Meningkatkan Keterampilan Reading Comprehension Dengan Scientific Approach
Oleh: Rustiani Widiasih*
Kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami perubahan
dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) menjadi kurikulum 2013.
Pendekatan yang digunakan dalam mengajar juga mengalami perubahan. Pada
kurikulum 2013 ini, pendekatan yang digunakan adalah Scientific Approach. Dengan adanya perubahan ini, diharapkan para
siswa mempunyai keterampilan, pengetahuan dan sikap yang baik.
Meski
kurikulum 2013 belum sepenuhnya di terapkan, sekolah harus mengubah
paradigma guru untuk melakukan model pembelajaran
menuju kearah penguatan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang terintegrasi
dengan Scientific Approach.
Pada tahun palajaran 2013/2014, belum semua sekolah menerapkan
kurikulum 2013 termasuk sekolah penulis sendiri. Namun penulis telah
mendapatkan kesempatan mengikuti workshop tentang kurikulum 2013 sehingga
penulis mencoba menerapkan scientific
approach di kelas yang penulis ajar. Penulis ingin mengetahui dampak
penerapan scientific approach dalam
mengajar bahasa Inggris khususnya keterampilan membaca (reading).
Telah diketahui bahwa materi pengajaran bahasa Inggris
yang diajarkan pada tingkat SMP dan SMA, dijabarkan menjadi empat kompetensi
dasar, yaitu
membaca (reading), berbicara (speaking), mendengarkan (listening) dan menulis (writing). Dari
keempat kompetensi dasar tersebut membaca
merupakan salah satu kompetensi dasar yang penting. Keterampilan
membaca sangat diperlukan dalam berbagai bidang dan kebutuhan seperti dalam News Reading Contest, memahami bacaan
berbahasa Inggris seperti pada novel, koran,
buku-buku referensi, dan lain-lain. Keterampilan membaca juga membantu
dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan teks bacaan (reading text). Membaca (reading) mendapatkan porsi yang besar dalam UAN. Pada soal UAN SMA, reading mendapatkan
porsi 75 % dari seluruh soal. Kenyataan
tersebut menunjukkan betapa pentingnya keterampilan
membaca dalam menentukan kelulusan siswa.
Namun
pada kenyataannya, siswa cenderung merasa malas membaca bahasa Inggris karena siswa sering menemukan banyak kosakata yang belum dipahami.
Oleh
karena itu tugas seorang guru bahasa Inggris ialah dapat menyajikan materi pengajaran dengan
baik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Bila
hal ini tidak dilakukan oleh guru, maka tidaklah aneh
bila siswa merasa bosan dengan pelajaran yang disajikan.
Dalam hal
pengajaran bahasa Inggris khususnya pengajaran membaca, siswa sering mengeluh
tentang kurang berhasilnya guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas.
Kekurangberhasilan
ini dapat disebabkan oleh diri pengajarnya sendiri, misalnya cara penyampaiannya
kurang efektif, efisien dan menyenangkan. Bisa
juga berasal dari diri siswa misalnya kurangnya motivasi pada diri siswa atau
kurangnya memahami betapa penting bahasa Inggris untuk masa depanya.
Atau bisa juga
karena materi yang diajarkan kurang menarik minat siswa untuk belajar
Salah satu faktor yang dapat menimbulkan kekurangberhasilan guru dalam
pengajaran membaca adalah kurang tepatnya memilih pendekatan pembelajaran.
Akibatnya, siswa akan merasa bosan dan proses belajar mengajar
akan terasa monoton.
Untuk mengatasi masalah yang ditemukan di
atas, maka usaha yang harus ditempuh adalah
dengan mengubah pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Adapun
pendekatan yang digunakan adalah Scientific
approach. Dengan demikian diharapkan akan terjadi Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) serta berkarakter.
Scientific Approach
Proses pembelajaran
pada pendekatan scientific approach menyentuh tiga
ranah belajar, yaitu: sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Peserta didik diharapkan mampu mengimplementasi “tahu apa, mengapa dan bagaimana”. Hasil akhirnya adalah
diharapkan peserta didik mampu melakukan peningkatan dan
keseimbangan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia
yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard
skills ) yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan.
Pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran
(Sudarwan, 2013). McCollum (2009) menjelaskan bahwa komponen-komponen
penting dalam mengajar menggunakan pendekatan
scientific diantaranya adalah guru harus menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder), meningkatkan
keterampilan mengamati (Encourage
observation), melakukan analisis (Push
for analysis) dan berkomunikasi (Require
communication).
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2013), langkah-langkah penerapan pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran adalah: Mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan.
Berikut ini adalah
contoh pelaksanaan scientific approach dalam pembelajaran membaca teks recount
dengan judul Michael Jacson. Tentu saja, setiap kegiatan pembelajaran teridiri
dari kegiatan pendahuluan, inti dan
penutup.
Kegiatan pembelajaran
diawali dengan orientasi yaitu memperlihatkan
gambar Michael Jacson. Setelah itu guru menanyakan kepada siswa
sejauh mana mereka mengetahui tokoh yang akan dibahas dalam teks dengan
bertanya: “Do
you know who is he? What kind of song he
usualy sing? What
is the title of his song do you know?Can
you sing his
songs?
Kegiatan
inti dilakukan dengan tahapan pada pendekatan scientific. Pertama, mengamati.
Siswa
diberi teks berjudul Michael Jackson. Lalu siswa
membaca teks tersebut sekilas. Sambil
membaca, siswa menandai kosakata yang belum mereka ketahui artinya.
Kedua, mempertanyakan (questioning). Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa mempertanyakan
antara lain kosa kata sulit yang ditemukan dalam teks. Guru
memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan siswa.
Ketiga, mengeksplorasi. Secara berkelompok siswa menentukan generic
structure pada
teks, menentukan
ide pokok pada tiap paragraf, menjodohkan
kata- kata dari teks, dengan
sinonimnya yang tepat, dan
menjawab pertanyaan yang diberikan berdasarakan teks.
Keempat, mengasosiasi. Guru mengetengahkan permasalahan hidup yang dihadapi
Michael Jakson. Siswa mendiskusikan solusi yang
tepat terhadap permasalahan
yang dihadapi Michael Jackson secara
berkelompok.
Kelima, mengkomunikasikan. Siswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompok. Kelompok yang
lain memberikan tanggapan. Guru
memberikan umpan balik. Pada kegiatan
penutup, guru bersama siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran. Selain itu, guru
mendorong siswa untuk bisa belajar dari kehidupan tokoh yang dibahas pada teks yaitu Michael
Jakson. Bahwasannya, mereka harus bersyukur atas karunia Tuhan dan selalu bersosialisasi dengan orang lain dan tidak
mengucilkan diri. Guru juga perlu memberikan
penghargaan atau pujian kepada kelompok yang
berkinerja paling
baik.
Hasil Pembelajaran
Sebelum
menerapkan pembelajaran menggunakan scientifi
approach, siswa cenderung kurang
berminat terhadap pengajaran bahasa Inggris, tidak aktif dalam proses belajar
mengajar, serta tidak mempunyai budaya bertanya dan menjawab pertanyaan
melainkan budaya “diam”. Dari hasil
nilai, ditemukan
bahwa siswa mendapatkan nilai yang
rendah dalam membaca.
Penerapan pengajaran menggunakan Pendekatan
scientific (scientific approach) dapat meningkatkan nilai rata-rata siswa. Nilai rata-rata pada pre test
adalah 61,1 pada pembelajaran tahap 1 adalah
63,8 dan pembelajaran tahap 2 adalah 71,9. Pembelajaran dikatakan
berhasil karena sudah mencapai nilai standar ketuntasan minimum (70).
Pendekatan
scientific (scientific approach) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
itu disebabkan oleh alasan bahwa: Pertama,
pendekatan scientific (scientific approach)
dilaksanakan secara berkelompok. Siswa merasa lebih percaya diri dan
merasa nyaman. Rasa nyaman bisa menambah hasil belajar siswa.
Kedua,
tahap mengamati, menanya, mengekplorasi dapat meningkatkan kosa
kata siswa.
Siswa kadang lupa kosa kata tertentu. Namun dengan cara
berkelompok, siswa akan saling mengingatkan. Ini memberikan dampak yang positif
bagi siswa untuk mengingat kosa kata atau mentahui kosa kata baru. Pada
dasarnya, setiap siswa telah memiliki pengetahuan kosa kata sebelumnya (prior
knowledge), namun karena jarang digunakan kosa kata tersebut dapat terlupakan.
Adanya pendekatan scientific (scientific approach), sangat membantu untuk
memanggil proir knowledge yang
tersimpan di memori siswa baik berhubungan dengan kosa kata, ataupun pengetahuan lainnya.
Ketiga, tahap
mengkomunikasikan dapat meningkatkan
pemahaman siswa. Ini merupakan latihan untuk bisa
menyampaikan hasil diskusi pada kelompok lain.
Dengan membaca pemahaman (reading comprehension) secara berkelompok,
siswa akan saling terbantu dalam hal
kepecayaan diri, keberanian tampil, dan penguasaan materi. Pastilah
siswa akan mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum mengkomunikasikan kepada
kelompok lain.
Keempat, tahapan
ekplorasi dapat meningkatkan kompetensi
membaca siswa. Tahap ekplorasi bisa menambah
kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan
bacaan. Kelima, setiap tahapan scientific approach dapat meningkatkan
hasil nilai siswa. Otomatis,
jika semua unsur dalam membaca dapat diperbaiki kompetensi membaca siswa juga
bisa ditingkatkan.
Selain itu, peningkatan
kualitas proses
pembelajaran dapat dilihat dari
adanya peningkatan minat positif siswa
dalam mengikuti pelajaran. Perbaikan tersebut adalah: antusias siswa
terhadap pelajaran, keaktifan
bertanya, keaktifan berdiskusi, keaktifan
mengerjakan tugas.
Melihat hasil temuan diatas, bagi guru yang menghadapi masalah yang sama dalam mengajar membaca
dapat menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran walaupun belum
menerapkan kurikulum 2013.
Daftar Pustaka
Kementerian
Pendidikan Nasional. 2013. Kompetensi
Dasar SMP/MTs.
Jakarta
Mc Colum (2009). A scientific approach to teaching.
http:/kamccollum .wordpress.com/2009/08/01/a-scientific-approach-to-teaching /last update januari 2013.
Sudarwan (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Pusbangprodik