Meningkatkan Keterampilan Bercerita (Storytelling) Dengan
Media Magic
Paper
Oleh: Rustiani Widiasih*
Bahasa
Inggris telah diajarkan sejak siswa duduk di bangku Sekolah Dasar. Namun,
hingga duduk di bangku SMA masih banyak siswa masih mengalami kesulitan dalam bercerita bahasa
Inggris. Kebanyakan siswa kelas X di
tempat penulis mengajar, belum bisa bercerita (storytelling) naratif bebas
cerita yang telah mereka ketahui.
Padahal, cerita tersebut telah terekam di dalam ingatan mereka.
Contohnya, Cinderalla, Bawang Merah dan Bawang putih, Asal mula Telaga Ngebel, Snow White, Kancil dan buaya, dll.
Ada
beberapa penyebab siswa tidak bisa bercerita. Pertama, siswa terbiasa membuat
kalimat dengan bahasa Indonesia yang panjang dan berbelit-belit sehingga mereka
kesulitan untuk membuat
kalimat bahasa
Inggris (Jika dalam
bahasa Indonesia saja kalimat siswa tidak baik, apalagi kalimat dalam bahasa
Inggris). Kedua, Siswa belum menguasai kosa kata
(vocabulary) sehingga mereka kesulitan
untuk menghasilkan kalimat. Simpanan kosa kata siswa dalam memori mereka sangat
terbatas.
Ketiga, terbatasnya
kemampuan tata bahasa (grammar).
Sehingga. Mereka kesulitan berbicara dengan aturan yang benar.
Keempat, terbatasnya
kemampuan melafalkan kata-kata (pronounciation)
dengan benar. Kelima, siswa kesulitan dalam menyusun kalimat.
Kalimat yang dibuat sering
terbolak-balik. Keenam, sejak SD sebagian siswa sudah tidak suka
dan tidak bisa berbahasa Inggris. Ketujuh, bahasa Inggris disamakan dengan pelajaran lain yang bisa
dikuasai hanya dengan belajar saja. Pahadal, bahasa adalah keterampilan yang
harus diasah dan dilatih serta dipraktikkan.
Apabila dicermati, permasalahan-permasalahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: dari
faktor siswa sendiri, guru dan lingkungan siswa. Dari faktor guru, dalam
mengajar guru tidak menggunakan media yang tepat dan memudahkan. Lingkungan
siswa juga mempengaruhi proses belajar mengajar. Motivasi siswa dalam belajar bahasa
Inggris cukup rendah. Dalam mengikuti
pelajaran, siswa tidak fokus, gaduh, pasif dan malas.
Untuk
memecahkan permasalahan siswa tersebut dan untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang baik, penulis
menggunakan media Magic Paper.
Media
Magic Paper
Media
Magic Paper adalah hasil temuan penulis sendiri. Magic paper artinya adalah
kertas ajaib. Kertas tersebut berisi teks
cerita bahasa Indonesia yang harus dibaca dengan bahasa Inggris. Kertas itu
tampaknya sederhana. Namun untuk membuat teksnya, perlu pertimbangan kosakata
yang familier menurut siswa, bahasa
yang singkat dan kosa kata yang mudah dihafal. Intinya, teks harus singkat,
mudah, padat dan berisi.
Proses
belajar dan mengajar dengan media magic paper diharapkan dapat merangsang
kemauan dan kemampuan bercerita siswa. Mereka
diharapkan dapat bercerita bahasa Inggris dengan mudah dan benar. Media Magic
Paper mudah dipersiapkan, menarik, bermakna, cepat dan
hemat waktu. Selain itu, pembelajaran akan lebih bermakna
karena siswa mengetahui apa yang mereka katakan. Langkah pembelajarannya cukup
sederhana. Siswa diberikan media magic
paper, lalu membacanya dengan bahasa Inggris berulang-ulang. Lama-lama
siswa bisa menghafal cerita karena pada tahap membaca tersebut siswa juga
mengalami proses menghafal. Menghafal yang bermakna karena mereka mengetahui
apa yang sedang meraka katakan.
Media Magic Paper merupakan bentuk inovasi pembelajaran yang diilhami oleh teori Grammar Translation Method (GTM). Menurut Richards dan Rodgers (2001:5) GTM
pertama kali berkembang di daratan Eropa kira-kira sejak abad 17 hingga
pertengahan abad 20. Walaupun sarat dengan berbagai kritikan, GTM masih dipakai dalam beberapa program
pengajaran bahasa asing dewasa ini. Hal ini tidak terlepas dari pandangan
terhadap kelebihan-kelebihan GTM dengan mengabaikan kelemahan-kelemahannya.
Penulis adalah salah satu yang
mencoba mengambil sisi baik GTM dan mengganti sisi negatifnya dengan menemukan media
pembelajaran baru yaitu media magic paper.
Berikut ini adalah perbedaaan
prinsip GTM dan Media Magic Paper.
PRINSIP GRAMMAR
TRANSLATION METHOD
|
PRINSIP MEDIA MAGIC
PAPER
|
1.
Tujuan
mendasar adalah untuk dapat membaca literatur yang ditulis dalam bahasa
target (bahasa Inggris).
2.
Berfokus pada menerjemahkan bentuk tata
bahasa dan menghafal kosakata
3.
Aturan
tata bahasa disajikan secara eksplisit. Grammar diajarkan secara deduktif dan
kemudian dipraktekkan melalui latihan penerjemahan.
4.
Skill
utama yang dikembangkan adalah membaca dan menulis. Hampir tidak
ada pembelajaran berbicara dan
mendengarkan.
5.
Menguasai
tata bahasa dari bahasa asing sangat penting dalam rangka bagi siswa untuk
paham bahasa target tertulis.
6.
Kosakata
dipelajari dari daftar kata bilingual dari bahasa target ke bahasa ibu.
7.
Bahasa
ibu digunakan sebagai pengantar.
8.
Teks bacaan
ditulis dalam bahasa target dan diterjemahkan langsung ke dalam bahasa ibu.
9.
Pembelajar
bahasa tidak diharapkan untuk dapat menggunakan bahasa target untuk
komunikasi. Tidak ada waktu untuk menghasilkan kalimat mereka sendiri.
|
1.
Tujuan
mendasar adalah untuk dapat membaca literatur yang ditulis dalam ibu
(Indonesia) ke dalam bahasa Inggris
2.
Berfokus pada menerjemahkan frasa/kalimat
dan menghafal kosakata
3.
Aturan
tata bahasa tidak disajikan secara eksplisit. Pembelajaran ditekankan pada
istilah apa yang diucapakan untuk berkata ini dan itu (how to say.... in
English)
4.
Skill
utama yang dikembangkan adalah berbicara dan mendengarkan. Bisa
juga untuk mengembangkan keterampilan membaca dan menulis.
5.
Menguasai
tata bahasa dari bahasa ibu (Indonesia) dan bahasa target (Inggris)
dianjurkan bagi siswa agar paham
bahasa target tertulis.
6.
Kosakata
dipelajari dari daftar kata bilingual dari bahasa Indonsia ke bahasa Inggris.
7.
Bahasa
tergat digunakan sebagai pengantar.
Jika terpaksa bisa dikombinasikan menggunakan bahasa ibu.
8.
Teks
bacaan ditulis dalam bahasa Indonesia dan diterjemahkan langsung ke dalam
bahasa Inggris.
9.
Pembelajar
bahasa sangat diharapkan untuk dapat menggunakan bahasa target untuk
komunikasi. Sangat tersedia waktu untuk menghasilkan kalimat mereka sendiri
|
Berikut ini adalah contoh
media magic paper:
Pangeran
kodok: The Frog Prince
Puteri : princess
Jalan-jalan : going for a walk
Tiba-tiba : suddenly
Mencari : looked for
Menemukannya:
find it
Penyihir : witch
Setuju : agreed
|
Contoh teks
menggunakan GTM adalah sebagai berikut:
The
Frog Prince: Pangeran kodok
Princess : Puteri
Going
for a walk: Jalan-jalan
suddenly : Tiba-tiba
looked
for : Mencari
find it : Menemukannya
witch : Penyihir
agreed :
Setuju
|
Setelah
kedua media tersebut diujicobakan kepada siswa, media magic paper lebih efektif
dan efisien.
Hasil Pembelajaran
Setelah
menerapkan pengajaran menggunakan Media magic paper dalam dua siklus
pembelajaran, ada peningkatan nilai rata-rata siswa. Nilai rata-rata pada pre test
adalah 67,6, siklus 1 adalah 70,53 dan siklus 2 adalah 82,4. Skor rata-rata siswa dari masing-masing
elemen bercerita menunjukkan kemajuan juga. Pembelajaran dikatakan berhasil
karena sudah mencapai nilai standar ketuntasan minimum dan bahkan lebih tinggi.
Magic
paper telah terbukti dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam bercerita
karena Media Magic Paper memiliki beberapa keunggulan. Pertama, Mudah
dihafal. Ini disebabkan cerita pada magic paper
pendek dan kosa kata yang digunakan adalah yang familier bagi siswa.
Jika ada kosa kata baru, ditulis pada magic paper. Dalam membuat magic paper
guru harus mengetahui tingkat kemampuan kosakata siswa sehingga
siswa mudah menghafalkan. Ini juga bisa
memperdayakan Prior knowledge siswa. Selain itu juga memungkinkan untuk
menambah kosa kata baru karena kosa
kata bahasa Inggris yang dimungkinkan siswa belum mengetahuinya ditulis
di bawah karangan bahasa Indonesia.
Kedua,
Memudahkan dalam membuat kalimat yang
benar. Kalimat yang pendek membuat siswa terlatih untuk membuat kalimat yang
pendek pula. Selama ini siswa suka membuat kalimat yang panjang dan
berbelit-belit. Dengan magic paper siswa jadi tahu bagaimana cara membuat
kalimat yang baik dan benar.
Ketiga,
Memperbaiki tensis/ grammar.
Siswa menjadi tahu apa bahasa Inggrisnya frasa atau kalimat. Siswa tidak terlalu
dibebani dengan aturan pembuatan kalimat seperti apa namun siswa tahu apa
bahasa Inggrisnya kalimat tersebut. Ini
membuat tata bahasa siswa lebih bagus.
Keempat,
Menambah kelancaran berbicara. Tentu saja siswa lebih lancar karena siswa telah
mengingat jalan ceritanya. Dengan demikian siswa tahu urutan apa yang harus
diceritakan dari awal hingga akhir. Jika sesekali siswa lupa, siswa bisa
mengingat kembali jalan ceritanya lalu mengingat apa bahasa Inggrisnya.
Keenam,
Praktis. Sangat mudah untuk dibuat dan sangat sederhana. Ketujuh, Mempercepat
waktu persiapan bercerita. Siswa tidak memerlukan banyak waktu dalam mempersiapkan
diri untuk bercerita. Magic paper bisa
mempercepat peningkatan kompetensi siswa
dalam bercerita. Adanya cerita yang singkat dan penggunaan
kalimat-kalimat pendek, membuat siswa lebih cepat menghafalkan. Dengan
menggunakan Media magic paper siswa menjadi lancar berbicara
Kedelapan
meningkatkan jumlah kalimat yang bisa dibuat oleh siswa. Secara otomatis kemampuan membuat kalimat siswa bertambah.
Yang tadinya siswa hanya bisa membuat sedikit kalimat, setelah menggunakan
magic paper, jumlah kalimat yang dihasilkan siswa meningkat. Kesembilan, Meningkatkan
nilai siswa. Otomatis, jika semua unsur dalam bercerita dapat diperbaiki
kompetensi bercerita siswa juga bisa ditingkatkan
Melihat hasil temuan di atas, guru
yang
menghadapi masalah yang sama dalam mengajar bercerita dapat menerapkan Media
magic paper ini dalam pembelajaran
bercerita.
Daftar
Pustaka
Depdiknas. 2006.Dtandar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas Mata Pelajaran Bahasa
Inggris. Pemerintah Propinsi Jawa Timur: Surabaya
Richard,
Jack C dan Rodgers, Theodore S. 1986. Approaches and Language Teaching
*Rustiani
Widiasih adalah guru Bahasa Inggris SMA Negeri I Badegan.
Salah satu media yang paling saya anggap berhasil dalam pembelajaran.
BalasHapus