Pelajaran
Mendongeng Sebagai Pembentuk Karakter
Anti Korupsi
Oleh: Rustiani Widiasih
Korupsi di
Indonesia sudah membudaya Ibarat penyakit, sebenarnya sudah ditemukan
penyebabnya, namun obat mujarab untuk penyembuhan belum bisa ditemukan.
Persoalan moral bangsalah yang sudah terlanjur sudah buruk sehingga
mengakibatkan budaya korupsi sukar dihilangkan.
Karena budaya korupsi sudah mendarah daging maka
perlu adanya upaya membentuk karakter anti korupsi sejak dini pada anak.
Mengapa harus diberikan pada anak sejak usia dini, hal ini disebabkan karena
pada usia tersebut pemikiran anak masih bersih belum tercampuri kepentingan
apapun. Salah satu metode yang digunakan adalah melalui dongeng atau cerita.
Metode ini sangat cocok diterapkan pada anak usia dini. Dengan penanaman
pendidikan moral anti korupsi yang diberikan pada anak sejak usia dini, maka
diharapkan kelak ketika anak tersebut sudah dewasa dan menjadi pemimpin,
pendidikan moral anti korupsi yang telah didapat akan diaplikasikan.
Bagaimana cara menanamkan moral
anti korupsi lewat dongeng kepada anak?
Cara menanamkan moral anti korupsi
lewat dongeng kepada anak. Beberapa manfaat
yang dapat diperoleh tulisan ini adalah menambah pengetahuan tentang manfaat dongeng sebagai
sarana untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada masyarakat.
Juga, memberikan alternatif solusi
terhadap masalah peredaran korupsi yang semakin marak.
Hakikat Dongeng
Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak dianggap benar-benar
terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun
tempat. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga
dongeng yang melukiskan kebenaran, berisi ajaran moral, bahkan sindiran (Agus :
2008). Pada mulanya kegiatan bercerita atau menuturkan cerita hanya dilakukan
dan ditujukan untuk orang dewasa, misalnya para prajurit, nelayan, dan musafir
yang sering kali tidur di tenda-tenda. Biasanya yang diceritakan adalah
cerita-cerita rakyat yang diturunkan secara turun temurun dari mulut ke mulut.
Namun, pada beberapa kebudayaan, para orang tua dan muda berkumpul bersama
untuk mendengarkan dongeng yang dibawakan oleh seorang tukang cerita atau
pendongeng yang di beberapa kebudayaan biasanya merangkap sebagai tabib. Selain
menyampaikan hiburan, pendongeng biasanya juga menyampaikan atau mengajarkan
adat kebiasaan dan moral kepada orang muda.
Penanaman Karakter Anti Korupsi Melalui Dongeng
Dongeng menjadi jalan mewujudkan kaidah dasar, bahwa
penanaman nilai dapat dilakukan tanpa kesan memaksa dan menekan. Malahan
dongeng dan kegiatan mendongeng membentuk benih-benih sikap positif. Sikap yang
terus-menerus dibentuk hingga menjadi karakter anak setelah dia dewasa.
Harus diakui, dongeng punya pengaruh luar biasa.
Anak-anak, target utama penceritaan dongeng, mudah terbujuk oleh cerita-cerita
dongeng. Penelitian mengungkapkan bahwa dongeng bisa mengembangkan kecerdasan
intelektual, emosional, dan spiritual anak. Dongeng sanggup mengembangkan moral
guna mengetahui perbuatan yang baik dan buruk.
Tokoh dan karakter yang diceritakan dalam dongeng akan
selalu diingat oleh sang anak, apakah itu tokoh baik maupun tokoh jahat. Cerita
dongeng juga dapat berpengaruh bagi kesembuhan anak yang sedang sakit, terutama
dampak psikologisnya. Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng
merupakan cara paling ampuh dan efektif untuk memberikan sentuhan humanis dan
sportifitas bagi anak. Dongeng berpengaruh pada cara berpikir, moral, dan
tingkah laku.
Dongeng membentuk dan mengembangkan imajinasi anak.
Selain itu, dongeng berguna untuk memasukkan nilai dan etika secara halus
kepada anak. Dongeng akan menanamkan sikap mental yang bersemangat dan tanggung
jawab pada diri si anak. Pesan moral, ajaran pekerti, dan pendidikan karakter
yang terkandung dalam dongeng akan memberikan keteladanan dan panutan bagi
anak.
Atas dasar pemikiran seperti itu, rupanya dongeng sejalan
dengan tujuan pendidikan antikorupsi. Yakni pembentukan manusia yang
mempunyai pemahaman, sikap, dan perilaku yang anti terhadap korupsi.
Terutama pendidikan antikorupsi kepada anak dini usia.
Nilai-Nilai Anti Korupsi Dalam Dongeng
Pendidikan antikorupsi adalah perpaduan pendidikan nilai
dan karakter. Sebuah karakter yang dibangun di atas landasan kejujuran,
integritas, dan keluhuran. Dalam kaitan itu, dongeng bisa menjadi sarana
penanaman nilai-nilai antikorupsi. Pertanyaannya, nilai-nilai antikorupsi
seperti apa yang selayaknya diberikan melalui dongeng?
Korupsi bisa timbul karena dua sebab. Sebab
pertama, korupsi karena kebutuhan (corruption by need). Korupsi yang timbul ketika penghasilan tidak lagi bisa
menanggung kebutuhan dasar sehari-hari. Jalan keluarnya biasanya dengan
mengambil sikap menyimpang. Melakukan korupsi. Sebab kedua, korupsi karena
keserakahan (corruption by greed). Tidak puas dengan satu gunung emas,
cari gunung emas kedua dan ketiga. Sudah punya rumah, ingin motor. Sudah ada
motor, mau mobil. Mobil terbeli, ingin mobil mewah.
Apa yang kita lihat dan dengar semasa kecil juga akan
membentuk karakter kita bila dewasa kelak. Karena itu, nilai-nilai antikorupsi
dalam dongeng adalah nilai-nilai yang mempromosikan kesederhanaan, kejujuran,
dan daya juang. Selain itu, juga nilai-nilai yang mengajarkan kebersamaan,
setiakawan, dan kedisiplinan. Namun, tentu saja, tidak semua cerita dalam
dongeng bisa berguna. Sebagai contoh adalah dongeng si kancil mencuri
ketimun petani. Si kancil dikisahkan hewan yang cerdas, cerdik, dan lincah.
Dengan kecerdikannya, si kancil mengelabui petani, untuk kemudian berhasil
mencuri ketimun. Si kancil sulit tertangkap oleh petani. Suatu kali petani
berhasil menangkap basah si kancil. Tetapi dengan kelihaiannya, kancil berkelit
dari jerat hukuman.
Cerita kancil di atas mungkin saja telah meracuni pikiran
anak. Anak mengira mencuri adalah sesuatu yang wajar. Anak memiliki anggapan
bahwa kepintaran merupakan keunggulan seseorang yang bermanfaat untuk mencuri.
Karena itu, sesuai nilai antikorupsi yang ingin disebarkan, maka kita perlu
cerita dongeng yang memuat figur-figur yang jujur, berani, kompetitif, dan
bertanggungjawab. Bukan figur yang memakai kecerdikannya untuk memperdaya orang
lain. Dongeng dan mendongeng adalah salah satu bentuk pendidikan nilai, yang
pada gilirannya mendukung upaya pendidikan antikorupsi. Sebuah pendidikan
antikorupsi yang dimulai dari usia dini. Pendidikan antikorupsi diharapkan
membentuk karakter individu, hingga pada gilirannya akan membentuk karakter
bangsa secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar