Artikel


Disiplin

Adat sepanjang jalan, cupak sepanjang betuang (Tiap pekerjaan memiliki aturan)
Memikul di bahau, menjunjung di kepala (mengerjakan sesuatu sesuai dengan aturan)

Disiplin adalah  tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin bisa diterapkan dalam berbagai hal, diantaranya:

a.    Tepat waktu
Pribadi yang berkarakter selalu menghargai waktu karena sadar waktu adalah  modal  yang tidak pernah dapat diraih kembali. Waktu terus berjalan dan tidak akan pernah kembali. Maka, alangkah ruginya orang yang tidak pernah memanfaatkan waktu dengan baik.
Pribadi berkarakter selalu menggunakan waktu secara tepat, terencana dengan baik, dan diisinya secara padat. Ini antara lain dapat  dilihat dari kebiasaan mereka dalam bersekolah dan mendatangi kegiatan secara tepat waktu.
Dia memusuhi kebiasaan orang yang suka terlambat. Apalagi dalam terlambat tersebut. Dia tidak memakai jam keret yang selalu molor.
Kedisiplinan jika tidak dijadikan sebagai suatu kebiasaan akan menjadi suatu beban yang memberatkan. Kedisiplinan adalah siksaan sehingga tersa berat untuk melakukannya. Sebaliknya jika kedisiplinan ditanamkan pada didri seseorang dan dijadikan suatu kebiasaan maka akan menjadi suatu kebutuhan. Maksudnya, jika tidak melakukan suatu kedisiplinan dia akan merasa ada sesuatu yang kurang dan hilang pada dirinya sehingga muncul rasa menyesal atau resah.
Seorang yang sukses harus memiliki rasa disiplin yang tinggi. Kebiasaan disiplin bisa ditunjukkan dengan datang pada setiap kegiatan tepat waktu, jika diberi tugas tepat waktu dalam menyelesaikan, tidak banyak melaklukan penyimpangan dan keterlambatan.



c.     Tertib
Orang yang tertib biasanya hidupnya tertata. Dia mampu mengatur waktu yang hanya 24 jam dengan  baik.  Orang berkarakter tahu kapan harus beribadah, belajar, bekerja, bersantai, tidur dan bermain. Dia tidak akan menyia-nyiakan waktu dengan percuma. Dia melakukan sesuatu secara teratur.


d.    Tidak menunda PR dan pekerjaan
Pepatah mengatakan “Kerjakan apa yang bisa kamu kerjakan hari ini, jangan menunda sampai besuk.” Segala sesuatu yang dapat kita kerjakan hari ini hendaknya dikerjakan segera. Keesokan harinya, kita mesti mengerjakan kegiatan lain. Kebiasaan itu sangat baik jika kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sekali saja kita menunda pekerjaan rumah, misalnya, berarti kita telah menambah beban kita sendiri di masa yang akan datang. Padahal, waktu tetap  24 jam tidak bertambah.
Pekerjaan rumah yang kita tunda belum tentu hasilnya maksimal jika kita kerjakan di lain waktu. Kita pasti dihadapkan pada tugas lain yang harus kita selesaikan. Sehingga pekerjaan menjadi bertumpuk. Itulah yang membuat kita malas mengerjakannya. Mau tidak mau, perhatian kita terpecah. Kita  menjadi tergesa-gesa dan hasilnya tidak maksimal. Sementara tugas lain juga menuntut untuk diselesaikan.
Bisa jadi, ada hal lain yang tidak terduga. Itu akan menghambat pekerjaan kita. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi keesokan hari.
Sebagai contoh, pada hari Senin ada PR Matematika. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan tugas pada hari Senin depan. Kita menganggap waktu mengerjakan masih panjang sehingga sampai di rumah tidak segera dikerjakan. Padahal kita memiliki waktu untuk menyelesaikan. Kita tidak menyadari kalau waktu terus berjalan. Tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan waktu, apalagi memutarnya. Belum tentu keesokan harinya kita dapat mengerjakan PR karena sakit atau pekerjaan lain yang tidak kalah penting. Ada baiknya kita membuat skala prioritas. Kita  mengerjakan sesuatu dari yang paling penting.
Namun demikian, ada kalanya menunda sesuatu itu justru kebih baik. Sebaliknya jika kita mengharuskan untuk melaksanakan akan menjadi tidak baik. Misalnya saja, kita mempunyai keinginan untuk memiliki sepeda motor. Padahal, saat itu orang tua kita sedang repot. Adik-adik memerlukan biaya untuk masuk sekolah dan membeli seragam baru. Dalam hal seperi itu, kita lebih baik menunda keinginan kita. Kita menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan keinginan kita kepada orang tua.
e.    Tidak menyia-siakan waktu luang

Ada kebiasaan yang tidak disadari sebagian siswa. Yaitu membuang waktu secara sia-sia. Misalnya ngobrol berjam-jam tidak jelas arahnya. Ironisnya materi yang dibahas soal kejelekan orang lain. Ngerumpi seperti ini sangat mengasikkan. Ia betah meski berjam-jam mebicarakannya. Anehnya, orang seperti ini  kalau diajak melakukan kegiatan mengelak dengan alasan sibuk.
       Waktu dapat diatur secara baik supaya mendatangkan menfaat dan membawa kebaikan.
f.     Memiliki target dan jadwal
Agar bisa memanfaatkan waktu secara efisien, maka hendaknya selalu mentusun program kerja yang jelas. Ada jadwal kegiatan, pembagian kerja, dan ada evaluasi.
Ada baiknya kita memiliki jadwal  diri untuk kegiatan harian agar semuanya bisa berjalan dengan baik dan tidak ada yang terbengkalai. Pembiasaan itu sangat menguntungkan kita .
Tidak hanya itu. Perlu sekali adanya pertahapan program. Pada dasarnya ada tiga macam program yaitu jangka panjang, menengah dan pendek. Jangka pendek adalah pekerjaan yang paling mendesak. Dari tingkat urgensi atau kepentingannya, suatu program dicari dari yang paling penting, baru yang agak penting, selanjutnya yang kurang penting.

Dalam melaksanakan ini ada jadwal kerja yang jelas. Dengan rencana kerja yang tertib, lebih mudah mencapai tujuan. Mana yang penting dikerjakan terlebih dahulu sehingga tidak ada yang tercecer.

Skala prioritas adalah satu cara untuk mencapai efektifitas kerja yang tinggi. Masalah bisa muncul  setiap saat dalam pelaksanaannya. Jika skala prioritas tidak dilakukan, maka penyelesianan maslah menjadi tidak efektif. Orang berkarakter selalu memegang skala prioritas dalam meyelesaikan banyak permasalahan.
g.    Patuh pada aturan
Pribadi berkarakter  selalu mematuhi peraturan. Jika berada di jalan, dia taat pada aturan lalu lintas. Mulai rambu-rambu lalu lintas, penggunaan lajur jalan, dan perlengkapan kendaraan bermotor. Dia pantang ,melanggar peraturan lalu lintas. Begitupun dalam kehidupan di rumah, sekolah, dan masyarakat. Apa yang menjadi peraturan ditaati. Dia merasa bersalah jika melanggar peraturan walau itu tidak ada sangsinya.
Termasuk, aturan daru Tuhan. Dia sadar akibat melanggar aturan akan menuai siksa walau tidak di dunia, kelak di akherat. Dia juga mencari rahasia Tuhan dibalik semua peraturan yang harus dia taati. Pasti ada hikmah  dan manfaat dibalik semua rahasia peraturan Tuhan.

1 komentar: