Pribadi Kuropsi Berakhir di Jeruji
Cerpen Oleh: Rustiani Widiasih
“O…
jadi Bapak teman sekantornya Gianto?”
ucap lelaki botak sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
“Betul.
Kok Bapak kenal sama Pak Gianto?” jawab lelaki
bertubuh kurus yang duduk di pojok warung kopi pagi itu.”Saya dulu anak
buahnya Pak.”
“Jelas
saya kenal baik dengan Gianta. Lha wong saya
ini tetangganya.”
“O…”
jawab lelaki kurus sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kasian beliau ya
Pak.”
“Kasian
anak dan istrinya juga. Semua jadi berantakan sekarang. Padahal Gianto itu
merintis karirnya dari nol. Dia seorang anak buruh tani yang miskin.”
Obrolan
dua orang yang tidak saling kenal itu menjadi sangat akrab karena masing-masing
kenal dengan baik dengan seorang yang bernama Gianto. Obrolan mereka di warung kopi itu sangat seru
karena Gianto dan keluarganya sedang
menjadi buah bibir saat itu.
“Saya
mengenal pak Gianto sejak sepuluh tahun yang lalu ketika Pak Gianto dimutasi
sekantor dengan saya. Katanya sih, dia
memulai bekerja dari golongan paling bawah. Sedikit demi sedikit naik pangkat
hingga menduduki jabatan,” tutur lelaki
krempeng setelah meneguk kopi.
“Ya saya tatu itu. Gianto itu mau ditempatkan
di mana saja, selalu bekerja dengan tekun, disiplin dan tertib. Dia juga
disukai anak buahnya karena selalu menghormati siapa saja. Begitupun dalam
keseharian di masyarakat, tindak tanduknya sopan dan santun.”
“Ya
Pak betul itu. Saya sebagai anak buahnya merasakan kebaikannya.”
“Dulu,
kehidupan Gianto dan anak istrinya selalu rukun dan bahagia. Kehidupannya yang sederhana itulah yang
membuat mereka bahagia.”
“Sebenarnya
apa sih pak penyebab awal sehingga keluarga pak Gianto bisa menjadi berantakan
seperti sekarang ini? Bapak kan tetangganya, pasti tahu dong penyebabnya?”
“Oh…
komplek sekali penyebabnya. Yang jelas setahuku semua berawal dari istrinya si
Lina itu.”
“Memang
ada apa dengan bu Lina?”
“Lina
itu selalu memuntut pada suaminya.
Diberi uang berapapun tidak ada cukupnya. Makanya dia membuka usaha pembayaran token listrik. Katanya sih biar
dapat pemasukan tambahan. Katanya, usaha titu tidak membutuhkan banyak biaya
dan dapat dilakukan di rumah saja. Setelah berembuk dengan suaminya, Gianto
akhirnya terwujudlah rencana untuk
mendirikan Token Listrik di rumahnya.”
“ Terus apa yang salah Pak?”
“Suatu
pagi, salah satu pelanggan yaitu bu RT
bertamu di rumah Gianto. Dia mengatakan kalau pada hari sebelumnya ada seorang
petugas PLN yang datang menagih bayaran Listrik.
Dia merasa tidak pernah terlambat dalam membayar listrik.”
“Terus?”
“Ya…Setelah
ditanyakan, Lina mengatakan kenyataan
yang sebenarnya bahwa dia memang belum membayarkan uang listrik. Kejadian itu didengar oleh seluruh warga
kampung. Banyak yang mengatakan keluhannya ketika membayar listrik ke Lina.
Lina sering mengambil uang mengambil
uang konsumen meskipun hanya seribu atau dua ribu rupiah atau kurang dari itu. Misalkan total
nilai pembayaran listrik adalah 9.400
dan kita menyerahkan uang Rp 10.000, maka biasanya Lina tidak memberikan kembaliannya dengan alasan
tidak ada uang receh. Kadang uang kembalinya akan diberikan pada bulan
berikutnya namun kenyatannya tidak pernah dibayarkan.”
“Hanya
seperti itu alasannya pak?”
“Tidak. Uang kembalian itu
memang kecil, berapalah nilainya itu di
zaman serba mahal ini. Kebanyakan konsumen tidak mempermasalahkan hal ini atau
tidak ingin mencari rebut. Begitulah tipikal orang Indonesia, suka mengalah. Namun
jika jika dikumpulkan akan menjadi
banyak juga. Banyak orang sudah mengeluhkan kejadian semacam ini, tetapi Si Lina biasanya tutup mata atau tidak mau tahu.”
“Kalau begitu mengapa orang membayar listrik di tempatnya bu Lina?”
“Sudah terlanjur dikoordinir sama
dia. Sebenarnya banyak orang sudah mengira bahka perilaku Lina mencurigakan. Setiap membayar listrik
jika diminta struknya tidak diberikan. Katanya sudah diberikan kepada petugas.
Jika ditanya berapa habisnya, dia selalu menjawab seratus ribu. Dan dia menurut begitu saja. “
“Memang gaji pak Gianto masih kurang
ya pak sampai-sampai bu Lina harus membuat usaha sendiri?”
“Wah… kalau itu saya tidak tahu
pastinya. Yang jelas Lina dan Gianto memiliki tiga orang anak. Anak yang
pertama duduk di bangku SMP, anak kedua dan ketiga masih duduk di bangku SD.
Tentu saja tidak sedikit biaya harian yang diperlukan. Apalagi, Gianto hanyalah
pejabat kecil.”
“Biar pejabat kecil dia itu atasan
saya lho pak” protes lelaki kurus. “Terus apa yang salah dengan bisnis bu Lina?
“Mungkin
karena banyaknya keperluan hidup, Lina terbujuk hutang dengan jaminan kartu ATM
suaminya. Kata petugas kridit, dengan ATM tidak perlu ada
jaminan apapun dan uangnya bisa langsung
cair. Namun celakanya, Lina tidak
bermusyawarah dengan suami. “
“Terus
apa reksi pak Giantao?”
“Awalnya
Gianto tidak tahu. Gianto tahu kalau sistrinyaberhutang dan kartu ATM sebagai
jaminannya ketika ada seorang datang mengih hutang. Sebenarnya Lina ingin
sekali menyimpan rahasia itu. Kenyataannya serapat-rapatnya dia menutupi
rahasianya masih ketahuan juga.”
“Apa
reaksi pak Gianto Pak?”
“Ya,
pastilah Gianto marah. Terjadilah pertengkaran diantara keduanya. Suasana rumah
menjadi tidak damai. Keributan sering
terjadi. Bahkan hampir setiap hari. Saya yang mendengarnya menjadi pusing
mendengarnya. Akhirnya suatu hari Lina
tidak kuat lagi dan pergi meninggalkan rumah. Tidak jelas kemana perginya.
Beberapa hari Gianto mencari ke rumah
saudara-saudaranya. Namun tidak ketemu juga. Gianto sangat sedih. Dia harus
mengurus anak-anak dan ditambah lagi dia tidak memegang uang kala itu. “
“Apa
bu Lina tidak pulang?”
“Setelah
beberapa hari menghilang, Lina muncul juga. Dia merasa
tidak nyaman lagi berada di kampungnya, Di a merasa semua orang selalu
mengawasinya. Karena perasaan itu dia sering berdiam diri di rumah saja. Dia merasa
malu pada bu RT yang uang listriknya diambil selama tiga bulan tidak
dibayarkan.”
“Bapak
tahu betul cerita pak Gianto dari A sampai Z ya?”
“Tidak
hanya saya yang tahu. Semua orang di kampung juga tahu.”
“Terus bu RTnya melaporkan bu Lina ke polisi ya
pak?”
“Tidak. Namun bu RT tidak mau tertipu lagi. Sekarang
pembayaran listrik dia bayarkan di bank.
Bu RT kaget melihat angkah yang harus dia bayar. Biasanya dia membayar
seratus ribu lewat bu Lina. Kini, dia hanya membayar enam puluh ribu. Jadi selama bertahun-tahun
dia membayar seratus ribu setiap bulannya. “ Semula bu RT ingin pergi menemui
bu Lina untuk meminta tanggung jawabnya. Namun
dia mendapatkan kabar kalau bu
Lina telah pergi meninggalkan anak dan suaminya. Kasian sekali. Anak-anak yang tidak tahu
apa-apa ikut jadi korban. “
“APa
bu RT melaporkan buLina kepada Polisi?”
“Tidak. Akhirnya bu RT mengikhlaskan
uangnya. Itu lebih baik daripada mendapatkan maslah baru dengan bu Lina. Semua
diambil hikmahnya saja. Ya, begitulah. Kesemrawutan kehidupan Lina karena
ulahnya sendiri. Ternyata korupsi dilakukan tidak hanya orang kaya . Yang mempunyai proyek besar korupsinya juga besar.
Yang kecil proyeknya korupsinya jug
kecil seperti Lina itu.”
“Apa karena itu pula pak Gianto
melakukan korupsi ya Pak?”
“Mungkin saja. Sebenarnya Gianto
orangnya jujur kok. Tidak mungkin kalau dia korupsi.”
“Anehnnya pak. Ketika pak Gianto
diperiksa, tidak ada bukti transfer uang pada pak Gianto. Tidak ada nomor
rekening yang pantas dicurigai. Tidak terbukti ada nama rekening Gianto dan
juga keluarga yang ada unsur korupsinya.”
“Jelas tidak ada. Gianto tampaknya orang bersih dan jujur.
Tidak ada model kuruptor”
“Walau tidak terbukti ada
penyelewengan dana, pak Gianto tetap dianggap salah karena dia menjalankan tender
dengan cara yang salah. Karena itu,
Gianto tetap dimasukkan pada tahanan.”
“Kamu belum tahu kenyataan
yang sebenarnya. Gianto ternyata juga manusia.
Pada saat saya besuk, ada wanita
muda yang cantik dan bersih menjenguk Gianto dalam penjara.
Saya terheran-heran dan bertanya-tanya siapa wanita itu. Dengan jujur Gianto mengatakan bahwa dia adalah istri mudanya. Huh..”
Saya terheran-heran dan bertanya-tanya siapa wanita itu. Dengan jujur Gianto mengatakan bahwa dia adalah istri mudanya. Huh..”
“O, ternyata Pak
Gianto juga manusia yang masih kena goda ya pak.”
“Ya. Lelaki itu godanya
harta, tahta dan wanita. Rejeki itu
jika dicari dengan cara yang benar akan memberikan kebahagiaan. Sebaliknya jika mencarinya
tidak benar akan menjadi sumber bencana, tidak berkah. Ya seperti kisah Gianto
itu.”
“Gara-gara
uang semua jadi kacau ya pak.”
“Ya.
Memang uang yang berasal dari cara yang
tidak banar akan menjadi darah yang kotor. Makan uang panas akan menjadi
perut panas, pikiran panas dan perilaku yang panas pula. Akhirnya Gianto
seperti Si
Kancil anak nakal yang Suka mencuri
timun Ayo lekas ditangkap Jangan diberi ampun. He.. he…” Ucap lelaki botak
sambil bergegas keluar dari warung kopi. Sedangkan lelaki krempeng masih
penasaran tentang kisah kehidupan keluarga mantan atasannya.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar