Oleh: Rustiani Widiasih
Menjadi guru bahasa
Inggris di sekolah pinggiran adalah tantangan bagi saya. Sejak SMP, Sebagian
besar murid saya menganggap bahasa Inggris adalah pelajaran sulit sehingga mereka tidak memiliki rasa suka
terhadap bahasa Inggris. Menurut siswa, alasan paling mendasar yang membuat
bahasa Inggris itu sulit adalah ketidakpahaman mereka terhadap teks atau ucapan
bahasa Inggris. Itu semua disebabkan minimnya simpanan kosakata pada memori
mereka. Memang, kosakata memegang peranan penting dalam penguasaan Bahasa
Inggris karena pada dasarnya ucapan, kalimat dan teks adalah kumpulan dari
kosakata.
Jarangnya
menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari juga menjadikan siswa minim kosakata. Bahasa sehari-hari yang digunakan siswa adalah
bahasa daerah (Jawa) sedangkan bahasa kedua adalah bahasa Indonesia. Bahasa
Inggris bagi siswa saya adalah benar-benar bahasa asing (foreign language). Ini
sangat jauh berbeda dengan negara yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa
kedua (second language) misalnya Malaysia
dimana bahasa Inggris digunakan berdampingan dengan bahasa Melayu. Sedangkan kebanyakan siswa di Indonesia,
Bahasa daerah digunakan berdampingan dengan bahasa Indonesia.
Selain itu, siswa hanya belajar bahasa Inggris di sekolah
saja. Apalagi, saat ini jam untuk pelajaran bahasa Inggris berkurang dari empat
jam perminggu menjadi dua jam saja per minggu. Para siswa di sekolah saya juga jarang
ada yang ikut les bahasa Inggris. Maka dari itu, harapan untuk berbahasa Inggris hanyalah di sekolah.
Adanya pendapat
siswa bahwa bahasa bahasa Inggris adalah pelajaran yang sulit, membuat
kebanyakan siswa tidak menyukai Bahasa Inggris. Akibatnya, minat mereka
terhadap bahasa Inggris rendah. Jika rasa senang terhadap bahasa Inggris saja
tidak mempunyai, apalagi kemauan untuk belajar. Padahal, Menurut Yusmansyah (2008: 44) tanpa rasa senang akan sulit bertahan dalam
belajar terutama jika menghadapi bagian-bagian yang sulit dicerna. Dua hal
yaitu merasa sulit dan merasa tidak suka seakan menjadi alasan terpenting bagi
siswa saya dalam mempelajari bahasa Inggris. Jika sudah demikan, pastilah
kemampuan berbahasa Inggris siswa juga rendah.
Itulah yang
menjadikan penulis tertantang untuk
menemukan cara dan terus memotivasi
agar para siswa berubah dari merasa
sulit menjadi merasa mudah dan dari tidak suka menjadi suka terhadap bahasa
Inggris sehingga kemampuan berbahasa Inggris siswa meningkat. Hal itu sesuai dengan pendapat Rais (2009:69)
bahwa kunci sukses pekerjaan guru adalah
kemampuan dalam memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasinya. Tanpa
motivasi, semudah apapun pelajaran yang dihadapi, siswa tidak akan pernah mau
untuk mempelajarinya. Guru harus membuat siswa senang terhadap pelajaran
tersebut.
Karena itu, penulis harus mampu membuat siswa merasa senang
terhadap bahasa Inggris dan juga memiliki motivasi instrinsik untuk belajar
bahasa Inggris. Penulis yakin bahwa tanpa kedua hal diatas maka tujuan pembalajaran
tidak akan tercapai.
Untuk
dapat membuat siswa senang terhadap materi yang diajarkan, saya berupaya
membuat siswa senang kepada gurunya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hakim, yang mengatakan bahwa ketidaksenangan
terhadap guru atau dosen akan menyebabkan siswa/mahasiswa tidak menyukai pula
pelajaran yang diajarkan (2005: 59).
Selain
itu siswa juga harus dimotivasi untuk memiliki motivasi instrinsik. Motivasi
ini akan memberikan dampak yang besar terhadap hasil belajar. Menurut pendapat Hakim
(2005: 29-30), Bila seseorang siswa/mahasiswa melakukan aktivitas belajar
karena dodorong oleh motif intrinsik, siswa atau mahasiswa tersebut akan dapat
belajar dengan inisiatif sendiri tanpa harus didorong oleh orang lain seperti
orang tua, guru atau dosen. Dengan kata lain, motivasi instrinsik itu akan
memungkinkan seorang siswa/mahasiswa bersikap mandiri dalam melaksanakann aktivitas belajar.
Dengan
pijakan pendapat tersebut, saya
menciptakan BTK (Bank Tabungan Kosakata) dan EPP (English Plus Point). Bank kebanyakan adalah tempat untuk menabung
uang. Namun, Bank Tabungan Kosakata ala penulis adalah tempat menabung kosakata. Dengan adanya Bank
Tabungan Kosakata, siswa akan terus berupaya untuk menambah perbendaharaan
kosakatanya. Disini siswa tidak hanya menabung kata-kata saja, melainkan phrasa
dan kalimat baru.
Sedangkan EPP (English Plus Point)
adalah penilaian atau pemberian point terhadap kegiatan apa saja yang bisa mengembangkan
kemampuan berbahasa Inggris siswa. Ini adalah wujud penghargaan kepada siswa
yang telah melakukan suatu persiapan dan latihan. Dalam hal ini, siswa akan merasa apa yang
dilakukannya sangat berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar