Kegiatan Lomba Kreativitas Guru Tahun 2014 Hari Pertama



      Pembukaan dimulai pada pukul tujuh malam. Aku melihat para peserta kali ini kebanyakan bukan wajah-wajah baru. Mereka adalah pemain lama, Aku sudah bertemu beberapa peserta di beberapa ajang kompetisi guru seperti LIPI, best practice,  simposium inovasi pemebelajaran, dan LKG.  Intinya, mereka adalah orang pilihan.
          Sebelum acara dimulai, panitia memutarkan pengambdian guru SM3T (Sekolah  Mengajar Terluas, terdalam dan terluar). Saya bisa belajar tentang pengabdian dari tayangan tersebut. Para guru muda itu benar-benar berjuang dan mengabdi dalam mendidik anak bangsa. Mereka harus berjuang menakhlukkan medan yang sulit, motivasi masyarakat yang rendah, minimnya alat peraga, sarana prasarana yang sangat jaug dari standar. Oh… sungguh saya terharu melihatnya. Saya merasa tidak ada harganya dibandingkan mereka. Benar, saya masih kurang pengabdian saya dalam mencerdaskan anak bangsa. Padahal, dilihat dari kondisi sekolah dan keadaan siswa saya jauh lebih baik dari keadaan yang ada pada tayangan video itu. Saya menjadi malu sendiri.
          Setelah diperlihatkan tayangan tersebut, Ketua tim juri (Prof. Sudarwan Danim) memberikan pengarahan tentang peraturan penentuan pemenang lomba kreativitas guru dalam pembelajaran. Ada beberapa  hal yang beliau sampaikan hal-hal berikut:
1.     Waktu presentasi tigapuluh menit yaitu 10 menit presentasi dan 20 menit Tanya jawab.
2.    Setiap jenjangnya akan diambil tiga pemenang.
3.    Masing-masing jenjang terdapat tiga juri.
4.    Para juri akan menanya atau menyanggah atau menyarankan.
5.    Sebelumnya, juri menyeleksi naskah berdasarkan kebutuhan dan rasio bidang studi, keunikan dan kegunaannya.
6.    Naskah juara akan diterbitkan pada jurnal PGRI sehingga nantinya bisa berguna bagi guru untuk keperluan kenaikan pangkat
7.    Seleksi dilakukan pada tiga tahapan yaitu tahap administrasi, penentuan finalis, dan penetuan peserta.
8.    Unsur yang dinilai adalah : orisinalitas naskah, kreatifitas, inovasi, spesifik, sesuai dengan karakter siswa, berguna bagi siswa untuk masa yang akan datang, dan menggunakan TIK.
9.    Untuk  undian presentasi, diumumkan tiga pertama, tiga kedua, dan seterusnya.
10. Kegiatan selama di Jakarta adalah sebagai berikut:
1.     Hari pertama: Pembukaan
2.    Hari kedua: Presentasi
3.    Hari ketiga: Upacara bersama Kemendikbud dan pengumuman finalis
4.    Hari keempat: Upacara bersama presiden dan pemberian penghargaan bagi pemenang
5.    Hari kelima: Paparan pemenanag di depan semua peserta dan penutupan.

Demikian untuk sementara kegiatan yang bisa saya laporkan. Isi sambuatan ketua  Badan PSDMPK-PMP menyusul….

Daftar Finalis Lomba Kreatifitas Guru Tahun 2014

      Untuk mengobati rasa penasaran pembaca, saya menuliskan  Daftar Finalis Lomba Kreatifitas Guru Tahun 2014 sebagai berikut:

Jenjang TK
1. Ratna Sari Dewi (Jawa Timur)
2. Agnes Rini Astuti (Bali)
3. Arie (Kaltim)
4. Susi Triliyanti (Jabar)
5. Alifah Indika Mulyanti  Razak (Jabar)
6. Rofiqotul Hasanah (Jateng)

Jenjang SD
1. Suswandi (Jateng)
2. Sri Hidayah (Jateng)
3. Fajar Tri Laksono (Jatim)
4. Terry Restu Adriyani (Jatim)
5. Zakiudin (Sumsel)
6. Bahrie (NTB)
7. Jumadi (DKI Jakarta)
8. Ismijarti Juni Susanti (Papua)

Jenjang SLB
1. Made Wirantini (Bali)
2. Sulastri )Kepulauan Riau)
3. Gunawan wiratno (NTB)
4. Eni Rachmawati (NTB)
5. Kasiyaningsinh (Jabar)
6. Iin Martiningsih (Bengkulu)

Jenjang SMP (Kelompok Sains)
1. Sudarsono (Yogyakarta)
2. Umirindiyah (Jatim)
3. Wulan Fitriyani (Jateng)
4. Arman (Sumbar)
5. Sudarno (Jabar)
6. Muh. Husnul Fikri (NTB)
7. Anwar Mashudi (Jateng)
8. Herwin Hamid (Sulteng)

Jenjang SMP (Kelompok Non Sains)
1. Ai Tin Sumartini (Jabar)
2. Heny Nurul Fuadah (Banten)
3. Yuli Astuti Hasanah (Jatim)
4. Laily Amin Fajariyah (Yogyakarta)
5. Sri Husodo (Jateng)
6. Cokro Wibowo (Riau)
7. Rubiati (Jambi)
8. Fina Mulianasiti (Jatim)

Jenjang SMA/SMK (Kelompok Sains)
1. Ati Lasmanawati (Bangka Belitung)
2. Hasan Basri (Aceh)
3. Henky Kurnia Dhani (Jatim)
4. Drs. Joko Subagyo (Jateng)
5. Nurmaulita (Sumsel)
6. Muhammad (Banten)
7. Ahmad Fais (Jatim)
8. Heribertus Asyh (Kalbar)
9. R Tri Endah W (Lampung)
10.Ansar (Sulsel)

Jenjang SMA/SMK (kelompok Non Sains)
1. Taruna Perkasa Putra (Jatim)
2. Hj. Lutfiana (Kalsel)
3. Triawati  Agusnila (Jateng)
4. A. R. Subandi  Latif (Sulsel)
5. Nurhadi (Papua)
6. Rofi'un (Jateng)
7. EviSulistyaningsih (Kaltim)
8. Sopyan (Jambi)
9 Rustiani Widiasih (SMA Negeri 1 Badegan Kabupaten Ponorogo Jawa Timur)
 10.Nurhidayati (Jabar)

Semoga membantu teman-teman yang ingin mengetahui daftar finalis LKG tahun ini.

Bertemu Guru Hebat Nasional Pada Best Practice Guru Dalam Pembelajaran

       Senangnya saya mendapat kesempatan yang sangat baik ini. Ini adalah pertama kalinya saya mengikuti kegiatan ini. Awalnya saya melihat di web. Lalu saya baca ada kegiatan best practice guru dan kepala sekolah. Seperti ini isi informasi itu:

     Guna meningkatkan motivasi guru dalam menulis dan menyebarluaskan pengalaman terbaiknya, Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependididan Pendidikan Menengah mangadakan lomba penulisan “Best Practice Guru.” Tulisan pengalaman terbaik (Best Practice) guru adalah tulisan yang dibuat guru yang berisi laporan uraian pengalaman nyata guru dalam memecahkan berbagai masalah pelaksanaan pembelajaran dan/atau masalah pengelolaan yang ada di kelas (bagi guru) atau di satuan pendidikan (bagi kepala sekolah). Tulisan merupakan pengalaman nyata guru, bukan pengalaman orang lain, saduran, terjemahan atau plagiasi.

Prosedur Penulisan Best Practice
1. Peserta kegiatan ini adalah guru/kepala sekolah pendidikan menengah.
2. Penulisan laporan Best Practice dilakukan perseorangan.
3. Kelengkapan yang harus dikirim kepada panitia:
- Laporan tertulis sebanyak 2 (dua) eksemplar.
- Naskah sajian (print-out) presentasi yang berupa tayangan PowerPoint, dengan jumlah slide sekitar 10-20 buah.
- CD yang berisi laporan lengkap dalam format MS. Word dan juga berisi naskah presentasi dalam bentuk PowerPoint.
 
Aturan dan Kerangka Penulisan
1. Pengalaman terbaik (Best Practice) guru diketik dengan menggunakan huruf ARIAL font 12, spasi 1,5, menggunakan kertas ukuran A4 70 gr, tidak bolak-balik.
2. Jarak pengetikan bagian atas 3,0 cm dan bawah 2,5 cm, bagian tepi kiri 3,0 cm dan kanan 2,5 cm. Setiap halaman diberi nomor halaman.
3. Naskah dijilid rapi dengan menggunakan sampul soft cover berwarna MERAH dan format sesuai dengan yang tersaji dalam lampiran. Semua lampiran, harus dijilid menjadi satu kesatuan dengan laporannya (tidak disajikan secara terpisah).
4.Kerangka isi penulisan diatur sebagai berikut.
Bagian Awal terdiri atas: (a) halaman judul; (b) lembaran pengesahan; (c) kata pengantar; (d) daftar isi, (e) abstrak atau ringkasan; serta (f). daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran (bila ada). Lembar persetujuan ditandatangani Koordinator Pengawas bila yang menyusun adalah pengawas dan ditandatangani Pejabat Dinas Pendidikan bila yang menyusun adalah koordinator pengawas. Bagian Isi terdiri atas beberapa bab. (a) Bab Pendahuluan menjelaskan latar belakang, permasalahan, tujuan, dan manfaat. (b) Bab Kajian tentang Pembahasan dan Pemecahan Masalah yang menguraikan langkah-langkah atau cara-cara dalam memecahkan masalah yang dituangkan secara rinci. Hal yang sangat perlu dituliskan adalah bagaimana tindakan, cara, langkah yang dilakukan oleh pengawas sekolah sehingga kegiatan tersebut dinyatakan sebagai pengalaman terbaiknya dalam memecahkan masalah dan juga dihubungkan dengan teori akademik yang menunjang. Semua uraian tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan harus didukung (dilampirkan) dengan data yang benar. Hal yang sangat perlu disajikan pada bab ini adalah keaslian dan kejelasan ide/gagasan terkait dengan upaya pemecahan masalah. Uraian ini merupakan inti tulisan Best Practice. (c) Bab Simpulan dan Saran berisi uraian tentang hal-hal yang dapat dipetik sarinya dari pengalaman berharga tersebut. Simpulan diikuti dengan saran atau rekomendasi terhadap pihak terkait dengan pemecahan masalah tersebut. Bagian Penunjang berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang menunjang tulisan tersebut. Sajian lampiran dimaksudkan sebagai bukti penunjang kegiatan yang ditulis itu benar-benar merupakan hal nyata yang telah dilakukan.

Pengiriman Laporan Best Practice
Berkas laporan dikirim ke alamat panitia dan selambat-lambatnya tanggal 31 Agustus 2012 Pukul 13.00 WIB berkas sudah diterima panita.
Penilaian
Penilaian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan penilaian administratif dan substansi tulisan. Peserta yang lolos tahap seleksi ini diundang melakukan presentasi. Tahap kedua dilakukan penilaian berdasarkan substansi isi dan hasil presentasi dengan kriteria (a) kesesuaian presentasi dengan isi tulisan, (b) kejelasan dan logika dalam penyajian, dan (c) unjuk kerja selama menyajikan presentasi.
Penghargaan
Penulis dan penyaji Pengalaman Terbaik (Best Practice) akan memperoleh hadiah yang berupa sertifikat tingkat nasional dan penghargaan lainnya.

PANITIA PENULISAN BEST PRACTICE
Subdit Program dan Evaluasi
Direktorat Pembinaan PTK Dikmen
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah
Kemdikbud Gedung D Lantai 12
Jalan Jenderal Sudirman, Pintu 1 Senayan, Jakarta 10270
Telp/Fax: 021-57974108
Email: programptkdikmen@yahoo.co.id

Saya lalu menulis makalahnya. Kebetulan sekali saya sedang menerapkan upaya meningkatkan kosakata siswa saya yang rendah dengan BTK.  Alhamdulillah naskah saya masuk nominasi.
    Pada kegiatan itu saya bertemu dengan guru berprestasi, kepapa sekolah berprestasi dan juga pengawas berprestasi. Mereka memang orang yang hebat luar biasa.
     Ini foto saya ketika sedang presentasi 
 
Diambil sepuluh  penyaji terbaik pada kegiatan itu. Saya tidak masuk sepuluh besar namun saya sudah cukup senang mendapat kesempatan ini. Semoga tahun depan bisa ikut dan lebih baik lagi.
     

Pengumuman Finalis Lomba Kreatifitas Guru Tahun 2014

      Mungkin pembaca ada yang ikut mengirimkan naskah lomba kreativitas Guru tahun 2014? Saya adalah salah satunya. Saya berharap-harap cemas menantikan Pengumuman Finalis Lomba Kreatifitas Guru tahun 2014.
     Pada hari ini saya mendapati ada pesan missed call di HP ku. Nomor awalnya adalah 021. Tiba-tiba saja jantungku berdetak kencang. Bukankan 021 adalah kode Jakarta? Dalam hatiku aku menebak, mungkinkan naskahku Lomba Kreativitas Guru masuk nominasi? Tapi, apa mungkin? Bukankah seleksi naskahnya begitu ketat? Aku penasaran dan ingin call di nomor itu. Namun tiba-tiba Hp ku berdering lagi. OMG Hello... yang meneleponku adalah dari Pusbangprodik. Ya, naskahku masuk nominasi. Alhamdulillah. InsyaAllah kegiatan akan dilaksanakan di hotel Park pada tanggal 24 sampai 28 Nopember. Pada tanggal 25 Nopember memperingati hari guru  bersama presiden.
      Saya diminta untuk mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Surat tugas dari dinas pendidikan setempat
2. SPPD yang ditandatangani Kepala dinas Pendidikan
3. Naskah lomba dalam bentuk file beserta presentasi
4. Rekaman audio visual/video
5. Alat peraga
6. Laptop
7. Surat Keterangan Sehat dari dokter
8. Pakaian blazer, batik PGRI
9. Tiket pesawat kelas ekonomi

Mungkin ada pembaca sekalian yang juga terpanggil. InsyaAllah bertemu di Jakarta ya? Salam.

BTK dan EPP


 Oleh: Rustiani Widiasih

Menjadi guru bahasa Inggris di sekolah pinggiran adalah tantangan bagi saya. Sejak SMP, Sebagian besar murid saya menganggap bahasa Inggris adalah pelajaran  sulit sehingga mereka tidak memiliki rasa suka terhadap bahasa Inggris. Menurut siswa, alasan paling mendasar yang membuat bahasa Inggris itu sulit adalah ketidakpahaman mereka terhadap teks atau ucapan bahasa Inggris. Itu semua disebabkan minimnya simpanan kosakata pada memori mereka. Memang, kosakata memegang peranan penting dalam penguasaan Bahasa Inggris karena pada dasarnya ucapan, kalimat dan teks adalah kumpulan dari kosakata.

Jarangnya menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari juga menjadikan  siswa minim kosakata.  Bahasa sehari-hari yang digunakan siswa adalah bahasa daerah (Jawa) sedangkan bahasa kedua adalah bahasa Indonesia. Bahasa Inggris bagi siswa saya adalah benar-benar bahasa asing (foreign language).  Ini sangat jauh berbeda dengan negara yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (second language) misalnya Malaysia dimana bahasa Inggris digunakan berdampingan dengan bahasa Melayu.  Sedangkan kebanyakan siswa di Indonesia, Bahasa daerah digunakan berdampingan dengan bahasa Indonesia.

Selain itu,  siswa hanya belajar bahasa Inggris di sekolah saja. Apalagi, saat ini jam untuk pelajaran bahasa Inggris berkurang dari empat jam perminggu menjadi dua jam saja per minggu. Para siswa di sekolah saya juga jarang ada yang ikut les bahasa Inggris. Maka dari itu,  harapan untuk berbahasa Inggris  hanyalah di sekolah.

Adanya pendapat siswa bahwa bahasa bahasa Inggris adalah pelajaran yang sulit, membuat kebanyakan siswa tidak menyukai Bahasa Inggris. Akibatnya, minat mereka terhadap bahasa Inggris rendah. Jika rasa senang terhadap bahasa Inggris saja tidak mempunyai, apalagi kemauan untuk belajar. Padahal,  Menurut Yusmansyah (2008: 44)  tanpa rasa senang akan sulit bertahan dalam belajar terutama jika menghadapi bagian-bagian yang sulit dicerna. Dua hal yaitu merasa sulit dan merasa tidak suka seakan menjadi alasan terpenting bagi siswa saya dalam mempelajari bahasa Inggris. Jika sudah demikan, pastilah kemampuan berbahasa Inggris siswa juga rendah.

Itulah yang menjadikan penulis tertantang untuk  menemukan cara  dan terus memotivasi agar para siswa berubah  dari merasa sulit menjadi merasa mudah dan dari tidak suka menjadi suka terhadap bahasa Inggris sehingga kemampuan berbahasa Inggris siswa meningkat.  Hal itu sesuai dengan pendapat Rais (2009:69) bahwa kunci sukses pekerjaan  guru adalah kemampuan dalam memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasinya. Tanpa motivasi, semudah apapun pelajaran yang dihadapi, siswa tidak akan pernah mau untuk mempelajarinya. Guru harus membuat siswa senang terhadap pelajaran tersebut.  

     Karena itu, penulis  harus mampu membuat siswa merasa senang terhadap bahasa Inggris dan juga memiliki motivasi instrinsik untuk belajar bahasa Inggris. Penulis yakin bahwa tanpa kedua hal diatas maka tujuan pembalajaran tidak akan tercapai.

Untuk dapat membuat siswa senang terhadap materi yang diajarkan, saya berupaya membuat siswa senang kepada gurunya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat  Hakim, yang mengatakan bahwa ketidaksenangan terhadap guru atau dosen akan menyebabkan siswa/mahasiswa tidak menyukai pula pelajaran yang diajarkan (2005: 59).

Selain itu siswa juga harus dimotivasi untuk memiliki motivasi instrinsik. Motivasi ini akan memberikan dampak yang besar terhadap hasil belajar. Menurut pendapat Hakim (2005: 29-30),  Bila seseorang  siswa/mahasiswa melakukan aktivitas belajar karena dodorong oleh motif intrinsik, siswa atau mahasiswa tersebut akan dapat belajar dengan inisiatif sendiri tanpa harus didorong oleh orang lain seperti orang tua, guru atau dosen. Dengan kata lain, motivasi instrinsik itu akan memungkinkan seorang siswa/mahasiswa bersikap mandiri  dalam melaksanakann aktivitas belajar.

Dengan pijakan pendapat tersebut,  saya menciptakan BTK (Bank Tabungan Kosakata) dan EPP (English Plus Point).  Bank kebanyakan adalah tempat untuk menabung uang. Namun, Bank Tabungan Kosakata  ala penulis adalah tempat  menabung kosakata. Dengan adanya Bank Tabungan Kosakata, siswa akan terus berupaya untuk menambah perbendaharaan kosakatanya. Disini siswa tidak hanya menabung kata-kata saja, melainkan phrasa dan kalimat baru.

            Sedangkan EPP (English Plus Point) adalah penilaian atau pemberian point terhadap  kegiatan apa saja yang bisa mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Ini adalah wujud penghargaan kepada siswa yang telah melakukan suatu persiapan dan latihan.  Dalam hal ini, siswa akan merasa apa yang dilakukannya sangat berharga.

CATATAN SEORANG GURU TENTANG KEBIJAKAN SBY DI BIDANG PENDIDIKAN


Oleh: Rustiani Widiasih

Selama SBY menjabat sebagai presiden Indonesia yaitu pada tahun 2004 sampai tahun 2014, saya mencatat kebijakannya dalam bidang pendidikan. Tentu saja apa yang saya uraikan ini sebatas yang saya ketahui saja. Saya yakin sekali ada banyak kebijakan SBY dalam bidang pendidikan yang tidak saya ketahui.

Saya adalah seorang guru yang selalu  memandang setiap kebijakan SBY dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatifnya. Jika saya amati, SBY sudah sangat tepat  dalam mengambil kebijakan dalam bidang pendidikan. Namun sayangnya dalam pelaksanaan selalu saja ada sisi negatif yang dilakukan oleh oknum tertentu. Inilah yang sangat saya sayangkan. Setiap kebijakan yang bagus, sering disalahgunakan dan dibelokkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Berikut ini akan saya uraikan satu-per satu kebijakan SBY dalam bidang pendidikan. Tentunya yang saya ketahui dan saya rasakan sebagai seorang guru yang terjung langsung dalam dunia pendidikan.

Pada tahun 2007, saya beserta ribuan guru Bantu dan guru honorer di seluruh Indonesia diangkat menjadi CPNS. Ini termasuk kebijakan yang luar biasa. Betapa tidak, pada waktu itu cukup sulit untuk menjadi PNS. Jika ada tes CPNS, kuota yang ada hanya sedikit. Sedangkan pelamarnya banyak sekali. Selain itu,  pengangkatan kami semua tanpa menggunakan biaya sepeserpun. Keputusan pemerintahan SBY ini menurut saya sangat bijaksana karena banyak diantara kami yang telah mengabdi puluhan tahun lamanya. Ini bisa dijadikan patokan awal penjenjangan masa kerja guru honorer. Saya mengatakan bahwa kebijakan SBY tersebut adalah  wujud penghargaan atas  pengabdian para guru honorer.

Untuk menjadi guru honorer, harus memiliki surat keterangan mengajar di suatu instansi yang ditandatangani oleh kepala sekolah. Disinilah kebijakan SBY yang bagus dinodai oleh ulah oknum kepala sekolah yang dengan mudahnya memberikan surat keterangan kepada guru yang sesungguhnya tidak pernah mengajar pada sekolah tertentu. Karena tidak adanya pengawasan yang ketat, akhirnya guru tersebut bisa lolos menjadi guru honorer yang diangkat menjadi CPNS. Itulah yang terjadi.

SBY menurtku sangat peduli terhadap masalah pendidikan. Saya masing ingat ketika SBY akan menjadi presiden yang kedua kalinya, slogan SBY dalam membangun dan mengembangkan bidang pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan yang murah, mudah, merata dan berkualitas. Slogan ini  sara rasakan terbukti dan bukan slogan semata.  Buktinya adalah  dikeluarkannya  kebijakan, sejak tahun 2009 anggaran pendidikan telah mencapai 20% dari APBN. Hal ini merupakan yang pertama dalam sejarah Indonesia. Peningkatan anggaran tersebut merupakan salah satu bukti kuat bahwa SBY benar-benar peduli dalam bidang pendidikan.

Pada masa pemerintahan SBY,  munculllah istilah sertfikasi guru. Dimana, guru harus mempunyai serifikat sebangai guru profesional dan jika telah memenuhi persyaratan, guru berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok perbulannya. Sungguh, itu bukan jumlah uang yang kecil. Maksud SBY adalah untuk peningkatan kualitas pendidikan dan tentunya kesejahteraan guru.  Kebijakan ini menimbulkan rasa iri bagi para PNS non guru. Saya pribadi merasakan bahwa jumlah unag itu terlalu besar jika dibandingkan dengan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

                          Saya pribadi masih bertanya-tanya apakah saya layak disebut sebagai guru profesional. Memang tugas saya sebagai guru sudah saya lakukan yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Namun satu hal saya selalu belajar dan berusaha untuk melakukan tugas dengan tanggung jawab dan terus meningkatkan kualitas diri. Yaitu kualifikasi akademik, sertifikat pendidik, dan empat kompetensi: pedagogis, profesional, sosial, dan kepribadian. Semoga!

Namun, saya melihat sendiri banyak guru menggunakan uang tunjangan sertifikasi untuk meningkatkan kekayaan pribadi tanpa mau menggunakannya untuk peningkatan kualitas diri sebagai seorang guru misalnya untuk studi lanjut, membeli buku, sarana, prasaranan dan media mengajar dan penunjang pendidikan lainnya. Miris hati saya kala meilhat para guru jusru berlomba-lomba membeli kendaraan yang bagus, membangun rumah yang bagus tanpa mau  mengeluarkan untuk peningkatan mutu pendidikan. Disinilah perlu adanya evaluasi dan peninjauan ulang terhadap penerimaan tunjangan serfifikasi guru. Saya selalu memandang suatu kebijakan dari dua sisi,  adanya tunjangan setifikasi guru dalam satu sisi bisa meningkatkan pendidikan namun dalam sisi lain jumlah yang besar tersebut tidak signifikan dengan kemajuan yang diperolah.

Selain memperhatikan kesejahteraan guru, Pak SBY mencanangkan adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), mulai dilaksanakan pada Juli 2005. Program SBY ini belum pernah dijalankan pada masa pemerintahan sebelumnya. Dana BOS digunakan untuk operasional sekolah-sekolah tingkat SD dan SMP di seluruh Indonesia. Dana BOS juga digunakan untuk program rehabilitasi gedung sekolah sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah. Dengan dana BOS, biaya pendidikan siswa juga bisa ditekan bahkan digratiskan. Bahkan, kini juga ada BOS untuk SMA. Saya sebagai seorang guru merasa sangat terbantu dengan adanya dana BOS ini. Mengapa?  Saya tidak perlu repot lagi untuk menarik SPP siswa. Siswa bisa belajar secara gratis.  

Saya terheran-heran ketika membaca berita ada seorang siswa di Kupang, Nusa Tenggara Timur dikeluarkan oleh pihak sekolah karena tidak mampu membayar uang SPP. Bahkan,  untuk memenuhi kewajiban SPP selama ini siswa tersebut dipekerjakan sebagai petugas cleaning service.  Saya bertanya-tanya, apakah sekolah tersebut tidak menerima dana BOS? Apa para gurunya tidak menerima tunjangan profesi sehingga tidak bisa membantu siswa yang miskin tersebut?

Selain itu ada lagi kasus Penyelewengan Dana BOS di SMKN 1 Sukoharjo yang dilakukan oleh guru yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Guru tersebut telah  menyelewengkan dana rintisan BOS sebesar Rp 100 juta lebih. Inilah yang kadang membuat coretan hitam atas pemerintahan SBY yang sering membuat saya tidak terima.  Kurangnya pengawasan dan sangsi adalah penyebab utamanya.

Pada masa pemerintahan  SBY  juga ada beasiswa yang dilaksanakan secara terprogram.  Beasiswa tersebut diperuntukkan  buat siswa yang tersistem oleh pemerintah sehingga dapat dijalankan sistematis. Ya, pak SBY membuat sistem beasiswa resmi yang dikelola oleh pemerintah. Untuk jenjang rendah sampai SMA, pemerintah mencanangkan BSM (Bantuan Siswa Miskin). Siswa di sekolah saya yang tidak mampu juga merasa sangat terbantu dengan adanya BSM ini.

Dalam bidangn beasiswa, saya juga mendengar istilah Program Keluarga Harapan (PKH), serta memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga miskin dengan syarat mereka mengirimkan anaknya ke bangku sekolah. Dengan demikian, di sekolah anak tidak mampu mendapatkan bantuan  BOS dan orang tua yang tidak mampu juga mendapatkan PKH.  Itu semua adalah wujud nyata kepedulian SBY dalam bidang pendidikan.

Pada jenjang perguruan tinggi, ada beasiswa untuk mahasiswa yang tidak mampu. Dimana program ini ditujukan bagi anak-anak dari keluarga miskin yang memiliki kecerdasan secara akademik. Program ini memberikan uang kuliah, ditambah uang saku sekitar Rp 600.000 per bulan.Tentu masih segar dalam ingatan kita semua, ada mahasiswa bernama Raeni (21 tahun), anak tukang becak yang meraih IPK 3,96 dan menjadi lulusan terbaik Universitas Negeri Semarang. Raeni menyelesaikan pendidikan Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) dengan waktu 3,5 tahun. Ya, Raeni adalah salah satu penerima beasiswa Bidikmisi. Pemerintahan  SBY sejak 2010 melalui Bidikmisi memberikan beasiswa untuk mahasiswa dari keluarga kurang mampu namun berprestasi.

Saya sebagai seorang guru merasa sangat bangga dengan adanya  program ini. Betapa tidak? Siswa berprestasi  saya  yang berasal dari keluarga tidak mampu bisa melanjutkan kuliah dengan beasiswa Bidikmisi tersebut.  Ini bisa memutus tali kemiskinan dalam suatu keluarga. Saya sutuju sekali bahwa pemutusan lingkaran kemiskinan hanya bisa diputuskan dengan pendidikan yang tinggi. Saya sungguh salut dan simpatik terhadap adanya Bidikmisi. Bahkan kini juga ada  program Beasiswa SBY yang baru diluncurkan tahun ini, khusus untuk beasiswa level magister dan doktoral. Semua program itu resmi, tersistem, dan dikelola oleh pemerintah. Luar biasa! Tidak ada alasan kemiskinan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Beasiswa sangat penting keberadaannya bagi sebagian masyarakat Indonesia. Sesungguhnya pemerintah sudah menyediakan itu dengan lengkap dari jenjang terrendah sampai jenjang tertinggi pendidikan. Adanya beasiswa bagi keluarga tidak mampu dapat mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas pendidikan, baik pada keluarga berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal.

Yang terakhir, Kurikulum 2013. Kurikulum ini memang sempat menimbulkan kontroversi terutama dari waktu pelaksanaannya yang terkesan tergesa-gesa. Dengan kurikulum ini siswa Indonesia bukan hanya dibekali  dengan unsur inteletual, nilai dan angka, melainkan juga karakter, kepribadian, kepepimpinan dan kreativitas dan juga spiritual.

Menurutku, kurikulum memang harus berubah untuk mempersiapkan generasi sekarang agar mampu menjawab tantangan masa depan.  Itu semua ditujukan agar lulusan dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, karena punya keahlian (wiraswasta). Substansi perubahan kurikulum 2013 adalah perubahan pada: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), Standar Proses, dan Standar Penilaian.

Jika banyak rekan guru merasakan keberatan dengan adanya kurikulum 2013, saya adalah salah satu guru yang mendukung pelaksanaan kurikulum 2013. Mengapa? Saya merasakan sendiri perbedaan dampak kurikulum terhadap pembentukan karakter siswa. Pada kurikulum sebelumnya, ukuran anak pandai hanya ditentukan oleh pencapaian nilai berupa angka saja. Kini, anak juga harus berkepribadian, berketerampilan, beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME.

Pada pelaksanaan kurikulun 2013, pemerintah menyediakan buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa. Hanya saja untuk bisa mengaplikasikan isi buku tersebut perlu adanya perbaikan kualitas guru yang menjadi pilar pendidikan yang mencerdaskan bangsa.  Sampai saat ini buku belum terdistribusikan secara menyeluruh namun untuk mengurangi permasalahan buku pemerintah telah memberikan CD buku peganagan guru dan juga pegangan siswa.  Dalam hal ini, banyak rekan guru mencacat pelaksanaan kurikulum 2013 yang belum siap. Saya pribadi  selalu mencari solusi dari setiap permasalahan yang saya hadapi. Oleh karenanya saya berusahan untuk membuat modul sendiri dengan berpedoman dari silabus yang sudah ada. Pada prinsipnya, tiada ada manusia yang sempurna namun banyak manusia selalu menuntut kesempurnaan tanpa melihat dirinya sendiri. Menilai orang itu sangat mudah dan menilai diri sendiri itu jauh lebih penting daripada menilai keburukan orang.  Begitupun SBY yang banyak dikritisi orang lain. Belum tentu orang yang mengkritisi tersebut lebih baik dari SBY.

 Saya juga merasakan bahwa pemerintahan SBY berusaha untuk  memperluas penerapan dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang pendidikan.  Semua mata pelajaran dianjurkan untuk berbasis TIK sehingga tidak ada mata pelajaran TIK. Pelajaran TIK kini menjadi Bimbingan Konseling TIK (BK TIK). Saya setuju dengan adanya perubahan ini karena saya bisa meminta bantuan guru TIK jika ada kesulitan saya dalam mengaplikasikan TIK dalam kegiatan pembelajaran saya. Saya merasakan bahwa penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas.

Kurikulum 2013 memang baru mulai dilaksanakan, sejauh ini masih banyak pro dan kontra dalam masyarakat, apalagi sosialisasinya belum terlaksana secara menyeluruh bagi semua guru. Saya menyadari kurikulum hanyalah buatan manusia, pasti selalu ada kekurangan dan kelemahannya. Maka saya sebagai guru yang menjadi uung tombak pelaksana kurikulum 2013  harus memaksimalkan proses pendidikan agar memperoleh hasil yang baik. Juga, harus meminimalkan kelemahan dan kekurangan kurikulum 2013 agar tujuan awal perubahan kurikulum bisa tercapai.

Tanpa melihat kelemahan pelaksanaan kurikulum 2013, saya tetap salut pada kebijakan SBY dalam bidang pendidikan. Bagaimanapun, SBY telah memberikan warisan positif bagi pemerintahan berikutnya di bidang pendidikan. Tinggal melanjutkan dan menyempurnakannya.


 ***