Dengan cambuk dan Pil pahit, aku bisa berlari kencang dan sehat

Dengan cambuk dan Pil pahit, aku bisa berlari kencang dan sehat 

Oleh: Rustiani Widiasih
      Peran seorang  kepala sekolah sangatlah penting dalam kehidupan saya. Sejak menjadi seorang guru, saya dipimpin oleh dua orang kepala sekolah yang keduanya telah mengantarkan saya melewati perjungan panjang meraih salah satu cita-cita saya. Cara pandang mereka sangat berbeda ibarat langit dan bumi. Tetapi justru perbedaan itulah yang menjadikan saya kuat. Betapa tidak, kepala sekolah saya yang satu telah memberikan motivasi,  optimisme, tekad yang kuat, semangat dan kepercayaan diri. Sedangkan kepala sekolah yang satunya lagi telah memberiku obat yang pahit dan menyehatkan; cambuk yang bisa memacu saya berlari kencang; dan perasaan teraniaya yang membuat doa-doaku terkabulkan. Tampa mereka berdua entah apa aku bisa mewujudkan cita-citaku atau tidak.
***
Sebelum saya menjadi seorang guru PNS, saya adalah guru di sekolah swasta yang termasuk favorit di kota saya. Sekolah tersebut dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang sangat peduli terhadap pendidikan, terhadap peningkatan kualitas guru, dan prestasi seorang guru. Oleh karenanya kepala sekolah tersebut menyediakan anggaran pinjaman lunak bagi siapapun guru yang ada di sekolah tersebut untuk melakukan studi lanjut di jenjang S2. Beliau yakin bahwa  anak-anak akan lebih baik diajar oleh  guru-guru yang memiliki kualitas yang baik pula. Selain mendorong para guru untuk berprestasi, dan meningkatkan kompetensinya, beliau sendiri juga memberikan contoh kepada anak buahnya. Beliau telah menyelesaikan kuliah S3nya di sebuah Kampus Negeri yang memiliki reputasi baik di pulau Jawa. Mungkin tidak banyak kepala sekolah SMA yang pendidikannya sampai S3.
Setiap ada pembinaan, kata-kata yang terucap adalah motivasi dan motivasi untuk lebih maju. Saya pun selalu dimotivasi untuk melanjutkan pendidikan selagi saya masih muda. Namun sayang, pada waktu itu  belum memungkinkan bagi saya untuk kuliah karena masih memiliki anak kecil. Walau demikian, saya memiliki tekad untuk menempuhnya kelak jika keadaan telah memungkinkan.
Selanjutnya saya diangkat menjadi guru PNS di  sebuah sekolah Negeri di wilayah kecamatan. Sekolah tersebut dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang memiliki pemikiran jauh berbeda dari kepala sekolah saya sebelumnya. Setelah SK PNS turun, saya berniat melanjutkan studi saya di Universitas Sebelas Maret. Pertama, saya harus mengisi blangko pendaftaran dimana salah satu syaratnya adalah adanya persetujuan kepala sekolah untuk melanjutkan kuliah. Pada saat saya meminta tanda tangan, beliau bertanya tentang  jadwal kuliahku. Saya pun menjawab kalau harinya adalah Minggu dan Senin. Dia keberatan kalau saya harus kuliah pada hari Senin karena hari Senin adalah hari wajib masuk semua guru dan karyawan. Lalu saya membela diri kalau saya hanya butuh waktu satu tahun untuk dikosongkan pada hari Senin. Untuk selanjutnya, hari Senin adalah hari yang istimewa bagiku karena hari Senin rupanya merupakan hari istimewa pula bagi bapak kepala sekolah. Akhirnya dengan berat hati sang Kepala sekolah memberikan tanda tangan dengan catatan saya harus mengorbankan kuliah jika sewaktu-waktu ada pembinaan penting.  Saya juga harus tetap mengajar 24 Jam. Saya menerima semua persyaratan itu dengan  senang hati.
Saya pun menikmati kesempatanku untuk meng-update ilmu di bangku kuliah. Betapa bahagia bisa menempuh pendidikan. Sungguh saya merasakan ilmu yang begitu luasnya dan merasa ilmuku yang begitu sempitnya.  Apa yang saya pelajari adalah apa yang saya perlukan karena saya mengambil jurusan yang liniar dengan pendidikan sebelumnya. Saya harus mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh dosen. Saya harus presentasi, harus mengumpulkan ini dan itu. Selain itu saya juga harus berperan sebagai ibu rumah tangga di rumah dan sebagai guru di sekolah tanpa mengurangi peranku sedikitpun. Namun semua itu bisa saya lalui dengan baik walau penuh perjuangan.
Permasalahan muncul ketika saya mengurus surat izin belajar. Saya harus meminta surat rekomendasi dari Kepala sekolah untuk mencari surat izin dari dinas pendidikan dan dari Bupati. Ketika saya menghadap, saya pikir dia akan langsung memberiku tanda tangan begitu saja. Ternyata tidak demikian. Sungguh diluar dugaan. Dia bertanya lagi kapan jadwalku kuliah. Saya menjawab, hari Minggu dan Senin. Lalu dia mengatakan seperti apa yang pernah dikatakan sebelumnya bahwa hari senin adalah hari wajib masuk pada guru dan karyawan. “Hari senin harus mengikuti upacara bendera. Jika setiap Senin diadakan pembinaan, berapa kali kamu tidak ikut pembinaan? Saya keberatan jika nantinya ada pengawas yang mengetahui kalau ada guru yang tidak pernah masuk pada hari Senin,” begitu  yang dikatakan beliau.  Dan masih banyak lagi kata-kata yang lain. Saya tidak siap pada waktu itu untuk mendengarkan kemarahannya. Tidak terpikirkan olehku sebelumnya untuk mendapatkan omelan yang menyakitkan.  Dengan berat hari diapun memberikan  tanda tangan.
Selepas dari Runag kepala sekolah, saya ibarat bunga yang kekeringan, loyo dan lemas. Namun, saya sekali lagi menganggap ini sebagai cambuk yang membuatku berlari dan berlari begitu kencang. Susah untuk berbicara dengan Beliau. Apapun yang saya ucapkan pasti salah. Dalam perjalanan pulang, apa yang diucapkan masih terngiang di telinga. Saya merasa ada batu terjal yang harus saya lalui untuk mencapai cita-cita saya ini. Sungguh tidak mudah untuk melaluinya.
Saya teringat dongeng pengantar tidur yang diberikan ibuku sewaktu kecil. Dikatakan ibuku, dahulu ada tiga anak yang berusaha untuk mengambil air suci di hutan. Air tersebut bisa mengobati ibu mereka yang sakit. Anak pertama, gagal karena dia tidak kuat mendengar suara-suara yang mengerikan di hutan. Anak kedua juga gagal pula karena tidak kuat mendengar suara-suara bujukan dan rayuan di hutan. Anak ketiga menutup telinganya dengan kapas sehingga dia tidak mendengar apa-apa.Tujuannya satu yaitu ingin mengambil air suci. Akhirnya dia berhasil mendapatkan air suci karena dia tidak mendengarkan bisikan-bisikan dan gangguan dari luar. Intinya, kita hendaknya menutup telingga terhadap kata-kata yang bersifat menjatuhkan mental kita. Kata-kata itu hanya menciptakan mental block pada diri kita. Cerita ibuku tersebut aku terapkan dalam kehidupan saya jika mendapatkan ucapan-ucapan yang bisa melemahkan mental dan semangat dalam melakukan suatu kebaikan.
      Kata bijak berikut agaknya sangat cocok untuk saya.
          Akhirnya saya bisa mendapatkan surat izin belajar dari Bupati Ponorogo. Satu  copy surat tersebut saya berikan kepada kepala sekolah.  Setelah satu tahun berlalu, saya masuk pada semester ketiga. Pada semester ketiga, tidak ada kuliah lagi, tinggal penelitian dan penulisan thesis. Oleh karenanya, saya bersedia untuk dijadwal pada hari Senin.  Namun dalam perjalanan, saya masih harus ke kampus lagi untuk beberapa urusan pada hari Senin. Terpaksa saya izin dengan surat tanpa menghadap ke kepala sekolah.
          Saya fokus untuk bisa menyelesaikan thesis secepatnya. Saya memaksimalkan kerja saya. Pagi hari saya mengajar, siangnya saya berangkat ke Solo untuk menemui dosen pembimbing. Salah satu dosen pembimbing thesis saya lebih senang ditemui di rumah beliau dan yang satunya lagi justru bersedia membimbing di kampus saja. Hal ini membuat saya harus berangkat ke kampus pagi untuk menemui dosen yang satu dan sore hari untuk menemui dosen yang satunya lagi. Setelah bimbingan seperti itu, saya sampai rumah lagi sudah larut malam.
 Pada malam hari setelah semua anak-anak tidur, saya kadang mengerjakan thesis sampai pagi. Dan paginya saya harus mengajar lagi. Itu saya lakukan berkali-kali. Karena tidak sekali waktu dosen langsung menyetujui tulisanku. Saya harus merevisi dan merevisi lagi. Kadang-kadang saya hanya mengirim thesis saja untuk dibaca dosen. Baru setelah dua atau tiga hari dosen selesai membaca dan saya mengambilnya. Selanjutnya saya merevisi sesuai dengan anjuran dosen. Sampai-sampai saya sakit kecapekan. Walau saya sudah meminum vitamin, namun rupanya istirahat sangat diperlukan oleh tubuh saya. Untungnya suami dan anak-anak bisa memahami apa yang harus saya lalukan. Itu sudah menjadi bekal yang cukup bagiku. Setelah perjuangan yang panjang, akhirnya kedua dosen memberikan ACC untuk ujian thesis.
          Masalah timbul lagi. Puncaknya adalah pada saat saya harus mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian thesis. Ini adalah saat yang tidak mungkin saya lupakan dalam hidupku. Hari itu hari Senin. Sekali lagi, hari senin adalah hari istimewa. Saya berencana untuk menghadap kepala sekolah untuk izin tidak mengajar karena akan mendaftarkan diri mengikuti ujian thesis. Ternyata Beliau tidak hadir. Saya meminta izin kepada Wakasek Kurikulum tetapi dia tidak berhak  memberikan izin. Saya disarankan untuk menelepon kepala sekolah. Sebelum menelepon saya berusaha untuk menyusun kata-kata yang tepat dan benar agar tidak sampai memuat kepala sekolah marah. Ternyata beliau saat itu sedang berada di rumah sakit mengantar cucunya berobat. Saya diminta untuk menantinya. Saya lama sekali menanti. Pukul sepuluh pagi beliau belum juga datang. Padahal untuk sampai di kampus saya harus menempuh perjalanan selama 4 jam di atas bus. Sementara banyak sekali yang harus saya lakukan di kampus untuk melengkapi semua persyaratan ujian, diantaranya saya harus mengapload abstrak, menyerahkan daftar nilai, meminta surat keterangan bebas tanggunagn perpustakaan, serta menyerahkan lembar persetujuan dosen penguji.
          Saya sangat gelisah menanti kehadiran kepala sekolah yang tidak kunjung datang. Pada saat itu, saya duduk di depan ruang kepala sekolah. Tiba-tiba temanku yang mengetahui kegelisahanku mendekat. Saya menceritakan apa yang saya alami. Dia memberikan kekuatan kepada saya dan menyarankankan saya untuk berangkat saja ke Solo dan tidak usah menanti kepala sekolah. Saya tidak berani karena beliau meminta saya untuk menantinya sampai beliau datang. Air mata saya sampai tak tertahankan lagi. Teman saya tadi menjadi marah kepada kepala sekolah yang mempersulit izin anak buahnya. Saya pada posisi yang sulit. Jika saya tidak segera berangkat, saya akan terlambat untuk mengikuti ujian  pada semester ketiga. Jika saya menanti kepala sekolah, tidak bisa dipastikan beliau akan datang pukul berapa. Jika saya tidak meminta izin beliau, pastilah saya kena marah lagi.
          Setelah jam 10.30, kepala seolah baru datang. Saya langsung mengadap dan meminta izin. Dia marah-marah besar karena saya terlalu sering izin.  Dikatakannya, “Guru SMA tidak perlu kuliah S2. Tidak ada Undang-Undang yang mengatakan demikian. Jika mau kuliah, cari kampus yang toleran.” Selanjutnya setelah berkata demikian beliau membacakan surat izin belajar saya. Tertulis di surat tersebut salah satunya adalah tidak meninggalkan tugas kedinasan. Saya berusaha untuk mebela diri dengan mengatakan kalau saya izin karena ada kepentingan seperti tadi beliau juga ada kepentingan ke rumah sakit. Mendengar pembelaan saya, dia semakin marah besar. Dia katakan, “Beda urusannya. Izin menikah, melahirkan, sakit, dan ada saudara yang meninggal dunia itu sangat wajar. Tetapi jika izin untuk urusan di luar itu, harus dipertimbangkan.” Akhirnya saya disuruh memilih antara melakukan kawajiban mengajar atau mengurusi urusan di luar kewajiban mengajar. Bukannya saya tidak mau mengajar, itu sudah menjadi panggilan jiwa saya, namun saya tidak punya  waktu waktu lagi.  Saya pun keluar dari ruang kepala sekolah dan segera meninggalkan sekolah. Di dalam perjalanan, air mata saya tidak dapat dibendung lagi. Saya tidak habis pikir ada kepala sekolah seperti itu. Saya ingin sekali menghormatinya selayaknya orang  tua yang pantas dihormati  dan mendoakannya sebagaimana nasihat dari buku yang saya baca, tetapi kenapa  pada saat itu saya justru berdoa agar beliau segera pensiun? Saya berusaha untuk menenangkan diri dan melupakan apa yang beliau ucapkan.
          Pukul 11.30 saya masih di terminal Ponorogo. Padahal saya perlu waktu 4 jam di atas bus. Saya berharap agar Allah memberikan saya pertolongan sehingga saya masih bisa mendaftarkan diri untuk mengikuti ujian thesis pada semester ketiga. Jika sampai saya terlambat, saya harus membayar lagi karena telah masuk semester keempat.
          Akhirnya saya sampai juga di kampus. Kantor sudah akan tutup.Aku tidak tahu apakah aku bisa selesai mengurus persyaratan atau tidak. Di sepanjang jalan aku menfaatkan waktu untuk istirahat. Aku tiba di kampus sudah pukul 2.30 sore. Aku langsung mengurus kwitansi pembayaran semester 3. Lalu aku dikasih tahu untuk menyetorkan CD abstrak. Sayangnya aku tidak membawa CD. Aku pun harus pergi ke KOPMA yang jaraknya lumayan jauh dari kampusku. Untungnya, aku  bisa bareng seseorang untuk tiba di KOPMA. Aku memindahkan abstarak dari laptop ke flash dish lalu ke CD.  Untungnya lagi, ada seseorang ibu yang baik hati mau mengantarkanku  kembali ke kampus pasca.  Jika tidak, aku harus berjalan cukup jauh dan kantornya pastilah akan segera tutup. Aku lalu menyerahkan CD ke puskom. Namun ternyata aku lupa untuk menterjemahkan judul thesisku dalam bahasa Indonesia. Aku harus membaikinya. Setelah itu aku Segera pergi ke perpus untuk mendapatkan surat bebas tanggungan perpus.
            Tugasku selanjutnya adalah meminta tanda tangan dari dosen pembimbingku sebagai  bukti bahwa saya telah menyelesaikan thesis saya. Aku lalu mendapat kabar  dari temanku kalau dosen pembimbingku  tidak bisa dihubungi. Aku pun memtuskan untuk pergi ke rumahnya.  Untungnya lagi, ada temanku yang juga ingin menemui dosen tersebut. Perjalananku lewat jalur barat mengobati rasa rinduku. Dulu saya dan teman-teman sekotaku selau bersama-sama menelusuru jalan itu. Kami singgah di masjid untuk  memesan siomay atau makanan yang dijual di sana. Lumayan bisa untuk mengobati rasa lapar kami. Akhirnya, hari itu aku dapat mengapload abstarak dan mendapat tanda tangan dari pak dosen pembimbingku. Sungguh banyak urusan yang masih harus aku selesaikan. Namun aku lega karena walau tiba di kampus sudah sore aku bisa mendaftar untuk ujian thesis.
        Hari telah larut malam ketika aku tiba di rumah. Capek dan lelah tetapi esok aku harus bangun pagi untuk melaksanakan kewajianku mengajar.
      Alhamdulillah... Doa orang teraniaya dikabulkan Allah. Saya masih bisa mendaftarkan diri. Ini berarti saya bisa menyelesaikan kuliah pada tiga semester. Terbayar sudah semua perjuanganku.
          Saya telah menyelesaikan kuliahku di UNS tahun 2012 lalu. Salah satu pemicu saya bisa menyelesaikan kuliah adalah dari Bapak Kepala Sekolahku. Oleh karenanya saya berterima kasih atas semua yang diperlakukan  Beliau kepada saya.  Saya ibarat sapi  atau kuda yang dicambuk sehingga saya bisa berlari sangat kencang. Dia juga ibarat memberikan pil  pahit yang setelah kutelan,  saya merasa sehat dan kuat. Selain itu, saya juga merasa teraniaya sehingga Allah  mengabulkan doa saya. Dan bahkan tidak hanya kepala sekolah yang telah memberi saya cambukan melainkan rekan sesama guru juga. Berkat cambukan merekalah kini saya belajar untuk menjadi orang yang tahan banting. Maka, jangan hiraukan ucapan negatif orang, sebaliknya manfaatkan suara-suara miring orang lain untuk menambah kekuatan dalam berjuang.
      Jika kita  ingin meraih suatu cita-cita, dan ada penghalang yang menghadang,  kita terus berusaha, berusaha,  dan berusaha. Suatu saat pasti kita akan berhasil.   Justru kita bisa tumbuh apabila kita mendapati suatu tantangan yang berat. Kalau digambarkan mungkin seperti gambar berikut:

     Akhir kata, semoga kawan-kawan bisa belajar dari kisah ini. Untuk mencapai suatu cita-cita memang perlu pengorbanan dan perjuangan mengatasi segala rintangan. Rintangan yang menghambat bisa jadi tidak dari dalam diri sendiri memainkan dari faktor luar. Salah satu misalnya adalah dari teman ataupun kepala sekolah.  Jika memiliki atasan atau teman yang menghambat cita-cita kita, justru sebenarnya itu bisa kita menfatatkan sebagai energi positif yang akan memicu kita segera meraih cita-cita.
***

LOMBA MENULIS CEPPEN MAJALAH BOBO


Lomba Mengarang Cerpen Anak oleh Guru 2012


Kategori Peserta: Bapak/Ibu Guru
Deadline: 13 April 2012

Sob, kayaknya sdh lama y.. Info lomba tdk memberikan info lomba u/ para "pahlawan tanpa tanda jasa kita".
So kali ini kami akan memberikan info lomba cerpen utk guru. Silahkan kl mw di sampaikan ke bapak ibu gurunya masing2. Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun Ke-39 Majalah Bobo, tanggal 14 April 2012. Majalah Bobo kembali menyelenggarakan Lomba Mengarang Cerpen oleh Guru. Kami mengundang Ibu dan Bapak Guru sekalian untuk ikut serta dalam lomba ini.
Majalah Bobo berharap, karya Ibu dan Bapak Guru bisa memberikan hiburan, sekaligus panduan nilai moral kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. Tema cerpen bebas. Boleh tentang apa saja. Yang penting cerita itu indah, menarik, dan sesuai untuk anak.

Syarat Lomba
  1. Lomba ini untuk para guru.
  2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
  3. Naskah harus asli, bukan terjemahan, saduran, atau mengambil ide dari karya lain yang sudah ada.
  4. Naskah belum pernah diterbitkan di media massa (cetak maupun elektronik) dan tidak sedang diikutsertakan dalam lomba lain.
  5. Tema bebas, asalkan sesuai untuk anak.
  6. Atas karya yang menang, Redaksi Bobo berhak menerbitkannya di Majalah Bobo, mengumumkan/memperbanyak, dan mewujudkannya kembali dalam format digital maupun non digital yang tetap merupakan bagian dari Majalah Bobo.
  7. Atas naskah yang tidak menang lomba tetapi memenuhi syarat untuk diterbitkan, Redaksi Bobo berhak menerbitkannya di Majalah Bobo, mengumumkan/memperbanyak, dan mewujudkannya kembali dalam format digital maupun non digital yang tetap merupakan bagian dari Majalah Bobo. Penulis akan mendapat honor atas pemuatan naskah tersebut.
  8. Naskah yang masuk menjadi hak Redaksi dan tidak dikembalikan.
  9. Keputusan juri mengikat dan tidak bisa diganggu gugat.
  10. Hadiah untuk pemenang sudah termasuk honorarium pemuatan di Majalah Bobo maupun segala alih bentuknya.
Ketentuan Teknis
  1. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari satu naskah cerpen.
  2. Naskah diketik di kertas berukuran folio dengan jarak 2 (dua) spasi. Panjang tulisan maksimal 3 halaman.
  3. Lampirkan di setiap naskah: biografi singkat penulis, surat keterangan dari Kepala Sekolah serta cap sekolah, fotokopi KTP, nomor telepon rumah/hp, nomor rekening bank, dan selembar foto terbaru ukuran kartu pos (3R).
  4. Naskah dimasukkan ke dalam amplop. Tuliskan: Lomba Mengarang Cerpen Anak oleh Guru di sudut kiri atas amplop.
  5. Karya dikirimkan ke: Panitia Lomba Mengarang Cerpen Anak oleh Guru, Redaksi Majalah Bobo, Jl. Panjang No. 8A, Jakarta 11530.
  6. Karya peserta diterima panitia paling lambat pada tanggal 13 April 2012.
Hadiah Lomba Cerpen Majalah Bobo:
  • Juara I: Rp8.000.000,00 (delapan juta rupiah)
  • Juara II: Rp6.500.000,00 (enam juta lima ratus ribu rupiah)
  • Juara III: Rp5.500.000,00 (lima juta lima ratus ribu rupiah)
  • 10 (sepuluh) pemenang harapan, masing-masing berhadiah Rp1.000.000,00. (satu juta rupiah)
Lain-Lain
  1. Pengumuman Pemenang akan dimuat di Majalah Bobo No. 08/XL, yang terbit tanggal 31 Mei 2012.
  2. Hadiah akan dikirim melalui transfer lewat bank.
  3. Pemenang akan mendapat surat pemberitahuan langsung dari Majalah Bobo dan tidak melalui agen/perantara lain.
  4. Waspadalah dengan penipuan yang berkedok ingin membantu/mengurusi pemenang. Jangan pernah melayani permintaan transfer uang sedikit pun. Kalau ada hal yang mencurigakan, segeralah menelepon Redaksi Majalah Bobo: (021) 5330150, (021) 5330170, pesw. 33201, 33206.


NB ! Silahkan Copy paste, dengan tetap mencantumkan sumber dengan backlink ke blog info-lomba.com juga. Trims :-)

EXCURSION PROGRAM


EXCURSION PROGRAM

 AS MANAGEMENT COMPONENT IN i-tutor.net

A PAPER OF ELT MANAGEMENT’ ASSIGNMENT


A.      INTRODUCTION

The existence of a course nowadays is the essential thing in society. For that reason, there are many courses available. However, there are also many course collapses because having no good management.  A good course must managing continuing operation so the existence of a course is guaranteed. 

To know how an English course managing its programs, the writer tries to analyze the excursion program in i-tutor as management component.


B.      DESCRIPTION OF I-TUTOR.NET

I-tutor.net is a course which is designed specially to fulfill the students’ needs in mastering English. Besides, i-tutor trains the students to have good attitude, morality, creativity, and independent.

I-tutor Ponorogo is located in Ruko Gajah Mada Kav. 8 Ponorogo. The chairman of i-tutor right now is Dedy Setiawan. The total group /classes are 2o. They are consisting of elementary, intermediate and advance level students.

The material in i-tutor is arranged based on the curriculum of Singapore Ministry of Education by the experts. In teaching,  i-tutor uses multimedia. The room is designed with cinema concept. Cinema concept is a room which is facilitated like a cinema in which students can watch a film, cartoon, and picture easily. Those will make t the student creative and smart.

The Cinema concept will build the character and self confidence. The target of cinema concept are: mentality, confident, good public speaker, value and message, good behavior, attitude, discipline, structured and comprehensive thinking, creative,-integrative, thinking skill, fun learning, activity based, affective-love and caring,  and psychometric.

The existence of i-tutor in Ponorogo is acknowledged by Ponorogo Society. That is why the writer chooses i-tutor to be analyzed. The management component chosen by the writer is planning activity and excursion program.



C.      PLANNING AN ACTIVITY  AND EXURSION PROGRAM

Planning an activity and excursion program in i-tutor is very important program and become a priority. Excursions are a valuable part of an international student’s educational program.  As much of a student’s learning occurs outside the classroom, excursions are a means of using resources to enhance and enrich student learning

An excursion is defined as an activity organized by a school (except work experience) whereby students leave the school grounds for the purpose of engaging in educational activities (including camps, adventure activities and sport).

Excursions is planned to support the student teaching and learning program. English Language Centre staff will supervise excursions from the Centre.

The aims of Excursion Program given to the students in order to: 

a.    learn in and out of class/school situations

b.    live and work in groups

c.     further develop social skills such as cooperation, tolerance, communication, individual and group interaction

d.    further develop their problem solving and life survival skills

e.    interact with adults and other students on a closer personal level than is normally achieved in the classroom situation

f.     extend understanding of their physical and cultural environment

g.    be involved in the decision making, planning, preparation and presentation processes associated with these opportunities

The advantages hoped by i-tutor in doing an excursion programs are:

  1. To provide opportunities for students with native or non-native speakers.
  2. To get relaxation and pleasure, as it is important to grow their language ability.
  3. To provide better chance for the students having limited time.
  4. To provide source of experience to discuss and exploit in class
  5. To generate income

In doing the excursion program, there are some disadvantages for the students of i-tutor, they are:

  1. Holiday syndrome
  2. Students think to have a professional standard services instead of learning language
  3. Students are reluctant to use a language in a larger group of foreign students
  4. Ineffective
  5. Income depends on the number of the students.

To overcome those disadvantages, i-tutor management considers in Planning Excursion Program. Some considerations are:

  1. Some possible activities
  2. Place
  3. Budget
  4. Safety guidelines for education outdoor
  5. Risk management
  6. Students management

Some possible activities planned by i-tutor are:

a.       English competitions (annual competition, intern competition, joining English completions)

b.      Evening events outside classroom

c.       Sports

d.      Holiday course program

e.      Outbound



D.      CLOSING

The existence of a course nowadays is the essential thing in society. For that reason, there are many courses available. However, there are also many course collapses because having no good management.  A good course must managing continuing operation so the existence of a course is guaranteed. 

The existence of self-access centre of educational institution is very important because it is one of the facilities that can support the students’ success. Excursions is planned to support the student teaching and learning program and engage in educational activities (English competitions: annual competition, intern competition, joining English competitions), Evening events outside classroom, Holiday course program and Outbound

***

Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) 2012 LIPI

Berikut ini informasi Lomba untuk para Guru. Selamat berlomba!


Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) 2012

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bekerjasama dengan AJB Bumiputera 1912 akan menyelenggarakan Lomba Kreativitas Ilmiah Guru (LKIG) Ke-20 Tahun 2012. LKIG adalah ajang lomba kreativitas bagi guru dalam upaya pengembangan proses pembelajaran guna mempermudah pemahaman ilmu pengetahuan bagi para peserta didik.
TINGKAT DAN BIDANG LOMBA
• Guru SD/sederajat: umum (salah satu pelajaran)
• Guru SMP/sederajat dan SMA/sederajat: 2 Bidang yaitu Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK) dan Bidang Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Teknologi (MIPATEK)
RANGKAIAN KEGIATAN
24 September 2012 : Registrasi Peserta
25 September 2012 : Presentasi Finalis
26 September 2012 : Audiensi dan Malam Penganugerahan Pemenang
27 September 2012 : Kepulangan Peserta

HADIAH
Piala dan Piagam Penghargaan dari LIPI dan Uang Tunai dari AJB Bumiputera 1912
Hadiah I : Rp 12.000.000,-
Hadiah II : Rp 10.000.000,-
Hadiah III : Rp 8.000.000,-
PERSYARATAN
1.Peserta adalah guru yang mengajar pada lembaga pendidikan formal.
2.Belum pernah menjadi pemenang LKIG dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
3.Sistematika Penulisan : Abstrak, Pendahuluan, Metodologi, Isi/Pembahasan, Kesimpulan dan Daftar Pustaka.
4.Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, diketik HVS A4, berjarak 1½ spasi dengan jenis huruf Arial ukuran 11.
5.Karya ilmiah harus asli (bukan jiplakan/plagiat) dan belum sedang diikutsertakan dalam lomba sejenis tingkat nasional.
6.Jumlah halaman karya ilmiah maksimal 25 halaman (termasuk sketsa/gambar/foto).
7.Melampirkan rekomendasi Kepala Sekolah dan Daftar Riwayat Hidup (nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, alamat rumah dan sekolah/instansi, telepon/HP, serta email).
8.Karya ilmiah sebanyak 4 eksemplar (1 asli, 3 fotokopi) dan softcopy (CD) diterima panitia paling lambat tanggal 25 Agustus 2012.
9.Pada pojok kiri atas sampul ditulis tingkat dan bidang lomba yang diikuti. Warna sampul karya ilmiah: SD (merah), SMP Bidang IPSK (kuning), SMP Bidang MIPATEK (biru), SMA Bidang IPSK (hijau), SMA Bidang MIPATEK (oranye).
10.Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.

Informasi lebih lanjut:
Panitia LK1G ke-20 Tahun 2012
Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatan IPTEK LIPI
Sasana Widya Sarwono Lt.V
Jl. Jend Gatot Subroto 10
Jakarta Selatan 12710
Telepon : 021-52920839/021-5225711 Psw.273,274, dan 276
Fax. 021-52920839/021-5251834

AYO MENULIS, GURU


GERAKAN GURU MENULIS BUKU (G2MB): TEMA 2


Tema 2 “Hukuman Guru” sebagai Cambuk Kesuksesanku

Pengantar
Adakah kita para guru pernah memiliki pengalaman pahit, yakni diberi hukuman oleh guru kita, entah guru SD/MI, SMP/MTs, atau SMA/MA/SMK, namun justru menjadi cambuk bagi kesuksesan kita? Maksudnya, hukuman guru kita itu menjadi sumber inspirasi dan motivasi kita yang sangat kuat untuk “menjadi orang” seperti sekarang ini. Tuangkan pengalaman itu menjadi tulisan yang memikat dan layak dibagi dengan pembaca. Gambarkan bagaimana Anda mengalami hukuman itu, bagaimana ia menyatu dengan hidup Anda, hingga akhirnya Anda sadari bahwa ternyata hukuman guru membuahkan hasil yang luar biasa: memposisikan Anda seperti sekarang ini. Tanpa hukuman itu, mungkin Anda menjadi orang dengan posisi lain.

Waktu Pelaksanaan: 7 Februari 2012—7 Maret 2012

Peserta/Penulis:
Kami mengundang teman-teman Guru (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK) yang termasuk di dalam grup ini.


Alamat Pengiriman Naskah:

Naskah dalam bentuk attachment dikirim ke muchkhoiri@yahoo.co.id
atau much_choiri@yahoo.com dengan tittle G2MB2 -nama penulis. Misalnya: G2MB2- Budianto Wibowo

Kriteria Kelayakan Naskah
1. Bobot konseptual atau gagasan
2. Organisasi gagasan dalam tulisan
3. Orisinalitas
4. Gaya bahasa

Ketentuan-ketentuan
1. Naskah esai prosaik dengan gaya bahasa yang lincah, terlebih dibumbui humor atau intermezo.
2. Naskah harus diberi judul yang representatif atau mewakili (memayungi) keseluruhan isi naskah. Misalnya: “Guruku, Inspirasiku”.
3. Meski tidak terbagi secara eksplisit, naskah perlu mencakup tiga bagian: bagian pengantar, bagian pembahasan, dan bagian penutup (hikmah).
4. Lebih baik naskah belum pernah dipublikasikan di media cetak maupun elektronik. (Jika pernah dipublikasikan, mohon mencantumkan riwayat pemuatan.)
5. Naskah ditulis di atas kertas ukuran A4, margin normal, 1.15 spasi, maksimal 4 halaman, Calibri 12 point, disertai footnote / daftar pustaka bila terdapat rujukan atau kutipan.
6. Satu orang penulis hanya boleh mengirim maksimal 2 naskah.
7. Halaman akhir naskah dilengkapi dengan data pribadi (nama, usia, alamat, no HP, email) dan riwayat kepenulisan (misalnya: pernah jadi redaktur, pernah menerbitkan buku atau karya lain, pemenang lomba menulis, dsb.)
8. Naskah yang masuk menjadi milik panitia seleksi naskah. Jika dipandang perlu, naskah yang masuk dan isinya layak terbit, namun masih perlu direvisi misalnya, kami akan memberi kesempatan kepada penulis untuk merevisinya segera.
9. Keputusan panitia seleksi adalah kuat dan tidak dapat diganggu gugat.

Setiap penulis yang naskahnya dibukukan akan mendapatkan royalty 10% dari penjualan buku dibagi jumlah penulis.

Selamat menulis......dan Sukses.



ANAK CAPER


MENGATASI ANAK CARI PERHATIAN DENGAN MEMBERI PERHATIAN

Oleh: Rustiani Widiasih

Menghadapi anak cari perhatian atau caper adalah sisi lain tugas yang melekat pada seorang guru. Ya, ketika seorang guru terjun ke kelas, guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran. Terlebih dari itu, guru harus juga  menghadapi berbagai karakter siswa yang beraneka ragam. Saya pun mengalaminya. Bahkan, hampir setiap tahun saya selalu menemukan siswa yang caper. Perlu waktu bagi saya untuk bisa mengatasi siswa yang caper. Semula saya merasa “risih” meladeni anak caper. Kini saya bisa mengatasinya dengan mudah.

Sikap Emosional Yang Menyesalkan

            Saya pernah mengatasi sikap siswa yang caper dengan cara yang ternyata tidak disukai siswa caper tersebut. Di kelas SMA yang saya ajar, terdapat seorang siswa caper. Sebut saja namanya Heru.  Setiap kali saya masuk kelas, Heru selalu membuat ulah. Suatu hari dia datang terlambat. Seharusnya dia segera masuk kelas begitu jam istirahat selesai. Namun, tampaknya dia  sengaja tidak segera masuk kelas. 

            Begitu dia masuk kelas dengan santainya, saya marah karena keterlambatannya ini bukan yang pertama kalinya. Saya merasa jengkel karena ulahnya menganggu siswa lain yang sedang serius belajar.  Untuk mengatasi caper Heru tersebut, saya justru melulunya (istilah Jawa, dalam bahasa Indonesia berarti memanjakam atau menuruti kemauan, atau tepatnya memberi lehih dari yang diminta). Saya mengatakan seperti ini:

 “Dari mana kamu, kok terlambat?” Heru menjawab dengan singkat, “Dari kantin, Bu.”

            “Apa sudah selesai makan? Kalau belum selesai boleh kok sekarang ke kantin lagi. Tidak apa-apa, kamu tidak akan saya hukum. Silakan saja. Besuk lagi kalau memang belum cukup waktumu istirahat, walaupun sudah bel masuk, teruskan saja beristirahat. Ini saya kasih uang untuk pergi ke kantin lagi. Jangan kembali sebelum pelajaran saya selesai!”

            “Tidak bu, saya ingin ikut pelajaran.”

            Dengan  “melulu” seperti itu,  Heru  terpakasa mengikuti pelajaran. Namun, setelah mulai pelajaran, dia tidak minat belajar. Hal tersebut terlihat dari keengganannya untuk mencatat dan mengerjakan latihan. Apalagi jika disuruh menulis jawabannya di papan tulis.  Sikapnya sungguh memancing emosi saya. Saya pun mengancam akan memberikan nilai di bawak KKM (Ketercapaian Ketuntasan Minimal). Dia sama sekali tidak takut atau khawatif dengan hal itu.

Guru siapa pun pasti akan marah jika menghadapi siswa seperti Heru. Kalau saya ibaratkan dalam istilah Jawa, dia ibarat “Di obong ora kobong, di guyur ora teles”. Maksudnya, setiap kata dan tindakan apa pun tidak bisa mengubahnya. Rupanya, Heru tidak hanya caper tetapi dia juga tidak memiliki motivasi untuk belajar. Permasalahannya semakin komplek.

Dalam keadaan emosi, saya berkata, “Kamu boleh tidak mengikuti pelajaran saya. Kalau kamu tidak ada di kelas ini, saya justru akan merasa senang karena tidak ada lagi yang akan membuat ulah dan menganggu pelajaran. Mulai sekarang kamu boleh tidak ikut palajaran saya. Mungkin memang tidak ada gunanya bagimu. Kalau kamu tetap ikut pelajaran saya, saya menganggap kamu tidak ada. Kamu memang lebih baik tidak ada daripada ada.” Setelah berkata seperti itu, bel ganti pelajaran berbunyi dan saya pun keluar kelas dengan menyimpan kejengkelan di hati.

            Begitu tiba di rumah, saya masih terbebani dengan apa yang dilakukan Rudi dan apa yang saya ucapkan padanya. Ada penyesalan yang sangat dalam hati saya. Betapa saya telah menyakiti hati seorang siswa.  Saya bertekad untuk mendekatinya dan meminta maaf keesokan harinya.

Mencari Alasan Siswa Caper

Hari berikutnya, saya memanggil Heru untuk meminta maaf. Saya tidak lagi dalam keadaan emosi. Secara personal saya berbicara dengan Heru di Ruang BK. Dengan tulus saya meminta maaf dan menyesali apa yang telah saya ucapkan. Ternyata Heru juga meminta maaf kepada saya. Benar juga kata orang,  tebing egoisme bisa luluh dengan kebesaran hari seseorang. Dengan sikap saya yang ramah dan tulus, Heru mau terbuka dengan saya. Saya bertanya dimana dia tinggal, berapa saudaranya, apa hobinya dan lain-lain. Saya juga menceritakan tentang saya dan keluarga saya. Dari percakapan itu timbullah ikatan emosional antaran guru dan siswanya. Percakapan kami menjadi hal yang sangat penting dalam hidup saya karena saya bisa mendengar penuturan, pendapat,dan pendangan dari segi siswa. Saya menjadi tahu bagaimana guru yang disengangi  siswa dan  tahu betapa mendesaknya saya untuk segera menghancurkan tembok egoisme saya sebagai guru.

Berdasarkan kesimpulan saya dari kasus Heru,  sifat caper disebabkan oleh berbagai hal. Pertama, siswa yang caper sebenarnya ingin diperhatikan oleh guru. Dia mencari perhatian agar mendapatkan perhatian lebih dari gurunya. Anak dengan jenis ini biasanya melakukan tingkah laku, ucapan ataupun gaya yang bisa menarik perhatian guru sehingga guru memperhatikannya. Bisa jadi, bagi guru yang tidak menyadari keadaan emosianal anak, caper dianggap sebagai sifat yang menjengkelkan karena guru tentu saja tidak bisa mengistimewakan salah satu siswanya.

            Alasan kedua anak bersikap caper adalah kerena ingin memperkenalkan dirinya. Dia ingin dikenal gurunya. Sebenarnya  anak seperti itu ingin kenal lebih dekat dengan gurunya karena beberapa alasan misalnya, guru tersebut memiliki kelebihan dibandingkan dengan guru lain atau guru tersebut memiliki kemiripan watak, sifat, atau wajah dengan sosok yang dikagumi siswa dalam hidupnya. Dan alasan inilah rupanya yang menyebabkan Heru ingin saya perhatikan lebih karena menurutnya saya seperti guru wali kelasnya dulu ketika dia masih di SMP.

Memperbaiki Hubungan

Hubungan yang baik antara guru dan siswa merupakan dasar dari proses pembelajaran yang menyenangkan. Apabila hubungan antara guru dan siswa tertanggu dan tidak baik, proses pembelajaran yang menyenangkan tidak tercapai. Alasan itulah yang mengharuskan saya memperbaiki hubungan dengan Heru. Saya berusaha buntuk menjadi guru yang guru memiliki kerpibadian yang positif, bersikap ramah, penyayang, sabar, ikhlas, dan sikap pisitif lainnya. Sikap tersebut jika dimasukkan dalam diri seseorang akan memancarkan  pesona yang menyenangkan (charming).

Saya mendapatkan banyak masukan dari Heru bahwa guru harus mengetahui keadaan emosional anak didiknya. Guru harus menyadari bahwa setiap anak adalah individu unik yang perlu mendapatkan perhatian. Sikap cari perhatian anak harus diatasi dengan memberi perhatian pada anak. Sejak saat itu, saya memanfaatkan  sikap caper siswa untuk menghidupkan suasana kelas. Anak caper akan senang jika dia dijadikan subjek sebagai contoh oleh guru. Dia akan senang jika namanya disebut oleh guru. Dia merasa istimewa jika guru menyebutkan namanya.

Sukadi* mengutip pendapat Norman Vincent peale dalam bukunya “berpikir apositif” bahwa:   Suara yang paling indah bagi seseorang  adalah   apabila namanya dikenal dan  disebut orang lain  dengan benar.

Jika guru mengenali siswa, maka siswa akan menyayangi guru. Mereka merasa senang karena  dikenal guru dan akan bergairah belajar. Sebaliknya, jika guru memanggil dengan sebutan yang tidak disukai siswa, siswa akan merasa sakit hati. Untuk itulah saya  harus selalu mengabsen siswa setiap kali  saya masuk kelas. Ini saya lakukan agar siswa merasa berarti keberadaanya di kelas. 

Tidak Mencela Siswa

Satu lagi, siswa merasa tidak nyaman  apabila dirinya dicela atau keburukannya dikomentari, apalagi di depan umum. Tanpa saya sadari, ternyata apa yang saya ucapkan dalam keadaan emosi kepada Heru menimbulkan dampak negatif. Menurut Sukadi*  ada beberapa keburukan  yang dapat ditimbulkan dari sikap dan perilaku guru yang suka mencela dan mengomentari keburukan siswanya di depan umum, yakni:

1.      Siswa merasa malu karena aibnya diberitahukan kepada orang lain

2.      Siswa menjadi minder atau merasa tertekan secara kejiwaan karena aibnya diketahui orang lain

3.      Siswa tidak hormat dan tidak respek  kepada guru yang suka mencela dan mengomentari keburukannya dirinya

4.      Siswa bisa bersikap dendam kepada guru

5.      Prestasi siswa mundur karena memikirkan dirinya yang sering dicela dan di komentari keburuknnya

6.      Siswa dapat berputus asa atau putus sekolah karena merasa tidak nyaman berada di sekolah

7.      Siswa tidak memiliki motivasi untuk belajar karena merasa dirinya sudah jelek seperti yang dikatekan oleh gurunya

Apa yang dirasakan siswa  dalam hatinya  akan bertahan lama sehingga mempengaruhi mentalitasnya. Betapa besarnya bahaya mencela atau mengomentari hal buruk dari siswa! Saya berusaha  untuk menghindari dan meninggalkan perilaku ini sejak mengetahui dampak tersebut.

Akhir Yang Menyenangkan

Pengalaman saya mengatasi Heru sungguh berarti bagi saya dalam menangani anak caper selanjutnya. Saya menyadari, anak caper tidak bisa dibiarkan begitu saja. Guru harus memberikan perhatian kepada anak caper. Guru tidak hanya bertugas mengajar saja tanpa mau peduli dengan keadaan siswa selain dalam proses belajar mengajar berlangsung.

Guru yang tidak mau peduli kepada siswanya menyebabkan tekanan psikologis bagi meraka. siswa merasa kurang diakui atau kurang diperhatikan oleh gurunya sehingga bisa jadi siswa mencari-cari  perhatian  dari gurunya karena merasa existensi dirinya kurang diakui. Jadi, cara paling efektif untuk mengatasi anak cari perhatian adalah dengan memberinya perhatian. Setuju?

*Sukadi. 2010. Guru Malas, Guru Rajin, Ramuan Ajaib Untuk Menjadi Guru yang Menyenangkan. Bandung: MQS Publishing.



********