DAWET JABUNG


LEPEK DAWET JABUNG
Cerpen: Rustiani Widiasih

           
“Sum, apa kamu masih ingin kembali ke Hongkong?”  tanya Misno, Suaminya suatu malam.
            “Memangnya kenapa, Mas?” jawab Sumini sambil mengecat kuku tangannya yang panjang.
            “Kamu sudah cukup lama di sama, Sum. Sudah enam tahun. Cita-citamu sudah terwujud. Kini mari kita hidup bersama dan mempunyai anak, Sum.”
            “Mas.... aku kan masih muda, usiaku baru dua puluh empat tahun. Masih banyak kesempatan untuk mempunyai anak.”
            “Tetapi aku sudah tua, Sum. Sudah waktunya punya anak dua atau tiga. Selain itu, bukankah dulu kamu bilang kalau akan berjualan dawet Jabung lagi? Sekarang makin banyak orang datang ke desa ini  untuk menikmati dawet Jabung lho. Aku akan membantu mempersiapkan dagangan lalu kamu yang menjualnya. Aku yakin dawetmu pasti laris,” tutur Misno.
            Sumini bimbang hatinya. Dalam hati kecilnya, ia masih ingin kembali ke Hongkong. Ia ingin ke sana bukan karena suka akan pekerjaannya, tetapi suka akan gajinya yang  tinggi. Dalam waktu enam tahun, mana bisa saya memiliki harta seperti sekarang ini kalau hanya bekerja di Indonesia, pikirnya. Memang, sekarang rumahnya luas dan bagus. Setiap lantai dan dindingnya terpasang keramik, perabotannya lengkap, punya sepeda motor, perhiasan dan HP mahal. Itu semua tidak terlepas dari peran Misno yang ingin menyenangkan hati istrinya tercinta. Setiap kali Sumini kirim[1], Misno selalu menggunakan uang kiriman Sumini untuk keperluan sepertihalnya yang diminta istrinya.
Penampilan Sumini kini berubah. Sumini dahulu  utun[2].  Sekarang, gaul. Rambutnya yang dahulu hitam dan selalu diikat dengan karet gelang, kini dicat merah kekuningan dan dibiarkan terurai. Bajunya yang dulu berupa blus dan rok  di bawah lutut, kini kaos ketat dan celana jins  super ketat. Tidak hanya itu,  perhiasan emas kemrompyong[3]  menghiasi leher, tangan, telinga dan bahkan di kakinya ada gelang serta cincin di jari kakinya. 
Dengan semua yang telah ia raih, ia merasa semakin tidak sebanding dengan Misno yang tua dan ndesani[4]. Usia mereka memang terpaut jauh. Sumini mau menikah dengan Misno kerena hartanya. Setelah Misno tertipu bisnis voucher[5] yang menggiurkan, hartanya ludes. Keadaan perekonomian keluarga itu hancur. Maka, pergilah Sumini merantau ke Hongkong untuk memperbaiki keadaan. Setelah enam tahun pergi, entah mengapa rasa cintanya kepada Misno agak memudar. Ada rasa muak dan jijik tehadap suamiya.  Sungguh tak senada dengan Misno yang semakin mencintai istrinya.
***
Misno terus melarang istrinya kembali ke Hongkong. Terjadilah  perdebatan selama berhari-hari. Akhirnya, dengan berat hati, Sumini mengurungkan niatnya  kembali ke Hongkong. Dia menuruti keinginan suaminya  berjualan dawet Jabung. Menempati warung dawet Jabung simboknya yang tutup beberapa tahun. Tidak sulit baginya untuk membuat dawet Jabung karena dulu sebelum menjadi TKW, Sumini adalah seorang penjual dawet Jabung. Selain itu, almarhumah Simbok[6]nya  juga penjual dawet. Sejak kecil dia sudah hafal betul bagaimana komposisi membuat dawet Jabung yang enak dan nikmat.
Penampilan Sumini yang  “eksotik”,  menarik para pembeli dawet.  Pelanggan Sumini banyak sekali. Bahkan, beberapa pelanggan Lamitri, Ponirah dan penjual lainnya  banyak yang pindah ke Sumini. Sumini seringkali harus sabar menghadapi para pelanggan yang berasal dari luar daerah. Para pelanggan itu belum tahu kebisaaan yang ada pada penjualan dawet Jabung. Mereka belum tahu cara penyajian dawet yang cara penyajiannya langsung, tanpa baki atau nampan. Penjual hanya menggunakan lepek, sedangkan pembeli hanya boleh mengambil mangkuknya. Apabila pembeli mengambil mangkuk dan lepek[7]nya, maka penjual akan menahan lepek tersebut dan mengatakan: “Mas, mangkoknya saja yang diambil”.
***
Siang itu ada worok[8] Suroprojo di warung Sumini.  Ia adalah sesepuh desa yang sangat disegani. Sambil menanti penyajian dawet, warok Suroprojo dan para pembeli bisa menikmati berbagai hidangan yang ada di meja.  Sumini sudah mempunyai orang tetap yang menitipkan  jajanan seperti tempe goreng, cucur, pisang goreng, tape ketan, pia-pia, tahu isi, lumpia, dadar gulung, gethuk, tahu goreng, rimbil dan gandos. Itu semua adalah makanan khas di desa Jabung.
Seger tenan dawetmu[9], Sum” ucap warok Suroprojo yang sudah dianggap sebagai bapaknya orang-orang Jabung. Sesekali dia mengusap brengos[10]nya yang panjang karena basah terkena dawet Jabung.
Tidak lama kemudian Supri datang. Supri adalah sopir yang pernah menjemput Sumini di Bandara. Sudah beberapa hari ini dia mampir ke angkring Sumini. Tatapan matanya membuat Sumini salah tingkah. Pertama kali dia datang ke angkring Sumini, dia menarik lepek kuat-kuat.
“Mas, yang diambil mangkuknya saja” kata sumini.
“Tetapi saya menginginkan lepek itu, Mbak Mini,” sahut Supri dengan senyuman yang  ramah dan menggoda.
“Maaf, mas. Lepeknya hanya satu. Nanti bakule katut[11]
“Wah, kalau katut saya senang sekali lha wong bakule cantik[12]
Sumini sudah bisa dirayu dan dipuji pembeli. Namun, rayuan dan pujian Supri menimbulkan kesan yang berbeda di hati Sumini. Bahkan, Sumini selalu menanti–nanti kedatangan Supri setiap hari. Jika Supri tidak datang harinya terasa hampa.
Kali ini Supri tidak bisa merayu-rayu lagi. Ada banyak sekali pelanggan. Dia hanya sesekali menatap Sumini dengan pandangan yang  membuat hati Sumini berdebar-debar. Kalau sudah begitu Sumini menjadi salah tingkah.
“Sum, ini santannya” kata Misno sambil menyodorkan panci yang berisi santan. Sumini tampak gugup dan kaget dengan ucapan suaminya yang tiba-tiba saja. Ucapan yang membuyarkan semua bayangan dan lamunannya. Sumini lalu menuangkan santan ke jun[13] tempat santan dan memberikan pancinya kembali pada Misno. Misno bekerja “di balik layar”. Dia memarut kelapa, mencuci mangkuk, merebus juruh dan memasak air.
Supri sungguh berbeda dengan Misno. Supri begitu romantis, ganteng, muda dan gagah. Sedangkan Misno? Dia sudah tua, giginya mrongos, berpenampilan ndesani. Jika mereka bersanding ibaratnya bagaikan bumi dan langit.
***
Suatu malam Misno mendapati Sumini sedang termenung. Sejak sore dia tidak berkata-kata.
“Ada apa, Sum? Mengapa sejak tadi melamun terus?  Apa yang kamu pikirkan?” tanya Misno sambil memegang pundak Sumini. Sumini menghindar dari Misno. Tangan Misno dia lepaskan dari pundaknya. Dia merasa risih dengan Misno. “Mengapa kamu ini? Apa aku telah berbuat salah padamu?” tanya Misno lagi.
“Tidak ada yang salah. Aku hanya capek saja.”
“Kalau begitu sini saya pijat.”
“Tidak usah. Aku mau tidur saja,” ucap Sumini sambil beranjak ke kamarnya.
Misno sungguh tidak mengerti dengan tingkah polah Sumini. Dia hanya bisa diam dan sabar menghadapi orang yang sangat dia cintai itu. Untuk menghilangkan segala kekecewaanya, dia menghisap rokok tingwenya. Berkali-kali ia menggulung kertas papir yang telah diisi tembakau dan cengkeh, lalu menghisapnya dalam-dalam.
***
            Suatu siang, Supri datang ke angkring Sumini. Tidak ada pelanggan lain siang itu. Misno juga sedang tidak berada di angkring. Supri duduk dekat sekali dengan Sumini. Ketika Sumini memberikan dawet Jabung, Supri menarik keras-keras lepeknya. Mata mereka saling memandang dan berujung pada sebuah lepek. Akhirnya Sumini tidak kuasa menghadapi tatapan mata Supri. Lepek berhasil ditarik Supri.
            “Apa artinya ini, Mini?” tanya Supri. “Apa kamu menerimaku?” Sumini hanya dian. Mukanya merah padam. Dia agak gugup.”Apa kamu takut dengan suamimu, Mini? Adakah dia sekarang?”
            “Tidak. Dia ada di rumah.”
“Mini, aku sangat mencintaimu. Apa kau percaya padaku? Jika aku tidak mencintaimu, mengapa aku pergi ke sini setiap hari? Ayolah Mini, kita pergi berdua. Sesekali kamu harus istirahat. Mari kita pergi ke kota. Ke Alun-alun berdua saja.”
            “Tapi aku takut sama Misno.”
            “Kita atur dengan lembut sekali. Jangan sampai dia curiga. Ini nomor Hpku. Hanya aku dan kamu yang tahu, bagaimana?” ucap Supri sambil memberikan gulungan kertas pada Sumini.
            Sumini belum sempat menjawab pertanyaan Misno, lalu datanglah pelanggan lain. Suasana menjadi hening, tanpa kata-kata. Pikiran Sumini tidak menentu demikian halnya dengan hatinya.
***
Malam yang dingin. Misno mendekati Sumini.
 “Aku bosan  sekali. Aku ingin pergi ke kota untuk sekedar menghilangkan penat, “ kata Sumini.
“Wah, kebetulan sekali. Aku sudah lama tidak pergi ke alun-alun. Aku juga ingin membeli putu[14] dan pisang molen,” Ucap Misno.
“Tapi aku ingin pergi dengan Lastri,” jawab Sumini berbohong.
“Ya sudah kalau begitu. Nanti pulangnya belikan aku putu dan molen, ya”.
Tidak lama kemudian Hp berbunyi.
“Aku pergi dulu. Lastri sudah menungguku. Nanti saya belikan putu dan pisang molen untukmu,” kata Sumini sambil bergegas meninggalkan rumah.
***
            Supri telah menunggu Sumini di dekat jembatan  seperti yang telah ia janjikan. Mereka lalu  pergi ke alum-alun dengan sepeda motor Supri. Sesampai di alun-alun, pasangan yang sedang dimabuk cinta tersebut mencari tempat duduk yang nyaman. Mereka duduk di rerumputan taman di depan  gedung Graha Praja yang berlantai delapan, satu-satunya bangunan tertinggi yang ada di Ponorogo. Dengan cahaya lampu yang remang-remang, suasana malam itu indah sekali seindah bunga-bunga yang ada di sekitarnya.
            Malam telah larut, mereka masih asyik bercengkerama hingga lupa segalanya termasuk pesanan Misno, putu dan pisang molen. Pukul satu dini hari, mereka baru pulang.
            Di rumah, Misno menanti kedatangan Sumini sampai tertidur di depan televisi. Sumini membuka pintu yang tidak dikunci dengan pelan-pelan sekali agar suaminya tidak terbangun. Dia lalu memasuki kamarnya. Dia mengantuk sekali lalu tertidur hingga pagi.
***
            “Sum, sudah siang. Kita harus cepat siap-siap membuat cendol. Hari ini hari Pon[15], hari pasaran, rame, Sum” kata Misno sambil menggoyang-goyangkan tubuh Sumini. Sumini tidak juga membuka matanya. Rasa kantuknya teramat sangat. Misno merasa jengkel dengan Sumini. Dia mengambil segayung air lalu mengusap wajah Sumini dengan air itu. Sumini marah sekali pada Misno.
            “Hari ini kita prei saja. Aku capek sekali”
            “Apa? Kamu capek? Semalam kamu bilang jenuh, sekarang capek. Ada apa kamu ini, Sum?” kata Misno dengan nada tinggi. “Kalau kamu terus begini aku tidak kuat, Sum. Aku sudah begitu sabar menghadapimu akhir-akhir ini.”
            Sumini masih saja diam. Itu membuat Misno tidak bisa mengendalikan diri.
            “Ayo katakan pasti ada yang tidak beres”
            “Ya. Aku muak denganmu, Misno!”
            “Apa? Apa salahku padamu?”
            “Tidak ada. Tetapi aku benci sama kamu.”
            Mendengarnya Misno menjadi tersinggung. Dia telah mengorbankan segalanya demi kebahagiaan Sumini. Kini  setelah semua tercapai, tiada kebahagiaan yang didapatkannya. Sebaliknya, Sumini menjadi acuh dengannya.
            “Tidak kusangka kamu berubah seperti itu, Sum. Aku memang sudah tua. Mungkin  tidak sebanding denganmu yang masih muda. Tapi aku sudah menunggumu lama sekali . Semua demi kamu. Sum. Jangan kira aku bahagia dengan semua ini. Kebahagiaan itu keutuhan, Sum. Berkumpulnya istri dan suami lalu memuliki anak dan hidup bersama-sama. Jangan-jangan kamu memiliki simpanan, ya?”
            “Maaf, Mas. Entah mengapa perasaanku menjadi seperti ini kepadamu.”
***
            Beberapa hari angkring Dawet Jabung Mini tutup. Para pelanggan, termasuk warok Suroprojo menanyakan hal itu pada  Ponirah, penjual dawet di sebelah angkring Sumini. Ponirah juga tidak mengetahui mengapa Sumini tidak berjualan. Warok Suroprojo lalu pergi ke rumah Sumini.
            Piye kowe kuwi, dawetmu dienteni wong-wong kok ora dodolan[16]?” Tanya warok Suroprojo mengawali pembicaraan.
            “Sum, nggawe benteran kono, moso mung di suguh anggur[17]?” kata Misno menghidupkan suasana yang kaku. Lalu Sumini pergi ke dapur membuat kopi untuk tamunya.
Ngene[18]Pakdhe, sepertinya Sumini sudah tidak mencintai saya lagi. Mungkin dia memiliki simpanan. Dia tidak mau mempunyai anak denganku,”  bisik  Misno. Tidak lama kemudian Sumini datang sambil membawa nampan berisi dua cangkir kopi.
            “Sum, bloko wae karo Pakdhe[19]. Apa benar kamu sudah tidak mencintai Misno lagi?” tanya Suroprojo. Sumini hanya dian menunduk. “
            “Jawablah, Sum,” sahut Misno.
            “Sum, aku sudah menganggap kalian berdua sebagai anakku sendiri, anggap saja aku sebagai pengganti bapakmu yang sudah tiada.” Suasana hening sejenak. “Apa benar kamu mencintai orang lain?” tanya Suroprojo lagi.
            “Iya, Pak dhe.
            “Siapa laki-laki yang telah merebut hatimu, Sum?” tanya Misno dengan nada tinggi.
            “Kamu diam saja, No. Biar saya yang berbicara dengan Sisum.
            “Apa artinya penantian saya selama enam tahun, Pak Dhe? Apa balasan yang aku terima? Ternyata semua yang aku lakukan sia-sia.”
            “Siapakah laki-laki itu, Sum? Katakan padaku.”
            “Su... Supri, Pak dhe.”
            “Supri? Gendeng kowe, Pri. Wanine ngebut bojone wong liyo[20],” kata Misno dengan wajah merah padam. Misno sakit hatinya. Ia bagaikan disambar petir. Napasnya terengah-engah. Ia berlaju menuju dapur mangambil parang. Emosinya tidak terkontrol lagi. “Supri, tak pateni kowe[21],” ucap Misno berapi-api.
            “Tenang, tahan emosimu,” cegah Suroprojo. Biar aku berbicara dengan Sumini dulu,” tutur Suroprojo.
            “Sum, teganya kamu menghianatiku. Aku tidak mengira kalau kamu akan selingkuh. Aku menyuruhmu menjual dawet tapi kau berikan lepeknya pada orang lain. Dasar  wanita kurang ajar. Bangsat kamu, Sum,” ucap Misno sambil menampar wajah Sumini.  Sumini memegang pipi yang baru saja ditampar suaminya. Air matanya pun  tak kuasa ditahannya.
            “Aku tidak seperti yang kau bayangkan, aku tidak seligkuh. Aku tidak sampai melakukan itu.”
            “Pantas saja akhir-akhir ini kamu berubah. Rupanya kamu selingkuh.”
            “Aku tidak selingkuh, Mas.”
            “Tenang, Misno. Letakkan dulu  parangmu. Semua masalah tidak akan selesai jika diatasi dengan emosi seperti itu. Apakah kamu masih mencintai Sumini?” tanya Misno.
            “Ya, Pak Dhe,” jawab Misno mantap.
 Nduk Sumini, Memang, banyak lelaki senang melihat bakul[22] yang ayu sepertimu. Jangan begitu mudah tergoda oleh rayuan dan pujian para pembeli. Kamu harus mempunyai harga diri. Jangan menjadi penjual yang murahan semurah harga dawetmu. Jangan kau umbar cintamu pada setiap pembeli. Kamu tahu Nduk, Supri itu bukan orang yang baik. Aku sudah kenal betul dengan Supri. Dia sudah punya anak dan istri. Kamu bukan satu-satunya orang yang terkena rayuannya. Dia suka selinguh dengan siapa saja yang dia mau. Banyak lelaki yang pintar merayu wanita, karena kelemahan wanita ada di situ.
            Pasti kamu membandingkan wajah Misno dengan wajah Supri. Siapa yang tidak menginginkan wajah tampan?  Semua orang pasti ingin tampan, muda dan kuat. Tetapi, siapa yang bisa mengubah taqdir Allah? Bukankah wajah tampan saja tidak cukup untuk membina bahtera rumah tangga? Diperlukan orang yang mau mengalah, mau mengerti, dan mau berkorban.
            Lihatlah  Misno, dia selalu mengalah dan menuruti keinginanmu. Dulu kamu nekad ingin pergi ke Hongkong karena ingin memperbaiki keadaan setelah Misno tertipu bisnis voucher. Ia pun mengizinkan. Selama enam tahun kamu tinggalkan Misno, dan dia tetap sabar menanti kedatanganmu. Setelah kamu datang, kamu lupa diri, lupa cita-cita kalian semula, kamu terkena rayuan Supri. Jangan anggap Misno itu orang bodoh. Dia itu orang yang tulus. Kau tidak akan bisa menemukan orang yang mau berkorban seperti yang dia lakukan. Kebanyakan orang hanya bisa mengharap dan meminta tetapi jarang yang mau berkorban.
            Dia telah banyak berkorban untukmu, Nduk. Lalu apa yang telah kau korbankan untuknya? Dia hanya menginginkan anak darimu tapi  tidak pernah kau turuti. Jika kalian memiliki anak, kalian bisa memiliki penerus keturunan. Wanita diciptakan untuk mempunyai anak, mengapa kamu menghindarinya? Lihatlah aku, aku tidak punya anak sendiri, aku hanya  memiliki gemblak, anak-anak asuh yang butuh biaya sekolah dan butuh perlindungan. Mereka akan kembali kepada orang tuanya setelah tamat sekolah, dan meninggalkan aku sendiri. Masa tuaku seharusnya tinggal bersama keluarga, namun aku tidak punya siapa-siapa. Kamu harus memikirkan masa tuamu nanti jika kamu tidak punya anak,” tutur warok Suroprojo membuat air mata Sumini berderai membasahi pipinya. Dia beranjak dari tempat duduknya mendekati Misno yang mulai tenang. Sumini meraih tangan Misno  lalu menciumnya.
            “Maafkan aku, Mas. Percayalah aku tidak selingkuh. Aku tidak sampai melakukan hal itu. Aku khilaf.”
            “Sudahlah, Sum. Mari kita tempuh kehidupan baru kita.”
            “Teruslah menjadi penjual dawet Jabung yang tidak akan melepaskan lepeknya,” ujar warok Suroprojo sambil meninggalkan keduanya yang sedang berbahagia.

SELESAI
           
                       


[1] Kirim: Mengirim uang
[2] Utun  : lugu, sederhana
[3] Kemrompyong   : banyak dan berlebihan
[4] Ndesani              : tampak sekali kalau orang desa
[5] Voucher              : bisnis dimana seseorang yang ikut menjadi anggotanya dimintai sejumlah uang. Semakin banyak uang yang disetor, semakin banyak laba yang didapat. Laba dapat diambil di Bank, namun laba tersebut hanya kemuar selama satu dua bulan saja. Selanjutnya uang tidak cair. Sedangkan penggelola Voucher melarikan diri tanpa jejak. Kerugian besar dialami oleh masyarakat. Banyak harta yang hilang.

[7] Lepek  : cawan.  Ada mitos yang dipercaya masyarakat Ponorogo, bahwa  jika ada pembeli laki-laki yang mengambil lepek, san si penjual membiarkannya berarti sang penjual bersedia menikah dengan laki-laki tersebut.  Jika laki-laki  dengan sengaja mengambil lepek berarti ia “naksir” terhadap penjualnya.
[8] Warok : Dulu orang yang memiliki gemblak. Sekarang warok dianggap sebagai sesepuh.
[9] Segar sekali dawetmu
[10] Brengos : kumis
[11] Bahasa Jawa, artinya: nanti penjualnya ikut
[12] Bahasa Jawa, artinya: orang penjualnya cantik
[13] Jun: tempat campuran santan dan cendol yang terbuat dari tanah liat
[14] Putu: makanan yang terbuat dari tepung beras dan dicetak dengan cetakan bambu.  Setelah dicetak diberi campuran kelapa dan gula. Banyak ditemukan di sekitar Alun-alun Ponorogo.
[15] Pon: hari pasaran. Di Jawa ada lima hari pasaran: Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing.
[16] Bagaimana kamu itu, dawetmu  ditunggu-tunggu orang kok  tidak berjualan.
[17] Buat kopi sana, masa idak disuguhi
[18] Ngene: begini
[19] Jujur saja dengan Pakdhe.
[20] Gila kamu, Pri. Beraninya merebut istri orang lain
[21] Saya bunuh kamu
Bakul: penjual

OBAT BAGI YANG DISAKITI


Jangan Bersedih Menghadapi Kritikan dan Hinaan!
Sesungguhnya, Anda akan mendapatkan pahala dikarenakan kesabaran
Anda menghadapi kritikan dan cercaan itu. Dan kritikan mereka itu, pada
dasarnya pertanda bahwa Anda memiliki harga dan derajat. Sebab, manusia
tak akan pernah menendang bangkai anjing dan orang-orang yang tak
berharga pastilah tak akan pernah terkena sasaran pendengki. Artinya,
100
manakala kritikan yang Anda terima semakin pedas, maka semakin tinggi
pula harga Anda.
Seorang penyair mengatakan,
Niscaya terhadap orang-orang mulia itu selalu ada yang mendengki
dan tak kan kau jumpai orang-orang yang hina itu di dengki
Zuher mengatakan,
Mereka selalu didengki karena nikmat yang mereka miliki,
padahal Allah tak akan mencabut apa mereka dengkikan itu
Seorang penyair yang lain berkata,
Mereka tetap dengki padaku meski aku telah mati,
sungguh aneh diriku; kematianku pun mereka dengkikan
Penyair yang lain berkata,
Aku mengeluh karena kezaliman pemfitnah, dan tidaklah engkau
dapatkan
manusia yang punya kemuliaan melainkan akan selalu diterpa
kedengkian.
Bila Engkau manusia yang mulia, maka engkau kan selalu didengki.
Namun kala kau miskin tak berharga, mana mungkin ada yang
mendengki.
Penyair lain berkata,
Jika seseorang berhasil menggapai puncak langit kemuliaan
maka musuhnya adalah bintang-bintang di langit kedengkian
la akan dilempar dengan busur-busur atas semua kebesarannya
meski apa yang mereka lakukan tidak akan sampai sasaran
Syahdan, ketika Nabi Musa a.s. memohon kepada Allah agar Dia
menghentikan kejahatan mulut kaumnya, Allah berfirman, "Wahai Musa,
Aku tidak lakukan itu untuk diri-Ku. Aku menciptakan dan memberi mereka
rezeki, namun mereka justru mencela dan mengejek-Ku."
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, "Allah
berfirman: "Anak Adam mencerca dan menghina-Ku padahal tidak seharusnya
ini ia lakukan. Adapun cercaannya kepada-Ku adalah bahwa dia mencerca zaman,
padahal Akulah zaman. Aku bolak-balikan malam dan siang sekehendak-Ku.
Sedangkan hinaannya kepada-Ku adalah ia mengatakan bahwa Aku memiliki
sahabat wanita dan anak, padahal Aku tidak memiliki sahabat wanita dan anak."
Anda tidak akan pernah dapat membungkam mulut manusia untuk
tidak melakukan pelecehan terhadap kehormatan Anda. Meski demikian,
Anda dapat melakukan kebaikan dan menghindari perkataan dan kritikan
mereka.
Seorang penyair berkata,
Aku berjumpa dengan orang bodoh yang mencelaku
Kutinggalkan ia seraya berkata, "aku tidak peduli"
eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. 101
MR. Collection's
Penyair yang lain berkata,
Jika orang bodoh bicara, jangan kau timpali
sebab sebaik-baik jawaban baginya adalah diam seribu bahasa
Meski demikian, tak ada salahnya bila orang-orang yang bodoh itu
sesekali dilawan dan ditantang. Atau katakan saja pada mereka,
Jika kebaikan yang tampak pada perbuatanku adalah dosa-dosa
maka katakanlah kepadaku, bagaimana aku harus meminta maaf
Pada umumnya, orang-orang yang kaya senantiasa dibayangi
kegelisahan. Bahkan, ketika harga saham mereka tiba-tiba naik pun, mereka
akan tetap gelisah karena cemas dengan nasib saham mereka yang mungkin
saja besok akan menurun.
Allah berfirman,
{Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela. Yang mengumpulkan harta
dan menghitung-hitungnya. Dia mengira bahwa hartanya itu dapat
mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia akan dilempar ke neraka
Huthamah.}
(QS. Al-Humazah: 1-4)
Seorang sastrawan Barat mengatakan, "Lakukan apa yang kau pandang
benar, dan palingkan punggungmu dari semua kritikam yang tak berharga."
Ada beberapa hal yang perlu Anda renungkan dan Anda dicoba:
Jangan pernah membalas cercaan atau olok-olok yang melukai hati
Anda! Karena, kesabaranmu dalam menghadapi semua itulah yang akan
dengan sendirinya menguburkan semua kehinaan. Kesabaran adalah sumber
kemuliaan, diam adalah sumber kekuatan untuk mengalahkan musuh, dan
memaafkan adalah sumber dan tangga untuk mencapai pahala dan
kemuliaan.
Ingat, separoh dari orang yang pernah mencerca atau mengkritik Anda
itu akan melupakan cercaan mereka, sepertiganya tidak sadar dengan apa
yang mereka lontarkan, dan selebihnya tidak akan mengerti apa dan
mengapa mereka mencerca Anda. Maka dari itu, jangan pernah cercaan
mereka kau masukkan hati dan jangan pula berusaha untuk membalas apa
yang mereka katakan itu.
Seorang bijak bestari berkata, "Orang-orang akan sibuk menggunjingku
manakala jatah roti mereka berkurang dari jatahku. Dan jika tak ada
seseorang pun dari mereka yang kehausan, maka mereka tak akan pernah
mengusik kematianku dan kematianmu."
102
Jangan bersedih! Karena rasa sakit dapat sirna, cobaan akan pergi,
dosa akan terampuni, hutang akan terbayar, narapidana akan dibebaskan,
orang yang hilang akan kembali, orang yang melakukan kemaksiatan akan
bertaubat, dan orang yang fakir akan menjadi kaya.
Jangan bersedih! Tidakkah Anda memperhatikan bagaimana awan
hitam itu tersingkap terang, malam yang demikian pekat menjadi terang
benderang, angin yang sedemikian kencang itu mendadak tenang, dan angin
puyuh itu tiba-tiba terhenti? Semua itu menandakan bahwa beban hidup
Anda yang seberat apapun dapat hilang dan berubah menjadi kebahagiaan.
Bahkan, kesengsaraan hidup Anda pun pasti akan berakhir pada kehidupan
yang aman, tenteram dan menjanjikan masa depan yang gemilang.
Jangan bersedih! Karena teriknya sinar matahari akan diteduhkan oleh
bayangan, rasa haus yang mencekik di siang bolong akan disegarkan oleh
air yang dingin, dan rasa lapar yang melilit akan dikenyangkan oleh sepotong
roti yang hangat. Bukankah keletihan karena begadang malam akan
berujung pada tidur yang nyenyak, dan perasaan sakit akan tergantikan
oleh kebugaran? Karena itu, bersabar dan tunggulah barang sejenak.
Jangan bersedih, meskipun para dokter sudah kehabisan cara, kalangan
bijak bestari tak lagi mempan nasehatnya, para ulama tidak lagi dapat berbuat
apa-apa, para penyair hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala, dan semua
usaha tidak lagi ada yang berguna di hadapan takdir, qadha dan keniscayaan
Allah.
Ali ibn Abi Talib mengatakan,
"Semoga jalan keluar terbuka, semoga
kita bisa mengobati jiwa kita dengan doa.
Janganlah engkau berputus asa manakala
kecemasan yang menggenggam jiwa menimpa
Saat paling dekat dengan jalan keluar adalah
ketika telah terbentur pada putus asa."

PUISI

AWAL DARI PENGABDIANKU

Sejak lama aku telah bercita-cita
Ingin menjadi orang berguna bagi nusa dan bangsa
Telah kutetapkan hatiku
Memilih profesi sebagai guru

Tatkala angan-angan telah menjadi kenyataan
Aku diangkat dan ditempatkan
Aku disumpah dan diperingatkan
Diberi nasihat dan pengarahan

Saat itu hatiku bangga dan gemetar
Mengucapkan sumpah yang tidak boleh dilanggar
Akhirnya kutetapkan hatiku sambil istifar
Semoga Tuhan selalu memberi jalan yang benar

Dengan senang hati ringan aku melangkah
Dimana ditempatkan hati tidak resah
Demi memperoleh rezeki yang penuh berkah
Sebagai penguat iman untuk beribadah

Saat itu semangatku masih menggebu
Kucurahkan perhatianku pada tugasku
Untuk mendidik dan mengasuh murid-muridku
Tiada mengenal lelah dan mengenal waktu

Tiada sedikitpun hatiku lengah
Selalu bekerja dengan hati yang lega
Selalu menurut perintah Kepala Sekolah
Yang selalu memotifasi diriku dengan bijaksana


MUSUH DALAM HATI MANUSIA

Musuh datang
Musuh menghilang
Musuh tidak menyerang
Hati terlengah musuh bersarang

Manusia sering terlupa
Setiap saat musuh menggoda
Malas berencana malas bekerja
Amal sholeh terbuang percuma

Niat bekerja sering terlupa
Bekerja tanpa dilandasi iman dan takwa
Niat bekerja semata untuk dunia
Kepentingan akhirat di nomor dua

Manusia memang sering takabur
Tatkala badan sehat dn diberi panjang umur
Lupa sembahyang, beramal sholeh dan bersyukur
Tanpa menyadari diri kita akan pergi ke liang kubur

Untuk itulah mari kita selalu ingat
Bekerja bersungguh-sungguh mensyukuri nikmat
Bila ada yang salah segera bertaubat
Untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat




KEMUDAHAN DAN TANTANGAN

Bila Tuhan memberikan kemudahan
Tugas berat serasa ringan
Apa yang dikehendaki banyak dukungan
Apa yang diperintahkan selalu dilaksanakan

Meskipun guru sedikit tidak jadi hambatan
Semua tugas dilaksanakan penuh pengertian
Guru merasa tenteram penuh kedamaian
Akibat tingginya disiplin dan ketaatan

Namun tidak semua sekolah demikian
Ada guru yang malas keterlaluan
Kepala Sekolah merasa bosan mengingatkan
Akibat rendahnya rasa disiplin dan ketaatan

Mengapa Kepala Sekolah harus diam meredam
Itukah yang disebut resiko jabatn
Kapankah kita berani menegakkan kedisilinan ?
Dan mampukah kita tegakkan sendirian

Adakah di Sekolah, guru yang membebani ?
Banyak berulah sulit dinasehati ?
Gajinya rusak sulit terkendali ?
Masuknya malas akibat sering main gaji ?

Untuk itu mari kita ikut berdo’a
Semoga Tuhan memberi petunjuk kita bersama
Terhindar dari bisikan syaetan yang menggoda
Dapat kembali ke jalan yang lurus seperti sediakala

Bandar, September 2000
MOTIFASI BEKERJA

Adakah motifasi kita bekerja ?
Motifasi perlu ada, dari dalam dan dari luar diri kita
Kadang-kadang kuat kadang-kadang tidak ada
Bila keduanya mendukung sangat luar biasa

Motifasi dari dalam berupa semangat dan kemauan
Dilandasi iman dan ketaqwaan
Bekerja dengan baik dianggap sebagai amalan
Bekerja tidak baik diangap dosa dan merugikan

Motifasi dari luar sangatlah perlu
Semangat dan kemauan dari dalam dapat menurun setiap waktu
Motifasi teman dan pimpinan harus ada dan disampaikan secara kontinyu
Agar semangat dan kemauan selalu ada dan mampu mendorong kalbu

Bila motifasi keduanya tidak ada
Orang akan malas tidak mampu bekerja
Mencari yang ringan yang tidak mengurus tenaga
Bekerja setiap hari mencari keuntungan pribadi semata

Motifasi lainnya berupa imbalan
Setiap orang butuh pengakuan dan penghargaan
Butuh materi untuk mencukupi kebutuhan
Butuh keterangan dan kekompakan serta kekeluargaan





HIDUPKU PENGABDIANKU

Apakah arti hidup ini
Kalau ingin kepuasan hati
Dunia ini penuh tipu daya
Yang bikin manusia lengah terpedaya

Hidup ini perlu arti
Untuk orang lain dan diri sendiri
Dimanakah batas kepuasan manusia
Tanpa dilandasi iman dan taqwa

Keperluan hidup di dunia perlu dicari
Tanpa melupakan tujuan hidup ukrowi
Kapankah kita harus membantu sesama ?
Demi kebahagiaan anak cucu kita

Bukankah Tuhan Maha Pengasih
Dan tidak kenal pilih kasih
Siapa menanam pasti merasakan
Siap memberi pasti menikmati

Ingatlah itu, oh anakku
Agar Tuhan melapangkan jalan untukmu
Demi merasih cita-cita dalam hidupmu
Yang di idam-idamkan oleh kedua orang tuamu


IBU GURU

Engkau selalu sibuk setiap waktu
Engkau tumpuhan harapan dalam keluarga
Menyaipkan makanan dan mengurus rumah tangga
Sehingga ke sekolahpun kadang lupa membawa buku
Di saat harus berfikir mencukupi kebutuhan
Ke sekolah sambil belanja di jalanan
Menjinjing tas berisi sayur-sayuran
Terkadang lupa dibawa masuk ke kantor sekolahan
Itulah beratnya seorang isteri
Mempunyai tanggung jawab anak dan suami
Namun demikian janganlah ibu lupa diri
Di sekolah jam 07.00 anak sudah menanti
Di saat ibu mulai mengajar
Mohon konsentrasi tidak pudar
Meskipun belanja ada yang lupa belum dibayar
Biarkan penjual menanti di luar
Untunglah bukan ibu guru di sini
Meskipun sibuk tetap berangkat pagi
Datang di sekolah langsung mengisi buku absensi
Mengajar dengan ikhlas penuh dedikasi
Tas engkau bawa berisi buku pelajaran
Alat peraga, LKS telah pula engkau persiapkan
Metode dan alat evaluasi telah engkau temukan
Disiplin waktu telah engkau persiapkan

Bandar, Nopember 2000

HIDUPKU KEBUTUHANKU

Kadang-kadang hati ini merasa resah
Hidup ini penuh tuntutan dan kebutuhan
Sukar membedakan mana yang harus diutamakan
Salah menghitung hati akan gelisah
Tuntutan hidup selalu menghadang
Bukan hanya pakaian dan makan yang kenyang
Tetapi kebutuhan sosial, perabot dan perumahan
Kadang-kadang kita tidak habis pikir
Gaji tidak cukup mencari ke Bankir
Setiap bulan gaji dipotong oleh Pak Kasir
Selama 5 – 10 tahun kita merasakan pahit dan getir
Tetapi apa daya bila hati meronta
Kemampuan tidak dapat memberikan kecukupan
Akhirnya harus pasrah menerima kenyataan
Karena sengaja untuk memenuhi kepuasan
Lain halnya bagi yang kecukupan
Usahanya maju serta lancar
Keduanya sebagai pengusaha besar
Apa yang dikehendaki pasti keturutan
Rumahnya bagus halamannya lebar
Pekarangaan rumah dikelilingi pagar
Mobil harus berjajar-jajar
Pulang pergi selalu diantar
Kepuasan hidup dapat terpenuhi
Semua kebutuhan ada yang mengurusi
Keman pergi & selalu ber jas dan berdasi
Isteri cantik dan selelu berdandan rapi

SELAMA JAM EFEKTIF BERLANGSUNG

Tak seorangpun ikut menemani
Kepala Sekolah sibuk mengerjakan administrasi
Guru sibuk dengan tugasnya sendiri-sendiri
Mengajar di ruang kelas dengan wajah berseri-seri

Selama jam efektif berlangsung
Tak seorang gurupun duduk termenung
Ad yang mengajar IPA ada yang berhitung
Ada yang mengadakan test tulis dan ada yang test langsung

Setelah bel istirahat dibunyikan
Guru mulai keluar bersamaan
Ke Kantor Guru sambil diskusi pelajaran
Sambil minum kopi sampai bel masuk dibunyikan

Itulah suasana sehari-hari
Selama jam berlangsung Kantor selalu sepi
Yang ada Kepala Sekolah tekun mengerjakn administrasi
Tanpa ada jam sefektif untuk bercakap-cakap bosa-basi


Bandar, Nopember 2000

BAGAIMANA MENERIMA KRITIK DAN SARAN

Kodrat manusia tidaklah sempurna
Benar salam merupakan hal biasa
Tetapi terkadang manusia kilap dan lupa
Dan bila tidak ada yang mengingatkan terkadang akan celaka
Kesalahan pribadi selalu ada dan perlu disadari
Bila ada yang mau mengingatkan mari kita insyapi
Menerima dengan sadar sambil instropeksi
Jangan merasa benar dan tidak mau memperbaiki diri
Niat baik seseorang patut kita hargai
Tanpa memandang usia dan harga diri
Saran yang baik sangat berguna sekali
Sebagai kontrol dan pengendalian masing-masing pribadi
Bila seseorang tidak mau menerima saran
Perbuatn keliru tidak mau disalahkan
Bila menerima akibat tidak mau menerima kenyataan
Itu tanda kesadaran pribadi yang penuh kesombongan
Bukankah kritik itu sangat berguna ?
Agar manusia selamat dan tidak celaka
Tidak hna dan tidak berdosa
Mengingat manusia, adalah makhluk Tuhan yang tidak sempurna


Bandar, Nopember 2000
KESANKU

Terkesan olehku pada waktu di SD dulu
Hari Krida setia hari Sabtu
Kami diajak bercocok tanam atau menyanyikan lagu
Diiringi musik gentong ditiup dengan bambu.
Bunyi seruling ditiup oleh Bapak Guru
Diselingi alat petik yang terbuat dari ruas bambu
Anak-anak bernyanyi bersama melantungkan lagu
Pada hari Minggu kuturut ayah dan ibu.
Itulah gambaran kreasi guru
Meskipun alat sederhana sesuai kondisi saat itu
Guru tetap eksis mengajarkan berbagai lagu
Murid-muridpun senang dan tahu irama lagu
Sekarang jamannya sudah maju
Pianika merupakan pilihan mengiringi lagu
Anak mampu memainkan dengan bimbingan guru
Lagu cinta menjadi kesenangan generasi baru
Tetapi terkadang ada guru enggan menyanyi
Murid tidak kenal not balok dan solmisasi
Siswa tidak tahu irama dan warna bunyi
Saat TPB anak tidak dapat mengerjakan dan tinggal gigit jari.
Lagu tradisional semakin ditinggal
Tembang pucung, dandang gulo anak tidak kenal
Mengajar tembang dolanan dianggap kolot dan tradisional
Lagu pop, dangdut anak banyak yang hafal

DOA’KU BUAT PAK GURU

Ya Alloh, Tuhan Yang Maha Pemurah
Kupanjatkan do’a dan permohonan agar guru diberi anugerah
Berilah kekuatan iman, kesehatan dan rezeki yang melimpah
Ampunilah dosanya, berilah petunjuk ke jalan yang cerah

Ya Alloh, Tuhan Yang Bijaksana
Berilah para guru kami ilmu yang berguna
Jauhkanlah dari godaan dan perbuatan yang hina
Kuatkanlah hatinya untuk mengemban tugas yang mulia

Ya Alloh, Tuhan Yang Maha Mendengar
Berilah Guru kami petunjuk dan jalan yang benar
Catatlah sebagai aml yang sholeh setiap mereka mengajar
Tabahkanlah hatinya menghadapi kesulitan dengan hati yang sabar

Ya Alloh, Tuhan Yang Maha Melihat
Hindarkanlah Guru kami dari jalan yang sesat
Berilah rezeki Guru kami rezeki yang bermanfaat
Berilah mereka kebahagiaan dunia akhirat




BIODATA PENULIS


Nama : Rustiani Widiasih, S.Pd
Tempat/Tgl Lahir : Pacitan, 2 Nopember 1977
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Institusi : SMAN I Badegan Ponorogo
Alamat Institusi : Jalan Ki Ageng Punuk No 2 Jambon Ponorogo
Kode Pos 63455
Telp : (0352) 751251
Alamat Rumah : Jalan Imam Bonjol III/14 Ponorogo
No HP : 0852 353 90005
No. Rekening : 0202379125
E-mail : anakkusa1@yahoo.com
Pendidikan terakhir : S-I (sarjana)
Lembaga : Universitas Negeri Surabaya
Fakultas : Fakultas Bahasa dan Seni
Jurusan : Bahasa Inggris
Tamat : April 2000