Harapan Baru pada Kurikulum baru



Kurikulum 2013; Anak Semakin Kreatif 

Oleh Rustiani Widiasih

            Pada tahun pelajaran 2013/2014 ini,  kurikulum 2013 mulai diterapkan pada kelas anakku yang duduk di kelas empat Sekolah Dasar. Saya sebagai orang tua senantiasa mengikuti perkembangan pendidikan anakku.  Aku merasakan perbedaan yang cukup jauh antara pelaksanaan kurikulum KTSP dan kurikulum 2013.  Saya akan menceritakan beberapa perbedaan yang dapat saya amati.
            Pertama, buku pelajaran. Jika dulu ada banyak sekali buku pelajaran, sekarang buku yang dibawa ankku sekolah hanya satu buku  pelajaran saja yaitu buku tematik.  Dulu ada pelajaran bahasa Indonesia, IPA, IPS, Matematika, PKn dan lain-lain dengan buku masing-masing pelajaran sendiri-sendiri. Kini semua pelajaran itu sudah digabungkan  menjadi satu buku saja. Buku tematik itu akan diganti setiap bulannya. Jadi, jika sudah satu bulan, materi pada buku itu harus selesai dan dikumpulkan kepada gurunya. Selanjutnya siswa akan diberi buku baru lagi. Dengan adanya cara seperti ini, tas yang dibawa anakku tidak terlalu berat.
            Kedua,  adanya peran orang tua dalam belajar. Pada kurikulum 2013 ini peran orang tua sangat penting. Sering ada perintah untuk mendiskusikan suatu permasalahan dengan orangtua.  Pernah suatu hari anakku bilang kalau ada PR. Dia minta aku menemaninya mengerjakan PR. Aku bilang kalau dia harus mencobanya terlebih dahulu baru nanti jika sudah selesai, aku kan mengoreksinya.  Lalu dia mengatakan kalau tugas ini harus dikerjakan dengan orangtua. Aku pun membaca perintah yang ada di buku. Memang benar ada perintah untuk mendiskusikan dengan orang tua.  Mau tidak mau aku pun membahasnya dengan anakku. Ini membuat kami bisa berdiskusi bersama anak.
            Ketiga, anak sering ditugasi untuk praktik. Inilah yang saya katakan membuat anak semakin kreatif. Pelajaran tidak sebatas teori saja melainkan juga praktik.  Sering ada tugas untuk membawa perlengkapan ini dan itu untuk praktik di sekolah. Anakku pernah praktik membuat alat musik sederhana, memasak, membuat prakarya dari bahan bekas dan masih banyak lagi. Bahkan, alat musik dari daun yang pernah aku lakukan sewaktu aku masih anak-anak juga dipraktikkan. Ini membuat anak tahu mainan sederhana sehingga anak tidak hanya kenal mainan made in China.
            Keempat, ada empataspek yang dinilai pada kurikulum 2013 yaitu spiritual, sosial, keterampilan dan kognitif.  Jelas ini menuntut anak tidak hanya pintar semata namun juga taat beribadah, memiliki etika yang bagus, dan juga terampil. Hal itu memberikan kesembangan pada diri anak. Anak yang dianggap berprestasi harus memiliki keempat aspek di atas. Dulu yang dinilai hanya dari sisi kognitif saja sehingga banyak anak pintar namun kurang bermoral. Laporan evaluasi anak atau rapor pun berbeda. Pada sementer kemarin anakku mempunyai raport baru. Keempat aspek tersebut benar-benar ditulis di raport. Dan ini sangat menguntungkan karena kognitif bukan satu-satunya ukuran untuk nntuk menilai anak pandai.
            Kelima,  anak  dituntut untuk bertanya. Jika dulu anak hanya diam saja, sekarang siswa diharuskan bertanya. Ya, bertanya merupakah salah satu langkah yang harus dilakukan siswa di kelas. Semakin siswa banyak tanya akan semakin baik. Sebelum pelajaran dimulai  anak diharapkan menanyakan apa yang telah diketahui tentang topik yang akan di bahas, apa yang ingin diketahui dari topik  yang akan dibahas dan sebagaimnya. Dari pertanyaan tersebut, siswa akan digiring untuk menemukan jawaban sehingga anak memiliki tujuan dalam belajar yaitu ingin mengetahui apa yang dia ingin ketahui.
            Keenam, anak dilatih berpikir kritis. Ya, dalam buku pegangan siswa, banyak sekali kolom dan bagan yang harus diisi siswa. Tidak banyak teori di dalam buku peganagn siswa. Misalnya saja dalam membahas tentang sungai. Anak diberi gambar sungai. Lalu anak diminta untuk bertanya tentang sungai. Misalnya asal air sungai, manfaat sungai, dan lain-lain. Setelah itu baru didefinisikan apa sungai itu. Itu sangat terbalik dengan cara mengajar guru saya dulu. Tiba-tiba saja guru saya memberikan definisi apa itu sungai sehingga saya tidak bisa berpikir kritis.  Selain itu saya cepat lupa akan meteri pelajaran.  Dengan diawali bertanya, berarti siswa memliki rasa ingin tahu. Dari rasa ingin tahu itulah yang membuat ilmu bisa tersimpan pada memori jangka panjang.
            Begitulah pengamat saya selama saya menemani anak saya belajar. Semoga kelak pada watunya generasi kurikulum 2013 akan menjadi generasi emas bangsa Indonesia.  Semoga!
***

2 komentar: