Guru Paling Mengesankan
Oleh: Rustiani Widiasih
Jika saya ditanya siapa guru yang
paling mengesankan, saya akan menjawab guru SD saya yang bernama Sidik Pramono.
Nama itu terpatri di dalam memori jangka panjang saya. Walau saya telah
melewati bangku SMP, SMA, S-1, dan S-2, rupanya guru SD saya itu tidak bisa
terhapus menjadi guru yang paling mengesankan bagi saya.
Baiklah saya ceritakan siapa
gerangan guruku itu. Pak Sidik adalah guru olah raga saya. Setiap pagi, beliau
memimpin senam kesegaran jasmani. Senam itu selalu membuatku bersemangat. Pak
Sidik senantiasa memotivasi siswa untuk bersemangat dan bersungguh-sungguh.
Pada hari Rabu dan Jum’at, Pak Sidik
mengajarkan PBB kepada para siswanya. Dari situ saya diajari untuk disiplin
dan tegas. Beliau mengatakan untuk
memiliki disiplin “hidup”, artinya disiplin yang berasal dari diri sendiri dan bukan disiplin “mati”, disiplin yang
dilakukan karena alasan tertentu misalnya karena dilihat oleh guru. Disiplin
“hidup” harus ditanamkan dala diri seseorang sehingga seseorang itu akan
melakukan suatu kebaikan bukan karena orang lain.
Pak Sidik pernah menjadi wali kelas
saya ketika saya duduk di kelas tiga. Beliau mengajari kami untuk menjaga
kebersihan kelas. Kami diajak kerjabakti untuk mengepel kelas kami yang sangat kotor. Maklumlah lantai
kelas saya pada waktu itu hanya dari plester
semen saja. Pada musim penghujan, tanah liat yang menempel di sepatu
kami ikut masuk kelas. Bisa dibanyangkan betapa kotornya kelas kami. Pak Sidik
menganjurkan kepada kami untuk melepas sepatu sehingga “gedibal” atau tanah
liat yang menempel di sepatu tidak ikut masuk. Kelas kami pun menjadi bersih
karenanya.
Untuk membersihkan kelas, kami
diminta untuk membuat sapu yang terbuat dari jerami. Waktu itu, cara memanen
padi dengan cara “ani-ani” bagian atas tangkai padi. Setelah padi ditumbuk, ada
sisa jeraminya. Nah jerami itulah yang kami buat untuk satu. Sekarang saya
tidak bisa menemukan sapu jerami lagi
karena sekarang memanen padi tidak dengan “ani-ani” melainkan dipotong hingga
bagian bawah padi.
Pak Sidik juga menjadi pembina
Pramuka. Kami sering diajak penjelajahan dan juga berkemah. Setiap
kegiatan Pramuka selalu menyenangkan dan
seru. Aku sering ditunjuk untuk mengikuti perlombaan perkemahan mewakili sekolah
di tingkat kecamatan. Aku merasa bangga
untuk itu. Banyak hal yang diajarkan pak Sidik dalam perlombaan itu.
Diantaranya, kami diminta untuk menjaga
kebersihan dan kerapian tenda. Kami tidak boleh membuang sampah kecuali di
tempat sampah. Jika kita sedang makan permen, dan tidak menemukan tempat
sampah, kami harus menaruh bungkus permen tersebut di dalam saku. Jika
menemukan tempat sampah, barulah kita buang bungkus permen itu. Aku juga diajari
untuk memanfaatkan apa yang tersedia di alam untuk berbagai keperluan misalnya untuk hiasan, kami diminta untuk mencari bunga
hidup dan memberikan air di dalam vas bunga agar tidak layu.
Pada Sore hari, pak Sidik
menjadi guru mengaji. Kami diajari
mengaji dirumahku. Kebetulan rumahku yang digunakan untuk tempat mengaji karena
belum ada mushola atau masjid pada waktu itu. Kami mengaji dari Magrib hingga
Isya’. Pak sidik bersama temannya yaitu guru Agama mengajari kami dengan sabar
dan telaten. Sungguh luar biasa guruku itu. Waktunya dihabiskan untuk kami para
siswanya.
O ya, ada satu hal lagi yang tidak
bisa aku lupakan. Pada musim kemarau, kulit kami kering dan bersisik. Pak Sidik yang sangat perhatian, suatu hari
meminta anak-anak untuk membawa pasir dan parutan kelapa. Kami lalu diajak ke
sendang. Disana kami diminta untuk menggosok kaki dan tangan kami dengan
pasir. Aku merasakan tangan dan kakiku
menjadi halus dan kotoran yang menempel jadi hilang. Setelah kering, kami
diminta untuk menggosokkan parutan kepala ke tangan dan kaki. Hasilnya? Tangan
dan kakiku enjadi mengkilap bersih. Lalu kami diminta untuk membiasakan di
rumah agar kulit kami bersih dan tidak “busik” atau “kusi”.
Begitulah apa yang dilakukan guruku.
Beliau sungguh menginspirasiku. Kini aku menjadi guru dan guruku itu selalu aku ceritakan kepada muridku.
Kini aku tidak pernah bertemu lagi dengan guruku itu. Namun aku selalu
mengingat beliau sebagai guru yang mengesankan selama hidupku. Semoga ilmu yang
diberikan menjadi ilmu yang bermanfaat dan akan dibawanya sebagai bekal di akherat kelak karena aku adalah saksi
bahwa guruku telah memberikan ilmunya kepadaku. Salam hormatku kepada pak Sidik
Pramono.
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar