Tampilkan postingan dengan label Pengalaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengalaman. Tampilkan semua postingan

KEGIATAN INOBEL 2018

KEGIATAN INOBEL 2018

Berangkat bersama rombongan Jatim
Persiapan Pembukaan
Rombongan Jatim
 Sebelum acara pembukaan
 Presentasi di hadapan juri dan peserta


Bersama salah satu juri, Ibu Maria
Bersama Dewan juri dan peserta Inobel Utama
Bersama para peserta Inobel 2018

Pengumuman Inobel utama dan Madya

 Kembali ke tempat asal masing-masing untuk terus berkarya

DAFTAR JUARA INOVASI PEMBELAJARAN (INOBEL) TAHUN 2018

      SANG JAWARA INOBEL 2018

Berikut ini adalah para pemenang lomba Inovasi pembelajaran Tahun 2018.

Juara Inobel  Utama Jenjang SMA:

1. Arief Darmadyansah, Alor
2. Mujahidin, Makassar
3. Rustiani Widiasih, Ponorogo


Juara  Inobel madya Jenjang SMA

1. Tri Hastuti. Pasir penyu riau
2. Ainun Asmawati, Sumbawa
3. Yuyun Dian. Semarang

Juara Inobel  Utama Jenjang SMK

1. I Kadek Sembah, Bali
2. Ani Ismayani
3. Hardo S, Semarang


Juara Inobel  Madya Jenangn SMK

1. Indra Prastowo, Pacitan
2. Berti Sagendra, Semarang
3. Farid, Makasar







Untuk Pak Sidik Pramono, Guruku Sepanjang Masa


Guru Sepanjang Masa

            Jika saya ditanya siapa guru yang paling mengesankan selama hidup, saya akan menjawab guru SD saya yang bernama Sidik Pramono. Nama itu terpatri pada memori jangka panjang saya. Guru SD saya itu tidak bisa terhapus menjadi guru yang paling mengesankan sepanjang masa. Beliau telah mengubah kebiasaan  anak-anak desa Bandar yang hanya bermain dan bermain sepanjang hari menjadi  kegiatan yang positif dan akademis.
            Pak  Sidik adalah guru olah raga dan sekaligus wali kelas ketika saya duduk di kelas tiga SD. Mengapa beliau sebegitu melekat dalam ingatan saya? Pak sidik adalah guru luar biasa. Beliau telah berhasil menanamkan mental disiplin kepada saya. Beliau  telah memberi tauladan yang sangat baik kepada saya bagaimana menjadi guru seharusnya. 
Apa yang beliau ajarkan kepada saya membuat saya menangis karena terharu atas pengertiannya kepada kami. Baiklah akan saya kisahkan apa yang sudah beliau ajarkan kepada kami, para murid-muridnya.
***
Sebagai guru muda dan juga guru baru saat itu, beliau membuat gebrakan yang sangat hebat. Beliau mengabdikan hidupnya untuk pendidikan secara total. Mulai pagi hari sampai malam hari waktunya dihabiskan untuk mendidik kami, aku dan teman-temanku.  Apalagi, beliau belum menikah saat itu.
Setiap  pagi, kegiatan sekolah  diawali dengan senam kesegaran jasmani. Pak Sidik mengajari senam Kesegaran Jasmani yang diiringi dengan musik. Hal itu membuat  kami bergembira dan bersemangat. Kami menirukan setiap gerakan yang dicontohkan Pak  Sidik. Dalam waktu  singkat kami sudah hafal gerakan senam kesegaran jasmani. Kata pak sidik, dengan rutin berolah raga badan akan menjadi sehat dan kuat.
Setelah senam, kami berbaris di depan kelas terlebih dahulu menjadi dua barisan. Barisan kanan dan barisan kiri. Ketua kelas memberikan aba-aba dengan tegas. ”Siap grak. Lencang kanan grak. Tegak grak. Jalan ditempat grak. Henti grak.” Begitulah dia memberi aba-aba. Dia memandang barisan di sebelah kanan dan kiri. Lalu memutuskan barisan mana yang boleh masuk terlebih dahulu. Barisan yang boleh masuk adalah barisan yang lebih rapi. Jika ketua kelas mengatakan barisan kanan yang maju, maka satu per satu siswa di barisan kanan memasuki kelas,  disusul siswa pada barisan kiri.  Itu adalah kebiasaan sebelum masuk kelas yang diajarkan pak Sidik.
Setelah berdoa, pak Sidik  mengucapkan salam lalu mengabsen siswa satu per satu. Demikianlah rutinitas yang setiap pagi dijalani tanpa bosan dan enggan. Satu hal yang tidak saya lupa dari pak Sidik adalah baunya sangat harum. Kami senang sekali mencium parfum pak Sidik. Begitu beliau masuk kelas, aroma segar menusuk hidung kami. Pak Sidik menyukai kebersihan. Bajunya selalu rapi dan bersih. Keadaan tersebut jauh berbeda dengan keadaan kelas dan juga kami semua para siswanya yang kotor dan dekil.
Tembok kelas kami berwarna putih kekuningan karena telah memudar.  Di atas papan tulis terpasang gambar presiden Soeharto  dan wakil presiden Umar Wirahadikusuma. Selain itu ada gambar-gambar pahlawan seperti  R.A Kartini, Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol dan Jendral Sudirman. Wajah-wajah pahlawan itu tidak asing lagi bagi kami. Pada pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa), pak Sidik selalu menceritakan kisah kepahlawanan  kepada kami. Selain gambar pahlawan, di dinding dekat meja guru terpasang jadwal mata pelajaran dan jadwal piket harian. Kami harus melaksanakan tugas piket seperti yang telah dijadwalkan. Tugas piket  adalah menyapu lantai,menghapus papan tulis dan mengambil kapur di kantor guru.
            Suatu hari Pak Sidik merencanakan untuk membersihkan kelas. Kami diajak kerja bakti mengepel kelas yang sangat kotor pada hari Minggu. Maklumlah lantai kelas kami pada waktu itu hanya dari plester  semen saja. Kami diminta untuk membawa peralatan  seperti ember, lap, kuas cat, sapu, kemucing dan peralatan lain yang kami miliki. Pak Sidik membagi tugas. Siswa yang membawa ember menggambil air di belik yang jaraknya lumayan jauh dari sekolah kami. Siswa yang membawa kuas  mengecat dinding dengan gamping yang dicairkan. Siswa yang membawa kemuceng membersihkan jendela. Siswa yang membawa sapu, menyapu lantai. Siswa yang membawa kain pel, menanti temannya yang sedang mengambil air, lalu mengepel lantai. Kami mengerjakan tugas masing-masing dengan baik.
 Beberapa jam kemudian ruang kelas tiga menjadi bersih dan tampak baru. Warna dinding yang semula kekuningan menjadi putih bersih. Lantai berdebu berganti menjadi lantai yang bersih. Kaca-kaca jendela berdebu  menjadi mengkilap.
Kalian sudah bekerja dengan hebat. Luar biasa. Kelas kita telah bersih sekarang. Namun, kerja kita belum selesai. Kita harus menjaga agar kelas ini selalu bersih. Untuk itu, mulai besuk  mari kita sepakat untuk melepas sepatu ketika akan masuk kelas. Kita akan membuat tempat sepatu dari pohon bambu. Oh ya. Masih ada satu hal lagi. Selain, menciptakan kelas yang bersih, kita juga akan menciptakan kelas yang indah. Kita bisa menempatkan vas bunga di atas meja guru. Pada mata pelajaran keterampilan nanti akan saya ajarkan keterampilan membuat bunga dari bahan-bahan yang bisa ditemukan di sekitar kita. Sekarang, karena hari sudah siang. Kalian boleh pulang. Sampai jumpa besuk pagi” begitu pak Sidik bertutur kepada kami.
Pada sore hari kami yang berminat diajak latihan baris berbaris, pramuka dan juga berbagai jenis olah raga. Sekolah menjadi ramai sepanjang hari. Kami menjadi termotivasi untuk selalu pergi ke sekolah. Kami bisa menemukan pengalaman dan hal-hal baru  yang belum  pernah kami lalukan selama ini. Maklumlah selama ini tidak ada yang membimbing kami sehingga kami hanya menghabiskan waktu dengan bermain saja.
            Pada hari Rabu dan Jum’at, Pak Sidik mengajarkan PBB  (Persiapan Baris Berbaris) kepada para siswanya. Dari situ saya diajari untuk disiplin dan  tegas. Beliau mengatakan supaya kami  memiliki disiplin “hidup”.  Kata beliau, disiplin “hidup” artinya disiplin yang berasal dari diri sendiri  dan Bukan disiplin “mati”, disiplin yang dilakukan karena alasan tertentu misalnya karena dilihat oleh guru. Disiplin “hidup” harus ditanamkan dalam diri seseorang sehingga seseorang itu akan melakukan suatu kebaikan bukan karena orang lain. Sampai saat ini saya belum pernah menemukan teori atau islilah adanya disimplin “hidup” dan “mati”. Mungkin itu temuan teori pak Sidik sendiri. Istilah itu selalu diucapkan hingga kami semua hafal diluar kepala.
            Pada petang hari, pak Sidik menjadi  guru mengaji kami. Kami diajari mengaji di rumah kos beliau. Rumah kos beliau digunakan untuk tempat mengaji karena belum ada mushola atau masjid. Kami mengaji dari Magrib hingga Isya’. Pak sidik mengajari kami dengan sabar dan telaten. Sungguh luar biasa guruku itu. Waktunya dihabiskan untuk kami para siswanya.   
            Pada musim kemarau, persediaan air semakin menipis. Udara sangat panas pada siang hari dan sangat dingin pada malam hari. Tanah kering berdebu dan terbang di bawa angin ke dedaunan dan rumah-rumah. Kulit manusia mengering dan telapak kaki menjadi pecah-pecah. Hal seperti itu juga terjadi pada kulit kami. Pak Sidik  yang sangat perhatian itu sangat prihatin dengan keadaan tersebut. Ia tidak tega menyaksikan kulit siswanya bersisik, kotor dan dekil. Biasanya timbul berbagai penyakit kulit atau kudisan.
Pak Sidik yang sangat perhatian, suatu hari meminta anak-anak untuk membawa pasir dan parutan kelapa. Kami lalu diajak ke belik. Disana kami diminta untuk menggosok kaki dan tangan kami dengan pasir.  Saya merasakan tangan dan kaki menjadi halus dan kotoran yang menempel jadi hilang. Setelah kering, kami diminta untuk menggosokkan parutan kepala ke tangan dan kaki. Hasilnya? Tangan dan kaki kami menjadi mengkilap. Kami diminta untuk membiasakan di rumah agar kulit kami bersih dan tidak “Busik” atau  “kusi”.
            Pada hari libur  kami diajak pergi ke gunung Gembes. Kami akan menggambar pemandangan alam dari atas gunung. Pak Sidik meminta kami membawa buku gambar, pensil, penghapus dan pensil warna. Kata beliau rekreasi sangat penting untuk membuat pikiran segar kembali. Rekreasi tidak harus di tempat wisata yang jauh dan harus membayar.  Untuk itu beliau mengajak kami rekreasi ke gunung Gembes. Gunung Gembes adalah  gunung yang ada di kecamatan Bandar kabupaten Pacitan yang merupakan mata air dari sungai Girindulu. Selama ini kami hanya melihatnya dari kejauhan. Kata orang-orang, jika kami berada di sana, kami bisa melihat pemancar TVRI. Saya penasaran untuk pergi ke sana. Pak Sidik berpesan agar kami semua membawa bekal berupa makanan dan minuman sendiri-sendiri.
Hari masih gelap ketika kami berangkat ke Gunung Gembes. Kami menyusuri jalanan dengan wajah ceria. Dinginnya udara yang menusuk kulit tidak kami hiraukan. Langkah kami  sangat mantap dan pasti. Ketika matahari mulai mengumpulkan sinarnya di ufuk timur, udara menjadi hangat. Tampak  pemandangan yang sangat indah. Burung-Burung berkicau di pohon-pohon seakan memberi salam kepada kami yang sedang berjalan menuju Gunung Gembes. Pemandangan seperti itu sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi kami, namun kebersamaan itulah yang sangat mengesankan.
            Semakin lama panas matahari semakin terasa membakar kulit. Kami telah melewati perkampungan, sawah dan ladang hingga memasuki hutan.
            “Mari kita menyanyi bersama untuk menghilankan rasa lelah” ajak pak Sidik.
            “Naik  naik ke puncak gunung tinggi tinggi sekali. Kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara. Kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara.....” dendang kami dengan riang.
            “Karena yang kita lihat bukan pohon cemara melainkan pohon pinus, maka mari kita ganti kata “cemara” dengan “pinus”, kata pak Sidik.
“Naik  naik ke puncak gunung tinggi tinggi sekali. Kiri kanan kulihat saja banyak pohon pinusnya. Kiri kanan kulihat saja banyak pohon pinusnya.....” kami terus menyanyi dengan senang gembira.
            Kami berhenti di bawah pohon besar. Sorot matahari yang tajam terhalang oleh rimbunnya daun-daun. Angin gunung berhembus menerpa wajah kami yang merah padam. Lalu kami membuka bekal makan pagi dan memakannya dengan lahap. Selesai makan, kami melanjutkan perjalanan.
            Semakin ke atas, angin berhembus semakin kencang. Matahari semakin meninggi saja. Kulit kami terbakar matahari sampai merah padam. Keringat membasahi tubuh kami. Kami terus melangkah mendaki puncak gunung Gembes. Semakin ke puncak, kami semakin merasakan kepuasan dan kegembiraan yang luar biasa.  Kami ditunjukanpemancar TVRI oleh pak Sidik. Di atas puncak gunung, kami diminta untuk  mengeluarkan  alat gambar lalu menggambar pemandangan alam. Sungguh senang rasanya melakukan kegiatan seperti itu.
***
            Pak Sidik juga menjadi pembina Pramuka. Kami sering diajak penjelajahan dan juga berkemah. Kegiatan  Pramuka selalu menyenangkan dan seru. Saya sering ditunjuk untuk mengikuti perlombaan perkemahan mewakili sekolah di tingkat kecamatan.  Saya merasa bangga untuk itu. Banyak hal yang diajarkan pak Sidik dalam perlombaan pramuka. Diantaranya,  kami diminta untuk menjaga kebersihan dan kerapian tenda. Kami tidak boleh membuang sampah kecuali di tempat sampah. Jika kita sedang makan permen, dan tidak menemukan tempat sampah, kami harus menaruh bungkus permen tersebut di dalam saku. Ketika kita menemukan tempat sampah, barulah kita buang bungkus permen itu. Saya juga diajari untuk memanfaatkan apa yang tersedia di alam untuk berbagai keperluan misalnya  untuk hiasan, kami diminta untuk mencari bunga hidup dan memberikan air di dalam vas bunga agar tidak layu. Sungguh terkenang saya akan nasihat pak Sidik.
***
Jika pada musim penghujan  desa kami penuh debu, pada musim hujan tanah menjadi becek dan berlumpur. Tanah liat yang menempel di sepatu kami ikut masuk kelas. Bisa dibanyangkan betapa kotornya kelas kami. Pak  Sidik menganjurkan kepada kami untuk melepas sepatu sehingga “gedibal” atau tanah liat yang menempel di sepatu tidak ikut masuk. Kelas kami pun menjadi bersih karenanya.
            Untuk membersihkan kelas, kami diminta untuk membuat sapu yang terbuat dari jerami. Waktu itu, cara memanen padi  dilakukan dengan cara “ani-ani”  dengan alat yang namanya “pugut” pada bagian atas tangkai padi. Setelah padi ditumbuk, ada sisa jeraminya. Nah jerami itulah yang kami buat untuk sapu. Sekarang saya tidak bisa menemukan sapu  jerami lagi karena sekarang memanen padi tidak dengan “ani-ani” melainkan dipotong hingga bagian bawah padi.
Pada musim penghujan, kami juga melakukan  beberapa hal seperti kegiatan  reboisasi di tanah gundul. Kami diminta untuk membawa satu bibit pohon. Lalu kami menanam sendiri bibit pohon kami.  Pak Sidik bilang bahwa dengan menanam satu pohon berarti telah mewariskan satu pohon untuk anak cucu karena yang menikmati pohon yang kami tanam bukan kami melainkan anak cucu.
            Saya  juga tidak akan melupakan ketika pak sidik mengajak kami membuat taman bunga.  Kami diajarai mengambil rumput di lapangan desa untuk dijadikan taman.  Lapangan tempat kami  olah raga adalah lapangan desa yang menghijau karena rumput. Pak Sisik mengajari kami mengambil rumput untuk ditanam di tanah sekolah. Dengan cangkul, rumput diambil. Pengambilan rumput harus rapi membentuk segi empat. Rumput-ruput itu digunakan sebagai penyangga taman kami. Setelah selesai, barulah kami menanam bunga ditengahnya. Tamannya indah sekali.
Saya juga pernah diajak mencari batu lempung di sungai untuk hasta karya pada jam keterampilan. Dari tanah lempung itu, kami disuruh berkreasi untuk membuat hasta karya seperti asbak, patung, gelas, piring, dan lain-lain. Pada waktu itu saya yakin pak sidik tidak mengetahui kalau sesungguhnya beliau sudah melaksanakan pembelajaran berbasis potensi daerah lokal. Sungguh, pak Sidik adalah sosok guru yang  visioner. Saya pun baru menyadari betapa pak Sidik sudah menerapkan  berbagai pendekatan pembelajaran masa kini sejak dahulu kala.
Begitulah apa yang dilakukan guruku. Beliau sungguh menginspirasiku. Saya selalu mengingat beliau sebagai guru yang mengesankan selama-lamanya.  Ya, guru akan terus dikenang siswanya sepanjang masa. Pak Sidik selalu menginspirasi  sepanjang waktu. Semoga ilmu yang diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat dan akan dibawanya sebagai bekal  di akherat kelak karena saya adalah saksi bahwa pak Sidik telah memberikan ilmunya kepada saya, tauladan yang baik, motivasi hidup dan juga semangat belajar. Salam hormatku kepada Pak Sidik Pramono.
****



Menjadi Tamu Allah Bersama Dua Orang Yang Harus Dimuliakan, Sebuah Pengalaman Spiritual



             

      Siapa yang tidak ingin menjadi tamunya Allah di tanah suci? Pasti setiap umat Muslim menginginkannya. Aku pun demikian. Rasanya rindu sekali ingin segera pergi ke Mekkah.  Semula keinginan itu hanya bagai angin lalu saja. Namun sungguh kerinduan untuk pergi ke tanah suci tidak bisa dibendung lagi. Ditambah lagi, aku mempunyai cita-cita untuk umrah bersama dengan ibu.
            Aku lalu menceritakan cita-citaku itu pada beberapa teman. Apa jawaban mereka? Mereka  mendukung cita-citaku tersebut. Namun alangkah lebih baiknya aku daftar haji terlebih dahulu setelah daftar baru umrah. Alasannya, haji itu wajib dan umrah itu sunnah. Yang wajib harus didahulukan daripada yang sunnah. Maka, akupun menurutinya.
Alhamdulillah kesampaian juga cita-citaku. Aku pergi umrah bersama dengan ibu dan ibu mertuaku, dua orang yang harus aku muliakan. Aku selalu mengingat ceramah dalam sebuah pengajian yang mengatakan bahwa jika kita ingin sukses, kita harus memuliakan tiga orang yaitu: orang tua, mertua dan guru. Aku dan suamiku sama-sama sudah tidak memiliki bapak. Kami hanya memiliki ibu. Saya selalu bilang pada suami, “Ibuku ya ibumu, ibumu ya ibuku”.
Kami mengambil paket yang sepuluh hari. Beginilah catatan perjalanan kami.

Kamis,   23  April 2015
            Orang-orang dekat denganku merasa sedih dan haru akan kepergianku. Mungkin kami memiliki ikatan emosional yang kuat sehingga mereka merasakan cemas, galau dan juga sedih aku tinggal. Aku sendiri harus menjadi orang yang sabar dan tegar. Tidak boleh ada tangis.
            Aku sempatkan untuk berpamitan dengan beberapa siswaku. Tidak lupa aku juga membuat surat untuk kepala sekolah dan juga  membuat tugas mengajar saya selama saya tidak masuk. Ini membuat saya merasa lega.
            Pada saat itu, TU memberikan aku surat panggilan mengikuti tes wawancara guru berprestasi. Inilah yang aku takutkan.  Sejak awal aku khawatir andai program  umrahku tbersamaan dengan tes gupres. Namun aku pasrahkan pada Allah semata. Pastilah Allah akan memberikan yang terbaik untukku. Apapun keputusannya, aku sudah pasrah. Ini sudah jalan Allah. Aku ikhlas atas semua hasilnya.Secara etika aku sudah berpamitan kepada Dinas Pendidikan.
            Selepas Magrib, jama’ah  Masjid pergi kerumahku. Mereka memberi doa restu kepadaku. Alhamdulillah mereka memberikan perhatian kepada kami. Tidak hanya jama’ah Masjid, keluarga dan tetangga juga memberikan dukungan kepada kami. Senang sekali rasanya.
            Sebelum berangkat, aku meminta suami dan juga ibu untuk melangkahi saya. Aku meminta ampunan atas dosa-dosaku. Aku berharap aku mendapatkan ridha ibu dan juga suami.
           
Jum’at,   24  April 2015


            Perjalanan umrah pun dimulai.  Bismillah. Perjalanan Ini diawali menuju ke Surabaya. Jam setengah tiga sore  kami berada Bandara. Kami bergabung dengan jamaah lain dari kota Bima, Surabaya, Sidoarjo dan kami bertiga saja yang  dari Ponorogo. Cukup lama juga saya menunggu. Akhirnya kami dibagikan paspor dan juga makan siang.
            Kami terbang jam 6 sore. Maka kami pun solat Magrib dan Isya’ sekaligus di bandara. Penerbangan dimulai dari Surabaya menuju ke Singapura. Di Singapura, kami  sempat menunggu sampai berjam-jam. Namun tidak apa-apa. Demi ibadah kami harus sabar. Justru saya senang bisa ke Singapore. Seperti mimpi saja he2.




            Perjalanan di lanjurkan dari Singapore ke Dubai. Lalu Dari Dubai ke Jedah. Dari Jedah ke Madinah menggunakan bis. Alhamdulillah…. Subhanallah…. Rasanya sangat takjub. Kok aku bisa sampai di sini. Sepanjang mata memandang yang terlihat adalah padang pasir. Sungguh Allah Maha Besar. Bisa menghidupkan unta pada padang pasir. Sungguh gersang kota ini (Jedah, Madinah).  Aku merasakan beratnya perjuangan nabi Muhammad. Sungguh mulia beliau.
           

Sabtu,   25   April 2015

Akhirnya kami sampai di hotel Dar Al Naeem Hotel.  Kami beristirahat, mandi dan sholat asar jama’ ta’khir.
 Ibadah pertama adalah sholat Magrib dan Isya’ di Masjid Nabawi. Sungguh takjub dan syukur aku berada di sini. Aku terus menangis dan bersyukur atas apa yang aku alami ini.


Kebetulan sekali aku bersebelahan dengan seorang Indonesia yang sudah dua kali melakukan umrah. Dia menceritakan pengalamannya. Dia juga bisa pergi ke raudhah pada hari sebelumnya.  Dia berkata bahwa  jika bisa pergi dan sholat dua rokaat di Raudhah maka apa pun yang di batin akan menjadi kenyataan.
Aku juga berharap untuk pergi ke raudhah.
Minggu,       26  April 2015
            Kegiatan hari ini diawali dengan sholat Tahajud. Setelah itu sholat Fajar dan sholat subuh. Kebiasaan di masjid Nabawi adalah  bahwa setelah sholat Fardhu pasti ada sholat Jenasah. Aku merasakan Sungguh Mulia Nabi Muhammad SAW. Banyak orang yang mendoakan nabi dan mengharap syafaat darinya di hari kiamat. Semoga aku juga menjadi orang yang mengikuti beliau dan berkumpul bersama-sama di belakang nabi Muhammad SAW bersama dengan orang yang mendapat syafaat lainnya.
            Kegiatan dilaksanakan dengan berziarah ke makam nabi Muhammada SAW.  Kebetulan saya dan rombongan dibimbing oleh seorang pembimbing jadi bisa bersama-sama.  Ratusan ribu manusia berkeinginan untuk bisa sholat dan berdoa di raudhah.
            Aku  bersama rombongan antri. Kami harus duduk disana. Sambil antri, aku melihat di depan mataku ada makam nabi Muhammad, dan juga para sahabatnya. Ada tulisan “Jangan menyakiti orang yang akan beribadah. Atas izin Allah, masih ada kesempatan untuk sholat di Raudah”. Tulisan itu membuat aku tenang dan yakin bahwa aku pasti bisa berdoa di sana. Aku masih ingin mengutip tulisan itu karena waktu itu aku lupa untuk menulisnya. Aku berharap bisa.
            Banyak sekali orang yang tidak sabar untuk sampai di Raudhah. Sehingga mereka berdesak-sesakan dan menginjak orang. Dalam hal inilah sebenarnya kesabaran manusia itu diuji. Maka siapa yang sabar Allah akan memberikan  hadiahNya.  Maka samapailah aku pada waktu giliranku. Aku bisa sholah dua rokaat di karpet hijau. Namun aku merasa tidak puas karena aku sholat di bagian belakang diantara perbatasan. Lalu aku mendapat kesempatan lagi untuk sholat pas di tengah. Aku lalu bersujud lalu mengucapkan doa yang aku minta kepada Allah. Rasanya tidak puas dan ingin berlama-lama sujud di raudhah. Namun aku ingat bahwa semua orang juga ingin sholat disana. Maka aku sudahi setelah aku merasa cukup. Aku tidak boleh serakah. Semoga Allah menjawab semua apa yang aku minta.
            Rasa syukur tak terkira rasanya. Aku merasa seperti bermimpi saja. Aku masih punya keinginan untuk pergi kesana. Namun aku tidak tahu apa aku bisa atau tidak. Aku harus mengurus kedua ibuku. Aku harus menyediakan makan dan menemani mereka kemana saja mereka pergi. Aku tidak bisa leluasa pergi semauku. Jika Allah berkenan aku masih bisa pergi ke sana.
            Kegiatan hari ini memperbanyak beribadah di masjid Nabawi saja. Sholah Dhuhur, asar, magrib dan Isya di masjid Nabawi.
            Pada malam harinya aku bertemu dengan seorang dari Pakistan yang rupanya pengalaman spiritualnya sudah tinggi. Dia mengatakan kesannya pergi di Makkah dan Madinah. Di Mekah, dia seakan melihat Allah yang Maha Besar. Dia merasa sangat kecil sehingga seakan dia tidak kuasa atas semuanya dan merasa takut sekali pada Allah.
            Sedangkan pada saat berada di Medinah, dia sekana melihat nabi Muhammad yang penuh dengan kedamian, kasih sayang dan menyambut dengan senyuman. Rasanya dia tidak takut untuk melihatnya tidak tertunduk seperti ketika melihat Kakbah.

Senin,    27   April 2015
            Kegiatan hari ini diawali dengan sholat Tahajud, suhuh lalu persiapan ke berbagai tempat. Pertama kami diajak untuk pergi ke Masjid Kuba. Masjid ini adalah masjid pertama yang ada dan Nabi Muhammad ikut meletakkan batu. Nabi ingin agar masjid bisa cepat selesai dan bisa digunakan. Para sahabat sebenarnya  melarang nabi untuk ikut membangun namun itulah kelebihan nabi. Dia bukannya orang yang seperti pemimpin saat ini hanya menyuruh saja.


            Disini saya merasakan bahwa nabi Mubammad adalah seorang pejung. Orang yang pertama kali melakukan sesuatu adalah orang yang akan terus diingat dan dikenang sepanjang masa.  Orang setelahnya tidak akan setenar orang yang pertama. Maka saya menyadari akan pentingnya melalukan kebaikan pertama sekali.
            Betapa aku juga menyadari bahwa para sahabat nabi sangatlah melindungi nabi dan setia mengikuti beliau. Setiap pemikiran beliau akan didukung.
            Di masjid Kuba aku bisa sholat Dhuha. Kata nabi jika kita sholat di masjid Kuba dan bersuci di rumah, maka pahalanya seperti  orang yang melakukan umrah sekali. Sejarahnya adalah bahwa orang-orang Madinah dulu pengin umrah di Mekah. Namun karena jaraknya jauh  maka mereka bisa sholah di mashid kuba. Itulah kisahnya sang pembuat sejarah. Itu akan dikenang sepanjang masa.
            Aku juga ditunjukkan masjid Ngijabah. Tetapi kami tidak singgah di Masjid ini. Ceritanya, di masjid itu nabi berdoa dan dikabulkan oleh Allah. NAbi berdoa tiga hal. Namun hanya dua hal saja yang dikabulkan oleh allah. Dua doa yang dikabulkan allah adalah agar umat Nabi Muhammad tidak kelaparan. Doa kedua agar  umatNya tidak mati karena terkena angin badai/ topan. Doa ketiga yang adalah agar setelah nabi Muhammad  umatnya tidak  ada perbedaan atau perselisihan. Inilah yang tidak  dikabulkan oleh Allah maka sampai sekarang selalu ada perbedaan pada umat Islam.
            Aku  juga diperluhatkan masjid Kiblatain. Di sini pernah terjadi dua arah Kiblat sholat. Dahulunya arah Kiblat adalah menghadap ke rah Pakistan. Namun  karena dinggap sama dengan arah orang Kafir maka nabi menyeru untuk mengubah arah Kiblat adalah di Arah Kakbah.  Kami tidak singgah di masjid tersebut.
            Tujuan kami selanjutnya adalah ke kebun Kurma. Kami diperlihatkan kebun Kurma dan bisa juga berbelanja di sana. Setiap pengunjung bisa mencicipi kurma secara gratis di sana. Salah satu penjual kurma ada yang menjual kurma segar yang baru saja keluar dari Freezer. Kurma segar dan dingin. Aku baru tahu rasa kurma segar yang ternyata memang sangat manis asli. Kurma tidak tahan lama. Baru saja beli sudah cepat busuk, Makanya  kurma selalu dijual dalam keadaan kering.  Aku mengambil satu dan lalu aku aku makan. Rasanya  seperti sawo kecik dan ada rasa sepatnya. Enak sekali.


                        Perjalanan dilanjutkan ke percetakan Alqur’an. Disana kami bisa membeli Al-quran langsung dari percetakan. Banyak sekali bus berderet-deret  di sana. Orang laki-laki bisa memiliki satu al-Quran secara gratis. Orang perempuan harus membeli jika menginginkan. 

            Perjalanan selanjutnya adalah kembali ke hotel untuk melakukan makan dan sholah duhur. Namum kami harus bersabar karena pada sekali orang yang menggunakan lift. Maka aku putuskan untuk makan terlebih dahulu. Semua orang merasa sangat lelah dan ingin segera beristirahat. Namun sekali lagi kami harus diuji kesabarannya. Maka dalam waktu yang lama kami antri di depan lift.     Aku meminta kedua ibu untuk istirahat. Namun aku sangat ingin pergi ke Masjid. Pergilah aku ke masjid. Aku ingin sambil beristirahat. Mata sangat mengantuk. Aku meluruskan kakiku. Terasa nyaman rasanya. Aku tidak tergesa-gesa untuk kembali ke hotel. Dengan kesendirian ini rasanya aku sangat tenang dan leluasa. Setelah aku rasa cukup, aku pergi pulang. Sejenak aku beristirahat. Namun tidak lama lagi aku harus persiapan untuk sholat asar.
            Lalu magrib dan isya aku juga sendiri. Rasanya mengantuk sekali. Aku sangat lelah mungkin. Kurang tidur dan istirahat. Namun aku harus kuat, Aku selalu merasa sayang jika aku tidak pergi ke masjid.
            Setelah mengambil makan malam, aku beristirahat. Nyenyak sekali tidurku.
           


Selasa,    28   April 2015
            Jam setengah 3 dini hari aku bangun. Lalu persiapan pergi ke masjid bersama ibu. Namun aku hanya dapat sholat Tahajud 2 rokaat. Tidak lama adhan Fajar. Walau 2 rokaat, aku merasa bersyukur karena aku masih bisa sholat Tahajud. 
            Hari ini tidak banyak kegiatan di pagi hari. Saya bisa berkemas-kemas . Sungguh padatnya kegiatanku. Aku  dan ibu mengemasi barang-barang kami untuk dibawa ke kota Mekah. Setelah semua beres,  aku meminta izin kepada ibu untuk bisa sholat Dhuha di masjid nabawi. Aku berangkat sendiri saja. Jalan tampak lengang. Aku memberanikan diri walau harus berangkat sendirian ke masjid karena seorang perempuan harus pergi dengan muhrimnya di sini. Bismillah…. Aku menutup mukaku dengan masker agar tidak begitu mencolok. Sampai di monument jam, aku sempatkan diri untuk berfoto sebagai kenang-kenangan. Aku juga memberikan makan pada burung merpati yang ada di sana. Banyak sekali burung dara di sini karena orang tidak diperbolehkan membunuh binatang maka burung banyak jumlahnya. Bersodaqoh tidak hanyak untuk orang saja namun juga pada binatang makanya banyak orang menjual biji-bijian untuk pakan merpati.



            Aku lalu masuk masjid. Begitu tiba di masjid, aku mendapati bahwa pintu untuk melihat Raudhah masih buka. Aku berlari agar tidak keburu tutup. Begitu tiba di tempat antri, seorang petugas memintaku untuk bergabung bersama rombongan Indonesia. Alhamdulillah aku bisa mengutip tulisan yang aku inginkan di tempat antrian menuju Raudhah sebagai berikut: “Avoid troubling yourself and others by pushing and entering Rawdah whwn it is crowded. Please wait and enter it in order you have enough time pray there, if you wish.” Kalimat itulah yang aku terapkan. Aku selalu berdoa untuk bisa datang lagi ke tempat ini.
            Begitu giliranku tiba, aku sempat sholat sampai 6 rokaat di Rawdah. Itu adalah kesempatan yang luar biasa. Aku bisa menyampaikan semua keinginanku kepada Allah. Aku berkata dalam hati, “Ya Allah aku ridho jika tempat sujudku ini diinginkan oleh orang lain. Namun jika tidak ada yang mengusirku, izinkanlah aku berada di sini. Aku bisa sangat leluasa memlilih tempat tang aku inginkan. Aku bahkan berkeliling mulai dari makan Nabi sampai akhir karpet hijau. Semula aku pikir sangat sempit namun ternyata cukup luas juga. Aku terus menerus membaca sholawat dan memandangi dengan takjub. Alhamdulillah… Allah memberiku kesempatan. Allah mengabulkan doaku walau hanya aku batin saja. Subhanallah.
            Setelah puas, aku pulang. Aku ceritakan pengalamanku ini kepada ibu.  Ibu juga ingin sekali mendapatkan kesempatan itu.
Setelah beberapa saat, kami persiapan untuk sholat Dhuhur di masjid Nabawi.Kami masih mempunyai kesempata untuk bisa sholat di Masjid Nabawi yang terakhir kalinya pada kesempatan umrah kali ini.  Kami juga melakukan sholat Asar jama’ takdim karena akan melakukan perjalanan yang cukup panjang.  Aku bersukur dan merasa selalu rindu untuk datang ke sini lagi. Aku berdoa agar Allah memberiku kesempatan ke sini lagi bersama suami dan anak-anak.
Setelah selesai, kami pun pulang. Seperti  biasa, aku mengambilkan makan untuk kedua ibuku. Bisa dibayangkan.. aku harus naik turun sambil  membawa dua piring nasi. Namun aku melakukan dengan penuh keikhlasan. Semoga ini adalah wujud baktiku kepada kedua ibuku. Amiin.
Setelah mareka aku ambilkan makan, aku lalu makan. Setelah itu aku bersiap. Jika orang lain cukup mempersiapkan diri sendiri, aku harus mempersiapkan dua orang.  Namun  Alhamdulillah semua bisa berjalan dengan baik. Kami tidak sampai terlambat jika kami harus berkumpul bersama.
Selanjutkan dengan pakaian ikram serba putih, kami semua berangkat ke Mekah. Di sepanjang perjalanan,  Aku menikmati pemandangan gurun pasir yang kering. Subhanallah. Bisa dibayangkan waktu itu nabi hanya mengendarai unta pada saat cuaca sepanas itu.
Di Dalam bus, pemandu memberikan pengarahan dan pencerahan.  Aku dan semua orang dipandu untuk selalu mengucapkan Talbiah. Cuaca yang panas membuat bibir kami terasa kering dan pecah-pecah . Makanya aku meminum air agar tidak  kering.
Waktu perjalanan yang diperlukan adalah 6 jam perjalanan dengan bus. Jarak  Madinah Mekah adalah 400 Km. Pemandu menjelaskan beberapa tempat yang istimewa di Mekah sebagai berikut:
1.     Multazam.
2.     Rukun Yamani
3.     Hijir Ismail
4.     Maqom Ibrahim
Kami juga dibimbing untuk melakukan towaf dan sa’i. Sa’I yaitu berjalan dari Safa ke Marwa sebanyak 7 kali dan selesai di Marwa. Setelah itu setiap orang harus mencukur rambut  minimal tiga helai.
            Juga ada tawaf sunah tanpa sa’i yaitu berputar 7 kali . Pahala  sholat di masjidil haram adalah 100.000 kali lipat. Sedangkan pahala sholat di Masjid Nabawi adalah 1000 kali lipat. Kami dianjurkan untuk beramal sebanyak mungkin selama berada di Makah.
Pada petang hari, Alhamdulillah bus berhenti karena sopir akan beristirahat. Hari mulai gelap. Aku merasa mengantuk sekali. Sesekali saja aku terbangun dan aku dapati sudah sampai di kalangan yang terang benderang. Rupanya aku sudah sampai pada kota Mekah.  Subhanallah… Aku akan mengunjungi rumah Allah.
Kami bersama rombongan sampai di Asaraya Hotel. Lalu kami tidak bisa berlama-lama karena kami hanya diberi waktu sedikit saja untuk mengambil air wudhu. Setelah itu kami malakukan umrah bersama.
Pertama-tama kami berangkat dari hotel menuju masjid. Sampai di masjid, kami melakukan sholat berjamaah Isya’ dan magris jama’ ta’kir. Lalu kami menuju  ke kakbah untuk melakukan towaf. Subhanallah… rasanya aku sangat takjub. Benarkah aku sudah sampai di Ka’bah? Kami melakukan rangkaian towaf sebanyak tujuh kali putaran. Betapa aku rasakan Allah Maha Agungnya, Maha Tinggi dan Maha Besar. Semua orang mengagungkanNya.
Setelah selesai, kami melakukan sholat sunah towaf. Lalu  dilanjutkan sa’i. Kami berputar berjalan 7 kali. Lelah juga rasnya. Anmun karena demi ketaatan kepada Allah maka semua harus dijalankan dengan ikhlas.

Begitu selesai, kami lalu mencukur rambut atau tahalul. Terkhir, kami minum air zam-zam. Lalu kami yang telah kelelahan beristirahat di kamar hotel.


           

Rabu,    29  April 2015
            Aku sholah Dhuha dan menanti sampai sholat dhuhur di masjid pas di depan ka’bah. Ini adalah kesempatan yang sangat langka bagiku. Aku kini tahu bagaiaman sholat dilakukan di Masjidil Kharam. Aku tahu kalau ternyata imam sholat berada di depan Multazam atau pintu Ka’bah. Aku juga tahu keadaan sholat di masjid agung ini.
                        Air zam zam melimpah di tempat ini. Jika diibaratkan, Allah member suguhan air munum bagi tamunya. Subhanallah…
             


Kamis,   30  April 2015
            Jadwal hari ini adalah mengunjungi beberapa tempat yaitu jabal ramhan, nur dan juga melakukan unrah yang kedua.

 Padat juga acara hari ini. Semua memerlukan tenaga.  Umrah saya kali ini aku niatkan  untuk bapak. Allah mungkin menguji hambanya akan kepatuhannya melakukan perintah Allah. Jika kita ikhlas, Allah rela dan pastilah akan memberikan ganjaran. Kegiatan selesai ketika  waktu sholat Duhur. Lalu kami berhenti untuk sholat duhur. Setelah itu dilanjutkan lagi satu kali putaran dan selesai sudah.
                       

Jum’at,  1 Mei 2015
            Aku bangun dini hari puluk 2 pagi. Aku lalu mencari teman untuk bisa pergi ke masjid. Alhamdulillah ada teman dari first tour yang juga ingin pergi ke ka’bah. Aku lalu mengikutinya. Aku melakukan sholat tahajud. Setelah sholat tahajud, aku berjalann mendekat. Pertama ke Hijir Ismail. Aku sholat di dalamnya. Lalu aku pergi ke Rukun Yamani, dan satu tempat yang paling sulit adalah Hajar Aswat. Aku masih sangat penasaran dengan hajar aswat. Alhamdulillah aku bisa memegangnya. Orang berjubel riyel untuk bisa menciumnya. Sudahlah aku rela. Mungkin suatu saat aku bisa menciumnya. Aku lalu mencari tempat untuk persiapan sholat subuh. Alhamdulillah aku mendapat tempat yang cukup leluasa. Aku bertemu orang Madura yang sudah mukin di mekah.  Dia wajahnya rusak karena dia pernah dipasang susuk. Ada-ada saja. Dia memberiku jus buah.
            Hari ini aku dan kedua ibu  berniat untuk melakukan I’tikat di dalam masjid. Besuk kami sudah pulang sehingga ini adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan.  
            Ribuan orang tumpah ruang di Masjidil Haram. Semua adalah tamu-tamu Allah. Aku salah satunya yang sangat kecil sekali. Alhamdulillah aku sudah bisa pergi ke sini dan beberapa kali mendapat kesempatan untuk sholat di Hijir Ismail, memegang pintu ka’bah, mencium Rukun Yamani, dan memenang saja hajar aswat. Itu sudah luar biasa sekali bagiku.
            Hari ini kami mengemasi barang-barang kami. Pukul 11 malah harus sudah siap di depan pintu.

Sabtu,    2  Mei 2015
            Kegiatan diawali pada dini hari jam 2 dengan melakukan Tawaf wada’. Lalu sholat subuh di lobby hotel dan berangkat ke Jedah. Melakukan perjalanan pulang. Aku berdoa semoga aku masih bisa datang kesini lagi bersama dengan keluargaku.
            Perjalanan diawali dengan pergi ke Ballad.  Disana kami dipersilakan belanja. Ada toko yang bernama Toko Ali Murah dan juga ada bakso Mang Miing di sana. Sekali lagi, aku tidak memiliki nafsu belanja sama sekali. Aku hanya mengantar kedua ibu belanja.
            Setelah beberapa saat, perjalanan dilanjutkan ke Masjid terapung di laut Merah. Ternyata air laut merah diolah menjadi air tawar dan disalurkan untuk memenuhi kebutuhan orang seluruh Makkah. Aku juga diberitahu tempat Qishos dimana disana diberlakukan hukum Islam baik dipotong tangan, dibunuh dan lain-lain. Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Bandara Jedah. Disana kami makan bersama lalu mulai masuk satu persatu. Sungguh ketat pengecekan orang yang akan masuk dan keluar Jedah. Kesabaran kami diuji lagi. Sampai-sampai pembimbing kami tidak bisa keluar dari bandara. Terpaksa dia masih harus ditahan disana.
            Selama dalam perjalanan aku sudah terbayang akan apa yang akan aku lakukan di Indonesia. Semua sudah menanti dan membayang-bayang.
Perjalanan dari Jedah ke Singapore singgah sebentar di Dubai untuk menurunkan penumpang. Kebetulan sekali aku bisa duduk bertiga. Selama dalam perjalanan kami dilayani dengan sangat baik.       

Minggu,   3     Mei 2015
            Tidak terasa hari sudah berganti. Kami sudah sampai di Singapore. Sampai di Singapore, saya bisa mengakses internet. Tidak butuh waktu yang lama bagi kami menanti. Karena aku berinternet waktu terasa sangat cepat. Benda cair sama sekali tidak bisa masuk. Ada teman yang membawa minyak zaitun langsung dibuang begitu saja.
            Dari Singapore perjalanan dilanjutkan ke Juanda. Waktu yang ditempuh hanya dua jam saja.  Aku sebenarnya ingin menikmati perjalanan namun mata ini mengantuk sekali.
            Sampai di Juanda, kami menanti barang-barang. Alhamdulillah… barang kami semua lengkap. Ada tiga koper yangharus ditahan di Jedah. Setelah itu kami berpamitan dan menuju ke rumah masing-masing. Kami sudah dijemput oleh pihak travel. Perjalanan harus dilakukan menuju ke Ponorogo.
            Sampai di Ponorogo, kami sudah dinanti banyak orang. Alhamdulillah… Lega sekali rasanya. Aku bersuci dan melaksanakan sujud syukur dan sholat di Masjid depan rumah. Para tamu datang member ucapan selamat dan juga meminta doa dari saya.
            Itulah perjalanan kami. Banyak hal yang tidak tertulis karena saking banyaknya pengalaman ruhani ini. Namun sediki  tulisan ini semoga bisa bermanfaat untuk pembaca sekalian. Sebagai pengobat rindu pergi ke tanah suci menjadi tamu Allah. Amiin.