BAB I PENDAHULUAN :
1. Latar belakang masalah
Tantangan utama
seorang guru adalah menjadi guru yang professional. Guru professional memiliki empat kompetensi yaitu
kompetensi professional, pedagogik, kepribadian dan sosial. Selain itu, seorang
guru juga memiliki tantangan untuk melaksanakan tugas sebagai seorang guru. Guru adalah
pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan menengah
atas dan pendidikan menengah kejuruan (Pedoman
Pelaksanaan Pemilihan Guru SMA/SMK
Berprestasi Tingkat Nasional, 2016). Dari definisi tersebut, dapat
diketahui bahwa guru tidak hanya
mengajar saja namun juga membimbing. Hal tersebut juga penulis lakukan karena
selain mengajar penulis juga pembimbing extrakulikuler KIR dan Bahasa inggris.
Selain hal di atas, guru adalah
seorang model. Setiap hari, guru dilihat siswanya dari ujung kaki sampai ujung
kepala. Siswa melihat gaya guru bicara, berjalan, duduk, berdiri dan bertingkah
laku. Dalam hal ini tantangan guru harus mengesankan bagi siswanya. Siswa akan terpengaruh dengan pola pikir seorang
guru. Bagaimana guru berpikir dan menyelesaikan permasalahan, akan berpengaruh
pada pola pikir siswanya.
Apa saja yang dilakukan guru akan menjadi
model dan tauladan bagi siswa. Guru yang
menjadi model yang baik dan diteladani oleh siswanya adalah guru hebat. Maka
itulah sebenarnya “pahala” seorang guru yang tidak disadari akan menjadi bekal
di akherat yaitu ilmu yang bermanfaat. Oleh karenanya, guru harus menjadi model
yang baik.
Guru berbeda dengan pabrik yang
memproduksi barang. Guru menangani barang hidup. Oleh karena itu, harus berhati-hati dalam menjalankan tugas
mulia ini. Jika salah dalam mendidik, maka akan salah pula nanti produk pendidikan
yang dihasilkan. Sekali lagi, guru
adalah pencetak manusia bukan barang.
Jadi, mengajar siswa harus dengan hati
karena harus mencetak generasi yang berkarakter dan jujur, butuh kerja keras
dan kesabaran ekstra.
Dari uraian di atas bahwasannya
tantangan utama guru adalah menjadi guru yang professional, melaksanakan tugas
dengan optimal, menjadi model bagi siswa dan juga mengajar dengan hati, maka
perlu adanya upaya untuk menakhlukkan
tantangan tersebut.
Untuk itu penulis berupaya untuk
memecahkan permasalahan dan tantangan
yang dihadapi dengan menjadi guru profesional dengan bersama-sama
siswa meraih prestasi dengan menjunjung
kejujuran dalam wadah extrakulikuler KIR dan Bahasa Inggris yang penulis bina.
2. Permasalahan
Bagaimana upaya yang dilakukan guru
untuk menjadi guru professional dengan bersama-sama siswa meraih prestasi
dengan menjunjung kejujuran?
3. Strategi Pemecahan Masalah.
Strategi yang dilaksanakan adalah dengan “7 S” sebagai berikut:
1. Saya Ikuti Kompetisi
2. Saya
Sebar virus Prestasi
3. Saya Membaca dan Menulis
4. Saya
Fokus dan berkelanjutan
5. Saya
Datangkan Ahlinya
6. Saya
Beri Pengharagaan
7. Saya
Lakukan dengan tulus dan Jujur
4. Tahapan Operasional
Pelaksanaan
Tahapan
operasional pelaksanaan strategi yang
dipilih adalah sebagai berikut:
1. Sosialisasi
dan dan pengenalan Extra Kurikuler kepada siswa baru pada saat MOS
2. Rekrutmen
anggota baru dan reformasi kepengurusan
3. Melaksanakan
“7S”.
BAB II IMPLEMENTASI BEST PRACTICE
1. Alasan pemilihan strategi “7 S”
1. Saya
Ikuti Kompetisi
Dengan mengikuti kompetisi
berarti akan mengukur sejauh mana
kemampuan diri, apakah sudah memiliki kompetensi yang mampu diandalkan sehingga
mampu membimbing, mendidik dan membina anak didik menjadi siswa yang juara, berkualitas dan berakhlak mulia.
Penting juga untuk dapat menjadi pencerah dan motivasi bagi guru-guru lainnya.
Selain itu, dengan mengikuti kompetisi
akan melihat kemampuan-kemampuan guru lainnya, tentunya ini akan sangat
bermanfaat karena akan memberikan pencerahan baru yang akan bernilai positif
terhadap pengembangan diri dan karier penulis sebagai seorang guru.
Mengikuti
kompetisi itu bukan semata-mata menang atau kalah. Tetapi bisa menjalin
pertemanan dengan banyak sekali orang-orang hebat! Penulis memanfaatkanlah
momen-momen itu. Sewaktu mengikuti kompetisi
apapun itu, bisa untuk menjalin
pertemanan dengan sesama peserta
Mengikuti
kompetisi-kompetisi semacam itu akan mempertemukan dengan banyak orang-orang
hebat yang bisa menginspirasi.
Selain
itu, mengikuti perlombaan bisa mengukur kemampuan diri sehingga bisa rendah
hati. Lomba juga dapat melatih untuk bisa berjiwa besar karena, "di atas
langit masih ada langit lagi." Orang yang tidak mau ikut kompetisi,
biasanya akan merasa bahwa dirinya sudah cukup 'tinggi'. Padahal masih banyak
orang-orang yang lebih hebat lagi.
Mengikuti
lomba juga memacu sebuah kreativitas dan inovasi. Juga, mendapatkan informasi
dan ide untuk menambah kreativitas. Dalam suatu perlombaan, bukan menang kalah yang tetapi wahana untuk
menambah inovasi diri.
2.
Saya
Sebar virus Prestasi
Penyebaran
virus berprestasi dilakukan agar siswa mempunyai keinginan untuk
berprestasi. Ada pepatah yang mengatakan bahwa
harta jika dibagi akan habis namun ilmu jika dibagi akan bertambah. Untuk itu
berbagi ilmu adalah bagian penting yang harus dilakukan agar ilmu semakin
bertambah. Keuntungan adalah dapat berbagi ilmu pengetahuan atau keterampilan
ke orang lain. Berbagi berarti memberikan suatu pengetahuan atau keahlian yang
sebelumnya pernah dipelajari dari orang lain
Keuntungan berbagi dan menyebar
virus prestasi adalah meningkatkan kemampuan sendiri, sebab sebelum
berbagi, secara tidak langsung diharuskan untuk mempersiapkan materi yang akan
diajarkan. Dalam mempersiapkan materi yang akan dibagikan, tentu saja harus
mengulas kembali segala sesuatu yang pernah dipelajari atau menyusun semua
pengetahuan serta keahlian yang sudah dipunyai dalam bentuk susunan materi.
3.
Saya Membaca dan Menulis
Menulis adalah salah satu bentuk
komunikasi untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain melalui
tulisan. Namun budaya literasi di negeri ini masih sangat rendah. Tidak banyak
rekan guru yang suka menulis.
Seorang
guru sangat perlu memiliki keterampilan menulis. Guru dituntut untuk membuat
karya tulis dalam bentuk makalah, diktat, hand out, tulisan ilmiah populer, dan
lain sebagainya. Hal ini menjadi salah satu unsur kegiatan pengembangan
profesi guru.
Menulis erat hubungannya dengan membaca. Membaca
buku, akan menemukan lebih banyak inspirasi, motivasi, dan berbagai khasanah
ilmu pengetahuan. Begitu juga bagi seorang penulis buku. Buku menjadi sarana
menuangkan inspirasi, motivasi, dan menularkan ilmu. Dengan menulis, maka
seorang penulis akan menjadi lebih ahli dalam bidang yang ditulis dan menemukan
inspirasi-inpirasi baru untuk berkarya dalam sebuah buku. Namun, tidak semua
orang mau menulis
Penulis menulis baik buku, modul maupaun artikel. Ada buku yang telah diterbitkan dan
ada pula yang belum. Untuk buku yang belum
diterbitkan, penulis menaruh buku pada perpustakaan karena dengan
demikian banyak yang akan membaca
sehingga bisa memberi manfaat bagi orang lain. Agar banyak orang membaca
tulisan penulis, penulis juga menulis pada blog dan juga mengirimkan tulisan
penulis pada media massa.
Setiap hari penulis menghadapi banyak masalah, seakan-akan
masalah itu tidak ada putus-putusnya. Justru masalah yang penulis temukan
sebenarnya adalah berkah. Karena penulis bisa mendapatkan permasalahan
untuk dicari solusinya dan diteliti
sehingga bisa menjadi karya tulis. Selain itu, penelitian untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran.
Oleh karena itu guru yang tidak dapat
menemukan masalah untuk PTK sungguh ironis. Masalah yang dirasakan sendiri oleh
guru dalam pembelajaran di kelas merupakan awal dimulainya PTK. Masalah
tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar
siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain. Langkah
menemukan masalah akan dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah,
kemudian merencanakan PTK dalam bentuk tindakan perbaikan, mengamati, dan
melakukan refleksi. Namun demikian harus dapat dibedakan antara pengamatan
dengan refleksi. Pengamatan lebih cenderung kepada proses, sedangkan refleksi
merupakan perenungan dari proses yang sudah dilakukan.
Majalah
sekolah mempunyai manfaat dan fungsi yang sangat besar bagi kemajuan dan
perkembangan sekolah, selain sebagai tempat menyalurkan kreasi siswa, majalah
sekolah juga bermanfaat untuk ajang promosi. Terlebih penting lagi, sebagai
penunjang keterampilan dalam menulis dan menumbuhkan budaya literasi.
Dengan adanya media
sekolah, maka minat membaca dan menulis siswa akan meningkat. Ini karena mereka
merasa dihargai. Karya-karya kreatif dan orisinil yang mereka tulis mendapat
tempat. Selain itu, mereka kan banyak membaca karena dengan membaca, mereka
mendapatkan bahan untuk menulis.
Menjadi
tim redaksi majalah sekolah sejak awal menjadi guru hingga saat ini merupakan
suatu kebahagiaan bagi penulis. Penulis bisa mengajak siswa penulis untuk
menulisa dan bisa mengedit karya mereka hingga layak dimuat di suatu majalah.
Catatan pengalaman penulis menjadi reviewer majalah dan buku bisa dilihat pada
4.
Saya
Fokus dan berkelanjutan
Mengapa
perlu fokus? Mengajar siswa SMA hanya
selama tiga tahun setiap siswanya. Siswa setiap tahun berganti-ganti. Untuk Itu
perlu fokus dan terus menerus agar
prestasi yang diraih bisa ajek.
Bagi
penulis sikap fokus dan berkelanjutan sangat penting karena itu merupakan langkah
untuk menjadi professional.
5.
Saya
Datangkan Ahlinya
Mendatangkan ahlinya sangat membantu dalam mempercepat
prestasi yang diraih.
6.
Saya
Beri Pengharagaan
Penghargaan merupakan dorongan dari luar yang perlu pula
diberikan agar siswa terdorong untuk berprestasi. Keberhasilan adalah dambaan dan
impian setiap orang. Kata keberhasilan identik dengan kata prestasi. Setiap
manusia apapun profesinya tentu akan mempunyai keinginan untuk berprestasi.
Seseorang akan dikatakan memperoleh prestasi apabila bisa memenuhi standar yang
ditentukan pada kriteria tertentu. Oleh karena itu, dengan berprestasi
seseorang akan dapat menilai apakah dirinya sudah teruji atau belum. Setiap
keberhasilan harus dihargai.
7.
Saya
Lakukan dengan tulus dan Jujur
Ini
adalah kunci kesuksesan dan rahasian kesuksesan. Ini adalah pengabdian. Guru harus melakukan pengabdian pada masyarakat yang luas. Sosok professional
guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya. Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan
tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat,
bangsa, negara, dan agamanya. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus
bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila ada kegagalan
peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan
keluar bersama peserta didik.
Guru bukanlah sekedar pekerjaan,
guru adalah lebih dari sebuah pengabdian. Pengabdian kepada Allah SWT,
pengabdian kepada masyarakat, pengabdian kepada siswa, yang membutuhkan bantuan
dalam menggapai beragam ilmu pengetahuan.
Guru sebagai tenaga pendidikan
memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Untuk
itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada masyarakat
khususnya dalam membelajarkan anak didik. Bekerja
atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat
hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan
merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik.
Guru
mempunyai tugas pokok yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Oleh karena itu
guru harus memiliki kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan mendidik,
mengajar dan melatih siswa. Dengan kata lain,
guru harus berkompetensi. Kompetensi itulah yang digunakan untuk menilai
apakah seorang guru berkualitas atau tidak. Ada empat kompetensi yang harus
dimiliki guru, yaitu: kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional. Jika seorang guru telah memiliki keempat
kompetensi tersebut bisa dikatakan bahwa guru tersebut telah berhasil. Jika
seorang guru berkemampuan melebihi standar
yang dipersyaratkan menjadi profesional maka guru layak menjadi Guru
Berprestasi. Guru berprestasi adalah guru yang bisa dikatakan guru yang
berhasil.
Setiap perlombaan atau kompetisi
adalah ajang untuk belajar. Penulis mengatakan kepada sisiwa penulis agar
mereka berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap kompetisi. biarkan juri
menemukan pemenangnya. Dalam sebuah
kompetisi, tidak ada yang namanya kekalahan, yang ada hanyalah belum menang,
karena karya yang dibuat belum pas di hati para juri. Siswa penulis pernah ikut
dalam suatu lomba menulis dan ternyata
tulisanya tidak lolos, kemudianpenulis
mengikutkan tulisan kompetisi yang lain. Akhirnya, tulisan siswa tersebut menjadi juara di ajang perlombaan lain. Intinya, setiap perlombaan mempunyai criteria
sendiri-sendiri. Harus pintar membaca selera juri dalam setiap perlombaan dan
harus jujur dalam berkarya.
2. Implementasi strategi pemecahann masalah
1. Ikuti
Kompetisi
Untuk mengajak siswa anggota ekstra
berprestasi maka perlu adanya tim yang bertugas untuk menyediakan informasi
lomba baik bidang KIR atau Bahasa Inggris. Setiap anggota terdaftar dalam
ikatan ndengan WA sehingga komunikasi sangat mudah dilakukan. Setiap informasi
lomba juga diupload pada WA. Siswa diarahkan untuk fokus pada bidang tertentu
sesuai dengan minat dan kemampuannya
misalnya pada penulisan Karya tulis, essay, artikel, verpen, puisi,dall. Dalam
bahasa Inggris siswa diarahkan pada story telling, speech, new reading, dll. Setiap
siswa harus mengikuti salah satu perlombaan ang ada.
2.
Sebar virus Prestasi
Siswa yang telah menang diwajibkan untuk
berbagi pengalamannya pada anggota. Ini akan mendorong siswa lain terpacu untuk
berprestasi. Selain itu siswa juga bisa menemukan inovasi dari apa yang telah
ditemukan oleh temannya.
3.
Membaca
dan Menulis
Siswa
dan juga guru wajib membaca. Setiap
bulan anggota harus berbagi tentang buku apa yang telah dibaca dalam waktu satu
bulan. Kegiatan tukar buku juga dilakukan agar semakin banyak wawasan yang
dimiliki. Penulis membuat kelompok literasi pula agar siswa suka membaca buku.
4.
Fokus
dan berkelanjutan
Tidak ada kata menyerah. Jika siswa fokus dan terus
menerus maka keberhasilan pasti bisa diraih.
5.
Datangkan
Ahlinya
Untuk
mencapai tuuan lebih cepat sesekali penulis mengajak siswa untuk berguru
pada ahlinya seperti penulis buku, juara
kepenulisan, dan lainnya.
6.
Beri
Pengharagaan
Penghargaan
tidak selalu berupa materi. Setiap siswa yang memperoleh kejuaraan harus diumumkan waktu upacara. Ini juga
bertujuan untuk menyebarkan virus prestasi.
7.
Lakukan
dengan tulus dan Jujur
Waktu tersita sudah pasti. Siswa yang ikut
lomba dan guru yang membimbing pasti akan sangat sibuk. Namunjika tulus dan
ikhlas dilakukan maka ada yang akan
membalasnya yaitu pretasi.
4. Kendala-kendala yang dihadapi dalam
melaksanakan strategi yang dipilih
Dalam melaksanakan “7S” adalah kurangnya tenaga dan waktu untuk melaksanakan
langkah tersebut seorang diri. Untuk itu perlu adanya tim dan pembimbing lain
yang bisa membantu.
5. Faktor-faktor pendukung
Dukungan dari sekolah adalah factor yang
sangat mendukung keberhasilan program. Selain itu, motivasi siswa yang sangat
antusias menjadi kekuatan yang luar biasa.
6. Alternatif pengembangan
Untuk mengembangkan proram ini perlu
adanya komitmen yang kuat dari guru dan juga sekolah. Tanpa ada etos kerja yang
kuat maka tidak akan mungkin berhasil.
BAB III KESIMPULAN & REKOMENDASI OPERASIONAL: (2
halaman)
1. Simpulan
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa upaya guru untuk
me menjadi
guru profesional, bersama siswa meraih prestasi
dengan menjunjung kejujuran dengan “7 s”
dapat berhasil mengantarkan siswa maraih siswa dan guru meraih prestasi.
2. Rekomendasi operasional
Melihat keberhasilan upaya tersebut
maka in “7S” dapat dilaksanakan di selolah lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar