PENDEKATAN “BELIEFS, WORDS, AND ACTIONS” SOLUSI JITU PEMECAH MASALAH INTEGRITAS VS KRIMINALITAS AKADEMIK



A.PENGANTAR
Pendidikan di Indonesia masih berorientasi pada hasil akhir berupa nilai. Siswa dituntut untukmemperoleh nilai yang baik dan tinggi. Siswa dikatakan berhasil apabila telah mencapai nilai tertentu sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan demikian, siswa akan berusaha untuk mencapai nilai yang ditetapkan. Siswa juga dituntut untuk memperoleh nilai yang bagus oleh pihak universitas apabila mereka ingin kuliah. Selain tuntutan tersebut, setiap orang tua pasti akan bangga ketika anaknya mendapatkan nilai terbaik. Hal itu menyebabkan siswa berusaha untuk meraih nilai yang tinggi.
Siswa yang hanya berorientasi pada nilai ibarat robot yang diciptakan untuk fokus pada pencapaian nilai.Mereka belajar hanya untuk mendapat nilai saja.Akibatnya, siswaakan tumbuh menjadi orang yang pasif bukan orang yang kreatif. Seseorang yang pasif tidak mempunyai inisiatif sedangkan orang kreatif akan senantiasa berfikir dan mengembangkan diri demi kesuksesan dalam hidupnya.Untuk mencapai nilai yang diinginkan, tidak sedikit siswa menyontek dalam ujian dan melakukan plagiarisme dalam mengerjakan tugas pembuatan karya tulis.
Hal tersebut dikatakan oleh Deighton (Irawati, 2008) sebagai  kecurangan akademik, yaitu upaya yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan keberhasilan dengan cara-cara yang tidak jujur.Kecurangan akademis tidak berbeda dengan sebuah tindak kejahatan atau kriminalitas akademik.Pada era teknologi saat ini, peluang untuk melakukan tindakan tersebut semakin terbuka.Siswa memiliki akses onlineyang membuat lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.Mereka mudah untuk men-downloaddan copy paste materi ajar di internet. Siswa dapat membawa ponsel mereka ke ruang kelas dan menggunakannya untuk melakukan semua pekerjaan yang mereka butuhkan. Akibatnya siswa tidak memperhatikan keterampilan yang seharusnya mereka kuasai. Padahal,  nilai tinggi belum tentu menjamin suskes dalam menjalani kehidupan setelah lulus sekolah.
Fakta diatas bertolak belakang dengan konsep integritas akademik yang menjunjung tinggi nilai kejujuran.Integritas akademik adalah  suatu komitmen yang harus dijaga dalam setiap keadaan. Ada lima nilai penting integritas akademik, yaitu: honesty/kejujuran, trust/kepercayaan, fairness/keadilan, respect/menghargai, dan responsibility/ tanggung jawab, dan humble/ rendah hati (The Center for Academic Integrity,1999)dalam Irawati (2008). Pada kenyataannya, banyak sekali siswa yang tidak memahami integritas akademik.  Siswa tidak mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan bertentangan dengan integritas akademik. Hal ini terjadi karena tidak ada sosialisasi oleh pihak sekolah mengenai hal tersebut. Selain itu, sekolah juga tidak memberikan aturan dan sangsi yang jelas terhadap pelanggaran integritas akademik. Padahal, apabila integritas dapat diterapkan pada satuan pendidikan, maka akan menghasilkan generasi unggul yang memiliki karakter mulia.

B.  MASALAH
Masalah plagiarisme dan pelanggaran integritas akademik lainnya bukan saja masalah nasional,namun juga menjadi permasalahan internasional.Dibeberapa negara  lain  pun  perilaku  mencontek  juga marak dilakukan. Survey nasional  yang  dilakukan  oleh Josephson Institute of Ethics di Amerika pada tahun  2006 dengan  responden  36.000  siswa Sekolah Menegah Pertama (SMP) menemukan 60 % siswa  mengakui  pernah mencontek  pada  saat  ujian  dan  pengerjaan tugas.  Terjadi  peningkatan  sebesar  10  % dalam  kurun  waktu  20  tahun.                 95 % diantaranya  mengaku  bahwa  tidak  pernah ketahuan ketika mencontek (Strom dan Strom dalam Hartanto, 2009).
Untuk menegetahui perilaku kriminalitas akademik yang dilakukan oleh siswa terkini, penulis melaksanakan survey pada siswa SMA Negeri 1 Badegan Kabupaten Ponorogo.Berdasarkan hasil survey yang dilaksanakan penulis pada tanggal 14 Nopember 2016 terhadap 40responden  menunjukkanbahwa kebanyakansiswa pernah melakukan  kecurangan akademik  dalam  bentuk  menyontek dan plagiarisme. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel atau grafik berikut:
Tabel 1.hasil survey kriminalitas akademik siswa SMA Negeri 1 Badegan Ponorogo

Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa tindakan kriminalitas akademik yang biasa dilakukan oleh siswa adalah plagiarism (87,5%), menyontek (85%), pemalsuan data (52,5 %), penipuan (50 %), peniruan (20 %), suap (15 %), dan sabotase (5 %).Pengertian kiminalitas akademiktersebut adalah sebagai berikut:
1.    Plagiarism/menjiplak:memproduksi ciptaan asli penulis lain (perorangan, kolektif, organisasi, masyarakat termasuk penulis anonim) tanpa pengakuan.Mempresentasikan hasil pikiran, tulisan, publikasi atau kerja kreatif orang lain sebagai hasil kerja diri sendiri.
2.    Fabrication/pemalsuan data,informasi,  referensiatau kutipan dalam bidang akademik.
3.    Deception/penipuan: memberikan informasi palsu atau alasan palsu untuk mengklaim memiliki karya yang dikirimkan.
4.    Cheating/menyontek: setiap usaha untuk memperoleh bantuan dalam latihan akademis formal (seperti tes).
5.    Bribery/suap: memberikan sejumlah uang untuk mendapatkan jawaban,tugas atau tes.
6.    Sabotage/sabotase: mencegah orang lain menyelesaikan pekerjaan merekatermasuk memotong halaman dari buku perpustakaan atau sengaja mengganggu percobaan orang lain.
7.    Imitation/peniruan: menirukan hasil pemikiran orang laindengan maksud untuk mendapatkan  keuntunganpribadi.(Diterjemahkan dari https://en.w ikipedia.org/wiki/Academic_dishonesty).
Sedangkan definisi istilah-istilah pada integritas akademik adalah sebagai berikut:
Integritas Akademik

Definisi Kongrit
Trust/ kepercayaan

Menjunjung tinggi kepercayaan dalam bidang sains, ilmu
Honesty/kejujuran

Jujur pada diri sendiri dan orang lain,
memiliki sikap jujur dalam akademik contoh: tidak mencontek, menghindari plagiarisme.
Respect/menghormati
Menghargai karya orang lain, tidak merusak.
Humble/rendah hati
Tidak menyombongkan diri ataupun meremehkan orang lain.
Responsibility/
tanggung jawab
Mau dan bisa bertanggung jawab dari apa yang telah diperbuat. Bertanggung jawab terhadap tugas, kewajiban, dan apa yang dikatakan
Fairness/keadilan
Objektivitas seseorang terhadap sesuatu. Mengatakan sesuai dengan keadaaan yang sebenarnya.

Tindakan kriminalitas akademik dapat menjadi budaya akademik jika tidak ada upayapencegahannya.Untuk itu perlu adanya upaya untuk menghindari tindakan tesebut  agarsiswa memiliki integritas akademik.
C.  PEMBAHASAN DAN SOLUSI
Integritas Akademik
Kriminalitas Akademik
Plagiarism/menjiplak
Fabrication /pemalsuan data
Deception/penipuan
Cheating/menyontek
Bribery/suap Sabotage/sabotaseImitation/peniruan


Honesty/kejujuran
Trust/kepercayaan
Fairness/ keadilan
Respect/menghargai
Responsibility/tanggung jawab
Humble/rendah hati

“Beliefs
Words
Actions”
Pada pembahasan sebelumnya telah disampaikan tentang kondisi siswa ideal yang seharusnya memiliki integritas akademik yang meliputi honesty/kejujuran, trust /kepercayaan, fairness/ keadilan, respect/ menghargai, dan responsibility/ tanggung jawab, sertahumble/rendah hati(The Center for Academic Integrity,1999) dalam Irawati (2008).  Namun pada kenyataannya siswa justru melakukan kejahatan atau kriminalitas akademik yaitu: plagiarism/menjiplak, fabrication/pemalsuan data, deception/penipuan, cheating/menyontek, bribery/suap, dan  Imitation/peniruan. Untuk itu perlu adanya solusi jitu yang mampu meningkatkan integritas akademik dan sekaligus bisa memberantas kriminalitas akademik. Pendekatan “Belief, words, and actions” merupakan pendekatan yang dapat mempengaruhi siswa secara psikologis, spiritual dan kepribadian berbasis keimanan dan ketaqwaan.
1. Belief
Belief merupakan noun  (kata benda) yang secara sederhana artinya adalah kepercayaan. Dalam kamus Oxford, belief diartikan sebagai especially refers to the act of accepting something without proof and evidence.Oleh karena itu, belief seringkali diidentikkan dengan faith (kepercayaan), agama, dan semacamnya karena belief sifatnya sangat percaya atau yakin.Belief juga dapat diartikan sebagai pendapat yang kuat.
Orang yang memiliki kepercayaan kuat akan memiliki kepribadian yang kuat pula. Mereka akan teguh memegang pendiriannya.Mereka senantiasa memilih yang benar dan berpihak kepada kebenaran. Selain itu orang yang mempunyai beliefs atau keimanan akan mempercayai keberadaan Tuhan yang Maha Tahu atas setiap perbuatan yang mereka lakukan. Kedekatan dengan Tuhan akan membentengi mereka dari perbuatan atau tindakan kriminalitas akademik. Mereka percaya dampak perbuatan itu adalah dosa, sehingga mereka akan berintegritas. Tidak penting bagi mereka diawasi atau tidak dalam ulangan misalnya, mereka akan mengerjakan setiap soal dengan kemampuan yang dimilikinya. Kejujuran mereka junjung tinggi karena merasa diawasi oleh Tuhan.
2. Words
Dalam hal ini words diartikan sebagai kata-kata baik dalam bentuk tulisan maupun ucapan. Pemikiran ditentukan oleh keyakinan seseorang.Keyakinan  akan mendikteucapan dan tindakan. Pikiran akan menjadi kata-kata. Kata-kata akan menjadi tindakan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa  kata-kata berasal dari pikiran dan tindakan menuruti  kata-kata  atau ucapan.
Jika diibaratkanteko dan isinya, kata-kata adalah isinya dan pikiran adalah tekonya.Teko hanya mengeluarkan isi teko. Jika isi teko adalah air putih, maka yang akan keluar dari teko adalah air putih. Sedangkan jika isinya adalah teh, maka yang akan keluar adalah teh. Kata-kata (baik tulis maupun lisan)  mencerminkan isi pikiran.Ada yang mengatakan bahwa  “Kata-katamu adalah kepribadianmu”. Untuk bisa menghasilkan kata-kata yang berintegritas  sangat ditentukan oleh beliefs atau kepercayaan.
Karena kata-kata yang berintegritas dapat dihasilkan dari orang yang mempunyai  kekuatanbeliefs atau keimanan.  Seorang siswa yang mempunyai keimanan kuat tidak akan berkata bohong, melakukan plagiarism dan kejahatan akademis lainnya karena mereka menyadari bahwa setiap ucapan dan perbuatan yang mereka lakukan harus dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Orang berintegritas akademik selalu  jujur dalam perkataan dan tulisan. Selain itu mereka mengurangi bicara yang tidak perlu, karena pembicaraan yang kurang penting ini sering menjadi alasan  sifat bohong kedepannya.
C. Actions
Actions adalah tindakan atau amal perbuatan.Perbuatan terdiri dari dua hal yaitu tindakan yang berintergitas dan tindakan kriminalitas. Keimanan akan menuntun siswa melakukan sesuatu. Orang yang melakukan tindakan kriminalitas akademik tidak memiliki keimanan yang kuat.Siswa harus memiliki keyakinan bahwa Tuhan selalu mengawasi hamba-Nya, kapanpun dan dimanapun berada.Ketiga unsur di atas tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Pendekatan “Beliefs, words and action”  perlu dijabarkan secara jelas dan detail. Upaya untuk   menumbuhkan integritas akademik dan otomatis mencegah kriminalitas akademik dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Upaya Untuk Menumbuhkan  Integritas Akademik
UNSUR
DEFINISI

KEGIATAN“SEKOLAH BERINTEGRITAS”





Beliefs
Keyakinan/keimanan terhadap Tuhan. Ini  mendorong untuk mengucapkan dan melakukan sesuatu sesuai dengan keyakinan. Keyakinan dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan. Kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap atau gaya hidup.
·         SQ (Spiritual Quation) Training
·         Ekstrakurikuler keagamaan
·         Penyediaan Kartu “Integritas Akademik” dan Kartu “Kriminalitas Akademik”
·         Pelajaran Pendidikan Agama





Words
Kata-kata baik dalam bentuk  ucapan (lisan) maupun dalam  bentuk tulisan
·      Creativity training
·      Writing Training
·      Kegiatan KIR (Karya Ilmiah Remaja)
·      Kompetisi Penulisan Karya Tulis Ilmiah
·      Speech Competition

Actions
Tindakan untuk menghindari apa yang dilarang dan melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan
·      Leadership Training
·      EQ (emotional quation) Training
·      Personality  development Training

            Kegiatan yang ditawarkan tersebut terdiri dari kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Dalam pelaksanaannya, pendekatan “Beliefs, Words and Action”  memerlukan sinergi yang harmonis antara unsur siswa, Guru dan Tenaga Kependidikan dan keluarga.





Pendekatan “Beliefs, words, and actions” tidak bisa berhasil tanpa dukungan siswa, sekolah dan orang tua. Untuk melaksanakan pendekatan tersebut pihak sekolah adalah unsure yang penting karena sekolahlah yang  berhak menciptakan kultur dan peraturan sekolah yang akan dipatuhi oleh siswa dan dukungan orang tua atau wali murid. Komitmen bersama antara ketiga unsur tersebut akan menentukan keberhasilan sekolah untuk  bisa mewujudkan sekolah yang berintegritas yang memiliki siswa berintegritas akademik.  Dengan demikian siswa tidak akan mendapatkan kesempatan untuk melakukan tindakan kriminalitas akademik karena kejahatan terjadi karena ada kesempatan. Tidak ada nya upaya  sekolah untuk memberantas kriminalitas akademik  akan menumbuhkembangkan kebiasaan buruk tersebut.
           
D.  KESIMPULAN DAN HARAPAN 
Integritas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan dan nilai-nilai. Orang yang berintegritas berarti memiliki pribadi yang jujur dan memiliki karakter kuat. Orang-orang yang memiliki integritas  mengatakan kebenaran dan memegang kata-kata mereka.  Mereka bertanggung-jawab atas tindakan-tindakan mereka mengakui  kesalahan mereka dan mengoreksinya. Integritas akademik harus ditumbuhkan pada diri siswa sehingga bisa membentuk pribadi berintegritas. Tindakan kriminalitas akademik yang menciderai intergitas akademik saat ini perlu mendapatkan perhatian dan penyelesaian khusus. Salah satu yang bisa dilakukan adalah penyelesaian dengan pendekatan “Belief, words, and actions”. Pendekatan “Belief, words, and actions” merupakan pendekatan yang dapat mempengaruhi siswa secara psikologis, spiritual dan kepribadian berbasis keimanan dan ketaqwaan.
Mengingat tingginya tingkat kriminalitas akademik di kalangan pelajar, perlu adanya tindakan cepat oleh pihak pemerintah, sekolah dan pelaku pendidikan. Adanya gerakan “Berantas Kriminalitas Akademik” dan gerakan “Tumbuhkan Integritas  Akademik” secara nasional perlu dilakukan di negeri ini. Pendidikan Indonesia hendaknya menghasilkan generasi berintegritas tinggi agar menjadi generasi penerus bangsa yang berintegritas pula.

DAFTAR PUSTAKA

Hartanto,  D.  2009.  Penggunaan  REBT  Untuk Mereduksi  Perilaku  Mencontek Pada Siswa  Sekolah  Menengah. Ringkasan Penelitian.  Yogyakarta:  Fakultas Keguruan  dan  Ilmu  Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan.

Irawati, Intan. (2008). Budaya Menyontek di Kalangan Pelajar.dalam  http://www.kabarindonesia.com/, diakses tanggal 13 Nopember 2016).

Wikipedia,thefreeencyclopedia.https://en.wiki pedia.org/wiki /Aca dem ic_dishonesty

1 komentar:

  1. Mantaap.. Salam kenal
    Jangan lupa kunjungi juga pakbhee.blogspot.co.id
    Terimakasih

    BalasHapus