Anak
Pemecah Batu (bagian 1)
“P
|
ulang sekolah nanti,
habis makan, kamu langsung menyusul ibu di Sungai. Ada pesanan grosok [1]satu
rit besuk. Jangan lupa membawa palunya,” pesan ibuku saat aku berpamitan
berangkat sekolah.
“Iya, Bu,” jawabku singkat. Pesan
seperti itu selalu aku terima saat aku berpamitan berangkat ke sekolah. Aku
lalu menyusuri jalanan berbatu di desa Sampung. Kulihat dari kejauhan bapakku
dan beberapa orang sudah melakukan pekerjaannya sebagai pencari batu gamping[2].
“Heh...,”aku mengambil napas panjang.
Ada perasaan tidak enak melihat begitu beratnya pekerjaan yang harus
dilakukan bapak. Ia harus menggali, memukul, dan mengangkut batu gamping untuk mendapat beberapa puluh
ribu. Kadang-kadang dia mencari batu kali dan pasir untuk tambahan penghasilan.
Begitu pun pekerjaan ibuku. Jika sedang ada pesanan grosok seperti saat ini, ibu memukul batu kali yang besarnya
segenggam menjadi batu grosok. Pasir,
batu kali dan batu gamping tiada habis-habisnya walau setiap hari orang-orang
Sampung menggambilnya. Mungkin begitulah Tuhan memberi rezeki pada hambaNya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar