus diistimewakan.
Memiliki pemikiran
yang gila dan aneh dari yang biasanya dipikirkan oleh orang lain memang tidak
selamanya mudah. Rasa takut untuk
mencoba sesuatu pasti dialami oleh setiap orang. Tetapi Sang Dwija ini sudah terbiasa dengan komentar negatif
dari orang lain sehingga saya berani untuk mengambil resiko dan menerima
tantangan. Kegagalan yang menimpa tidak menjadi penghalang sudah siap untuk gagal dan bangkit lagi. Saya
tetap bertahan dan berusaha dalam menghadapi hambatan, kesulitan. Keteguhan hati menuntun untuk tetap semangat meskipun merasa ingin berhenti
atau menyerah. Sikap gigih, sabar dan pantang menyerah terhadap apapun membuat
saya selalu ngotot dalam meraih apa yang
saya diinginkannya walaupun menghadapi hambatan dan tantangan.
Ketika saya melihat
ada batu yang menghalangi jalan hidup saya menghancurkan batu tersebut tanpa
rasa takut. Ternyata rasa takut itu semu. Rasa takut hanya ada
dalam pikiran yang belum tentu benar adanya nyatanya saya bisa menggapai
mimpi-mimpi yang telah diukir sejak
dulu.
Sang Dwija selalu
optimis dan berpikir positif selalu memiliki
pemikiran yang berorientasi masa depan. Sikap optimis dan berpikir
positif akan membuat saya kebal dengan
keterpurukan karena kegagalan. Dalam hidup selalu ada masalah yang harus dihadapi. Sang Dwija mempunyai masa-masa
sulit yang harus disikapi dengan tetap optimis karena hal tersebut sangat
penting untuk meraih mimpi besar dalam hidup.
Begitulah sang Dwija
berproses dan membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini asalkan
impian terus dipancarkan dalam diri dan diiringi usaha untuk mencapainya. Ya, Sang Dwija harus terus menginspirasi
sepanjang waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar