Kata-kata
Pembakar Semangat yang Mengantarkan Meraih Juara (2)
Oleh:
Rustiani Widiasih
Lomba
takbir keliling antar kelas sudah menjadi agenda rutin di sekolahku setiap
malam Idul Adha. Setiap kelas harus ikut
berpartisipasi mengikuti acara tersebut termasuk kelasku, kelas X.6. Ini adalah
hal baru bagi kelas X pada umumnya.
Seperti
biasa, aku menanyakan sejauh mana kesiapan anak-anak. Ketika aku tanya, mereka
sama sekali belum memiliki kata sepakat akan pakaian yang mereka gunakan, alat
yang mereka bawa, dan lain sebagainya. Kata ketua kelas, ketika membahas
masalah baju yang akan mereka pakai, sempat terjadi adu pendapat antar siswa.
Ada siswa yang tidak mau memakai baju tertentu yang ditentukan. Ada yang ingin
semua memakai ini dan itu.
Aku harus
segera mengkondisikan anak-anak kelas X6. Aku pun lalu bertanya kepada siswa
apakah mereka ingin menjadi pemenang. Anak-anak menjawab serentak dengan
kata”MAU”.
“Baiklah
kalau kalian ingin menjadi pemenang. Kalian harus mempersiapkan diri
sebaik-baiknya. Hilangkan rasa egois. Kalian
adalah satu kesatuan. Dalam lomba takbir keliling, juri akan memilih satu tim
yang terkompak. Kalian harus benar-benar
serasi mulai dari pakaian yang kalian pakai,
kelengkapannya, dan yang lebih penting adalah kekompakkan Takbir kalian.
Kalian dilihat oleh juri dan juga penonton lainnya sebagai satu tim, bukan per
individu. Ekali lagi, kalian akan dilihat sebagai satu kesatuan, bukan per
individu. Pastikan kalian tampak bagus dilihat secara tim. Coba kalian
bayangkan. Kalian bagus penampilannya secara individu, namun baju kalian tidak
seragam. Apakah itu bagus dilihat secara kelompok? Tidak kan. Lalu coba
bayangkan.Kalian memakai baju yang sama warnanya dan berseragam serasi, baguskan jika dilihat
secara tim?. Oleh karena itu pastikan apa yang kalian pakai mulai dari alas
kaki hingga kepala sama sewarna. Barisan
kalian juga harus selalu rapi. Jika
kalian berada di deret depan, kamu harus terus di depan. Kalian harus terus
berbaris sesuai dengan urutannya. Lalu pikirkan apa yang akan menjadi
penerangnya. Biasanya menggunakan obor, lilin, lampu atau apa. Pikirkan juga
apa akan berada di depan sekali sebagai penyangga speker dan juga bedug. Di sepanjang jalan kalian haru terus mengumandangkan takbir. Nah...
sekarang pikirkan, diskusikan, dan bahas bersama-sama. Saya akan melihat
bagaimana hasil diskusi kalian pada hari H-nya. Berilah kejutan kepada saya,”
begitu ucapku panjang lebar kada anak-anak. Lalu aku meninggalkan kelas dan membiarkan mereka berdiskusi.
Pada
hari yang sudah ditentukan, aku siap melihat pawai takbir keliling di
sekolahku. Satu per satu kelompok kelas lewat di depanku. Pada waktu kelas X.6
lewat, aku betul-betul mendapatkan kejutan dari anak-anak didikku. Aku melihat anak-anak berbaris dengan rapinya.
Sepatu yang diakai semuanya berwarna hitam. Mereka memakai rok dan celana
hitam, atasan putih jilbab dan kopiah berwarna hitam. Anak-anak perempuan membawa obor yang dihiasi
dengan kertas emas. Anak-anak lelapi, membawa kentongan yang juga
dihias dengan kertas emas. Warnanya tampak menyala dan mencolok. Di bagian
depan, ada gerobak yang dihiasi dengan balon berwarna-warni serta lampu
kerlap-kerlip yang begitu indah. Dua anak mendorong gerobak tersebut, dan
seorang anak duduk di gerobak dengan memukul beduk. Satu siswa lagi membawa
speaker dan mengumandangkan takbir yang diikuti oleh siswa lainnya. Aku sungguh dibuatnya takjub. Aku bangga kepada
mereka. Aku mengacungkan jempol kepada
mereka.
Pada
hari Senin ketika upacara, diumumkan kejuaraan lomba takbir keliling. Juara diumumkan dari juara ketiga, kedua dan
hampir tidak percaya kalau juara pertama adalah kelas X.6. Anak-anak X.6 bersorak-sorak germbira. Mereka sangat bahagia. Namun mungkin
kebahagiaan saya jauh lebih besar daripada kegembiraan mereka. Kepuasan seorang
guru yang hanya bisa memberi kata-kata
pembakar semangat untuk meraih cita-cita. Namun sebatas kata-kata hanya
menjadi kata-kata jikatidak diiringi dengan langkah nyata. Semoga saya bisa
terus memberi motivasi yang bisa mengantarkan mereka meraih prestasi.
****