HIKMAH HALAL BIHALAL



Hikmah Halal BiHalal

Ceramah oleh Bapak Kasanun  ditulis oleh Rustiani W.

Halal BiHalal merupakan tradisi asli Indonesia. Tidak ada istilah halal bi halal di dunia ini selain di Indonesia. Ini adalah tradisi baik yang terus berlangsung dan harus dipertahankan di Indonesia. Halal bi Halal dilakukan setelah satu bulan berpuasa untuk menghapus dosa antar sesama manusia.
Puasa merupakan direct education oleh Allah SWT terhadap umatNya. Ini adalah ujian dan latihan untuk menahan hawa nafsu dan mengendalikan diri. Pada dasarnya ada tiga kebutuhan pokok manusia yang harus dikendalikan pada bulan ramadhan yaitu kebutuhan makan, minum dan sex.
Daya tarik manusia di dunia ini terletak pada tiga hal tersebut. Itu sangat digandrungi dan dicari oleh manusia. Namun Allah memerintahkan untuk menahannya pada bulan ramadhan. Padahal, biasanya justru pada bulan ramadhan manusia malah menyediakan makanan yang enak dan minuman yang segar. Menurut penelitian, 80 % keluarga pada bulan ramadhan membuat kolak dan es. Padahal, di hari biasa mereka tidak pernah atau jarang membuatnya. Inilah keistimewaan bulan ramadhan. Pada saat berpuasa, justru diberi hidangan yang enak. Itulah media Allah untuk melatih manusia bersabar dan mengendalikan hawa nafsu. Jika ini berhasil dikendalikan di kehidupan, makan manusia akan selamat di dunia dan di akheret.
Selama satu bulan itu, manusia disuruh untuk melihat gambaran dunia yang sebenarnya yaitu penuh dengan  imimn-iming yang mengiurkan tentang apa-apa yang dilarang. Begitu azhan magrib tiba, semua orang melepaskan semua kesenangannya untuk makan. Apapun ditinggalkan untuk makan. Tidak ada seorangpun yang tertidur pada saat menunggu waktu berbuka puasa. Banyak yang membayangkan semua makanan yang dimakan di meja makan sangatlah enak. Begitu buka puasa, makan sedikit saja perut sudah kenyang. Itulah sebenarnya gambaran bahwa  banyak sekali tipuan di dunia ini yang tampaknya menggiurkan namun kenyataanya tidak demikian.Begitupun jika lelaki tergiur pada seorang wanita.
Agar manusia selamat dalan kehidupan di dunia dan di akherat, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan. Pertama, Mengendalikan diri. Ini harus dilakukan agar  gerhindar dari hal yang tidak diinginkan. Kedua, beramal sholeh. Beramal sholeh berarti bekerja profesional. Kerja profesional ibarat puasa pada Allah. Dengan penuh keimanan tidak makan, minum. Tanpa ada pimpinan tetap melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin. Tuhan Maha Tahu segalanya.  Ketiga, puasa, beramal sholeh dan berzakat. Sebenarnya orang yang melakukan hal tersebutlah yang berhak untuk berlebaran.  Zakat tidak hanya zakat fitrah dengan membayar beras  dua setengak kilo saja. Bayarlah zakat setiap penghasilan dua setengah persennya. Apa mungkin hanya dengan membayar beras dua setengah kilo bisa membersihkan diri? Itu hanya cara allah memberikan pelajaran bahwa kita harus berbagi dengan orang-orang yang berhak menerima zakat. Maka dua setengah persen dari pendapatn kita adalah hak mereka. Ya, anak yatim, fakir miskin,  dan lain-lain.
Keempat, bergaullah dengan orang yang lurus. Pililah pimpinan yang baik. Walau demikian, sadari bahwa manusia tidak luput dari kesalahan. Maka pada bulan sawwal ini adalah momen yang baik untuk saling memaafkan. Jika demikian, kelak akan menjadi manuasi ayang utama.Kelima, Berbakti pada orang tua.  Jangan pernag menyepelakan orang tua, pimpinan, keluarga, tetangga, dan suami dan istri. Jika ada orang yang menyepelekan makan tidak akan mulia hidupnya. Keenam, berbudi luhur. Banyak anak muda saat ini kurang memiliki tata krama yang baik. Banyak tata karma yang kini tidak dilakukan lagi oleh anak muda semisal “nyuwun pangestu’ kepada orang yang lebih tua setiap kali  akan melalukan susuatu. Ketujuh, memiliki rasa welas asih.  Rasa saling menyayangi kepada sesama manuasia. Kedelapan, tahu sama pekerjaan. Ini bwrarti profesional.
Jika manusia bisa melalukan hal-hal di atas, manusia bisa menjadi orang yang bertaqwa. Taqwa berarti kualitas hidup yang baik. Jika telah memiliki rasa taqwa maka akan merasa takut pada Allah. Maka semua yang dilalukan dalam kendali Allah. Orang yang demikian akan menjadi orang yang baik dan berlandaskan agama dalam setiap kehidupannya.
            Pesan terakhir, jangan lupa untuk senantiasa menyebut asma allah. Baca Bismillah minimal dan baca Al-Fatihah setiap saat. Semoga kita menjadi orang yang mutaqiin. Amin.
***



Komenter Anda

Kelas Unggulan



Kelas “Unggulan”

Oleh: Rustiani Widiasih

          Selama ini saya mengajar di kelas yang sangat heterogen. Dalam satu kelas ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Dari segi kemampuanpun juga demikian. Apa yang terjadi? Saya harus banyak sekali mengeluarkan tenaga untuk memberikan motivasi, menyelesaikan permasalahan siswa dan banyak lagi kewajiban untuk menciptakan kelas yang kondusif.
          Ketika dalam pembelajaran, siswa yang sama sekali tidak memiliki motivasi dan kemampuan, pada umumnya hanya membuat ulah. Seakan sejuta kata yang terucap ini hanya dimasukkan telinga kiri dan dikeluarkan melalui telinga kanan. Kesabaran yang ada, kadang tidak cukup untuk mengatasi siswa “bandel”. Ibarat pepatah Jawa “lambe sak lumpang kari sak merang”.
          Dalam satu kelas, pasti ada beberapa anak “bandel”. Beberapa anak tersebut suka membuat ulah saja. Sudah tidak menguasai materi, usil lagi. Mereka  juga  jahil, ramai dan menganggu kelas saja. Pernah suatu saat saya terpaksa menyuruh siswa-siswa  “bandel” dalam satu kelas untuk mengerjakan tugas di perpustakaan. Begitu anak-anak tersebut keluar kelas, saya memanfaatkan untuk mengajar siswa-siswa lain yang memiliki minat belajar. Oh... betapa senangnya ketika siswa “bandel” itu tidak ada di kelas. Kelas menjadi sangat kondusif.
          Sesungguhnya, saya sangat menyadari bahwa setiap anak memiliki hak yang sama. Saya pun menyadari kalau siswa dilahirkan berbeda-beda dengan kecerdasan sendiri-sendiri. Saya juga tahu siswa berlatar keluarga yang berbeda-beda. Ada siswa yang sangat kurang perhatian dari orang tua, ada siswa yang ditinggal ibu bapaknya bekerja di luar negeri. Sehingga, mereka merasa  kurang perhatian dari orang tua. Mereka mencari perhatian dari guru dan teman-temannya. Saya pun tahu tugas guru adalah termasuk memberikan perhatian, dan mendidikan siswa “bandel” tersebut.
          Saya sering melakukan home visit ke rumah siswa yang bermasalah. Ternyata kebanyakan siswa yang bermasalah adalah berasal dari keluarga yang bermasalah pula. Walau ada siswa yang keluarganya baik-baik saja namun siswa karena pengaruh teman menjadi siswa yang “bandel”. Banyak siswa saya sampai harus dikeluarkan dari sekolah gara-gara telah memenuhi syarat untuk dikeluarkan. Saya kadang juga merenung, siapa yang akan mendidik anak “bandel” tersebut? Seharusnya ada sekolah khusus anak-anak bandel itu. Jika mereka dijadikan dalam satu kelas yang sama mungkin penanganannya sama sehingga justru bisa lebih baik. Atau bisa sebaliknya, karena merasa diasingkan dan dicap sebagai anak bandel mereka menjadi semakin bandel.
          Betapapun kondisi kelas yang saya hadapi, saya sebetulnya telah berusaha secara maksimal untuk mengajar dan mendidik. Namun,  pasti selalu ada letidakberhasilan saya dalam mengatasi si anak “bandel”.  Kesabaran dan keikhlasan dalam mengajar adalah satu-satunya yang selalu saya upayakan selain berbagai cara untuk membuat anak bandel mau selayaknya seperti anak-anak lain yang mempunyai minat belajar dengan baik.
          Pada tahun pelajaran ini, saya mendapat tugas mengajar di satu kelas yang merupakan kelas “unggulan”. Ketika saya mengajar di kelas ini,  sungguh luar biasa  senangnya. Betapa tidak? Saya hanya fokus pada inovasi pembelajaran. Semua anak memiliki motivasi belajar tinggi. Daya saing pun tinggi. Anak disuruh apa saja mau. Rasanya ada kepuasan tersendiri mengajar di kelas ini. Bahkan waktu terasa sangat singkat ketika saya lagi asyik mengajak anak belajar dengan inovasi pebelajaran yang menyenangkan.
          Jika disuruh memilih, pasti semua guru akan memilih kelas unggulan. Namun, bagaimanapun saya juga menyadari  ada juga siswa yang tidak berada di kelas unggulah yang juga harus diperlakukan sebagaimana siswa di kelas unggulan. Bedanya,  perlu waktu dan tenaga yang banyak untuk mengkonsisikan kelas yang berisi anak “bandel”.  Semoga semakin tahun, semakin banyak trik untuk mengkodisikan kelas apapun. Amin.

Kelas Unggulan



Kelas “Unggulan”

Oleh: Rustiani Widiasih

          Selama ini saya mengajar di kelas yang sangat heterogen. Dalam satu kelas ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Dari segi kemampuanpun juga demikian. Apa yang terjadi? Saya harus banyak sekali mengeluarkan tenaga untuk memberikan motivasi, menyelesaikan permasalahan siswa dan banyak lagi kewajiban untuk menciptakan kelas yang kondusif.
          Ketika dalam pembelajaran, siswa yang sama sekali tidak memiliki motivasi dan kemampuan, pada umumnya hanya membuat ulah. Seakan sejuta kata yang terucap ini hanya dimasukkan telinga kiri dan dikeluarkan melalui telinga kanan. Kesabaran yang ada, kadang tidak cukup untuk mengatasi siswa “bandel”. Ibarat pepatah Jawa “lambe sak lumpang kari sak merang”.
          Dalam satu kelas, pasti ada beberapa anak “bandel”. Beberapa anak tersebut suka membuat ulah saja. Sudah tidak menguasai materi, usil lagi. Mereka  juga  jahil, ramai dan menganggu kelas saja. Pernah suatu saat saya terpaksa menyuruh siswa-siswa  “bandel” dalam satu kelas untuk mengerjakan tugas di perpustakaan. Begitu anak-anak tersebut keluar kelas, saya memanfaatkan untuk mengajar siswa-siswa lain yang memiliki minat belajar. Oh... betapa senangnya ketika siswa “bandel” itu tidak ada di kelas. Kelas menjadi sangat kondusif.
          Sesungguhnya, saya sangat menyadari bahwa setiap anak memiliki hak yang sama. Saya pun menyadari kalau siswa dilahirkan berbeda-beda dengan kecerdasan sendiri-sendiri. Saya juga tahu siswa berlatar keluarga yang berbeda-beda. Ada siswa yang sangat kurang perhatian dari orang tua, ada siswa yang ditinggal ibu bapaknya bekerja di luar negeri. Sehingga, mereka merasa  kurang perhatian dari orang tua. Mereka mencari perhatian dari guru dan teman-temannya. Saya pun tahu tugas guru adalah termasuk memberikan perhatian, dan mendidikan siswa “bandel” tersebut.
          Saya sering melakukan home visit ke rumah siswa yang bermasalah. Ternyata kebanyakan siswa yang bermasalah adalah berasal dari keluarga yang bermasalah pula. Walau ada siswa yang keluarganya baik-baik saja namun siswa karena pengaruh teman menjadi siswa yang “bandel”. Banyak siswa saya sampai harus dikeluarkan dari sekolah gara-gara telah memenuhi syarat untuk dikeluarkan. Saya kadang juga merenung, siapa yang akan mendidik anak “bandel” tersebut? Seharusnya ada sekolah khusus anak-anak bandel itu. Jika mereka dijadikan dalam satu kelas yang sama mungkin penanganannya sama sehingga justru bisa lebih baik. Atau bisa sebaliknya, karena merasa diasingkan dan dicap sebagai anak bandel mereka menjadi semakin bandel.
          Betapapun kondisi kelas yang saya hadapi, saya sebetulnya telah berusaha secara maksimal untuk mengajar dan mendidik. Namun,  pasti selalu ada letidakberhasilan saya dalam mengatasi si anak “bandel”.  Kesabaran dan keikhlasan dalam mengajar adalah satu-satunya yang selalu saya upayakan selain berbagai cara untuk membuat anak bandel mau selayaknya seperti anak-anak lain yang mempunyai minat belajar dengan baik.
          Pada tahun pelajaran ini, saya mendapat tugas mengajar di satu kelas yang merupakan kelas “unggulan”. Ketika saya mengajar di kelas ini,  sungguh luar biasa  senangnya. Betapa tidak? Saya hanya fokus pada inovasi pembelajaran. Semua anak memiliki motivasi belajar tinggi. Daya saing pun tinggi. Anak disuruh apa saja mau. Rasanya ada kepuasan tersendiri mengajar di kelas ini. Bahkan waktu terasa sangat singkat ketika saya lagi asyik mengajak anak belajar dengan inovasi pebelajaran yang menyenangkan.
          Jika disuruh memilih, pasti semua guru akan memilih kelas unggulan. Namun, bagaimanapun saya juga menyadari  ada juga siswa yang tidak berada di kelas unggulah yang juga harus diperlakukan sebagaimana siswa di kelas unggulan. Bedanya,  perlu waktu dan tenaga yang banyak untuk mengkonsisikan kelas yang berisi anak “bandel”.  Semoga semakin tahun, semakin banyak trik untuk mengkodisikan kelas apapun. Amin.

Kelas Unggulan



Kelas “Unggulan”

Oleh: Rustiani Widiasih

          Selama ini saya mengajar di kelas yang sangat heterogen. Dalam satu kelas ada siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, sedang dan rendah. Dari segi kemampuanpun juga demikian. Apa yang terjadi? Saya harus banyak sekali mengeluarkan tenaga untuk memberikan motivasi, menyelesaikan permasalahan siswa dan banyak lagi kewajiban untuk menciptakan kelas yang kondusif.
          Ketika dalam pembelajaran, siswa yang sama sekali tidak memiliki motivasi dan kemampuan, pada umumnya hanya membuat ulah. Seakan sejuta kata yang terucap ini hanya dimasukkan telinga kiri dan dikeluarkan melalui telinga kanan. Kesabaran yang ada, kadang tidak cukup untuk mengatasi siswa “bandel”. Ibarat pepatah Jawa “lambe sak lumpang kari sak merang”.
          Dalam satu kelas, pasti ada beberapa anak “bandel”. Beberapa anak tersebut suka membuat ulah saja. Sudah tidak menguasai materi, usil lagi. Mereka  juga  jahil, ramai dan menganggu kelas saja. Pernah suatu saat saya terpaksa menyuruh siswa-siswa  “bandel” dalam satu kelas untuk mengerjakan tugas di perpustakaan. Begitu anak-anak tersebut keluar kelas, saya memanfaatkan untuk mengajar siswa-siswa lain yang memiliki minat belajar. Oh... betapa senangnya ketika siswa “bandel” itu tidak ada di kelas. Kelas menjadi sangat kondusif.
          Sesungguhnya, saya sangat menyadari bahwa setiap anak memiliki hak yang sama. Saya pun menyadari kalau siswa dilahirkan berbeda-beda dengan kecerdasan sendiri-sendiri. Saya juga tahu siswa berlatar keluarga yang berbeda-beda. Ada siswa yang sangat kurang perhatian dari orang tua, ada siswa yang ditinggal ibu bapaknya bekerja di luar negeri. Sehingga, mereka merasa  kurang perhatian dari orang tua. Mereka mencari perhatian dari guru dan teman-temannya. Saya pun tahu tugas guru adalah termasuk memberikan perhatian, dan mendidikan siswa “bandel” tersebut.
          Saya sering melakukan home visit ke rumah siswa yang bermasalah. Ternyata kebanyakan siswa yang bermasalah adalah berasal dari keluarga yang bermasalah pula. Walau ada siswa yang keluarganya baik-baik saja namun siswa karena pengaruh teman menjadi siswa yang “bandel”. Banyak siswa saya sampai harus dikeluarkan dari sekolah gara-gara telah memenuhi syarat untuk dikeluarkan. Saya kadang juga merenung, siapa yang akan mendidik anak “bandel” tersebut? Seharusnya ada sekolah khusus anak-anak bandel itu. Jika mereka dijadikan dalam satu kelas yang sama mungkin penanganannya sama sehingga justru bisa lebih baik. Atau bisa sebaliknya, karena merasa diasingkan dan dicap sebagai anak bandel mereka menjadi semakin bandel.
          Betapapun kondisi kelas yang saya hadapi, saya sebetulnya telah berusaha secara maksimal untuk mengajar dan mendidik. Namun,  pasti selalu ada letidakberhasilan saya dalam mengatasi si anak “bandel”.  Kesabaran dan keikhlasan dalam mengajar adalah satu-satunya yang selalu saya upayakan selain berbagai cara untuk membuat anak bandel mau selayaknya seperti anak-anak lain yang mempunyai minat belajar dengan baik.
          Pada tahun pelajaran ini, saya mendapat tugas mengajar di satu kelas yang merupakan kelas “unggulan”. Ketika saya mengajar di kelas ini,  sungguh luar biasa  senangnya. Betapa tidak? Saya hanya fokus pada inovasi pembelajaran. Semua anak memiliki motivasi belajar tinggi. Daya saing pun tinggi. Anak disuruh apa saja mau. Rasanya ada kepuasan tersendiri mengajar di kelas ini. Bahkan waktu terasa sangat singkat ketika saya lagi asyik mengajak anak belajar dengan inovasi pebelajaran yang menyenangkan.
          Jika disuruh memilih, pasti semua guru akan memilih kelas unggulan. Namun, bagaimanapun saya juga menyadari  ada juga siswa yang tidak berada di kelas unggulah yang juga harus diperlakukan sebagaimana siswa di kelas unggulan. Bedanya,  perlu waktu dan tenaga yang banyak untuk mengkonsisikan kelas yang berisi anak “bandel”.  Semoga semakin tahun, semakin banyak trik untuk mengkodisikan kelas apapun. Amin.