BERSAMA SISWA MERAIH PRESTASI DENGAN “7 S”



BAB I   PENDAHULUAN :
1.  Latar belakang masalah
            Tantangan utama seorang guru adalah menjadi guru yang professional. Guru  professional memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi professional, pedagogik, kepribadian dan sosial. Selain itu, seorang guru juga memiliki tantangan untuk melaksanakan tugas sebagai seorang guru. Guru  adalah  pendidik  profesional  dengan  tugas  utama  mendidik,  mengajar, membimbing,  mengarahkan,  melatih,  menilai,  dan  mengevaluasi  peserta  didik  pada pendidikan menengah atas dan pendidikan menengah kejuruan (Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru SMA/SMK  Berprestasi Tingkat Nasional, 2016). Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa  guru tidak hanya mengajar saja namun juga membimbing. Hal tersebut juga penulis lakukan karena selain mengajar penulis juga pembimbing extrakulikuler KIR dan Bahasa inggris.
Selain hal di atas, guru adalah seorang model. Setiap hari, guru dilihat siswanya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Siswa melihat gaya guru bicara, berjalan, duduk, berdiri dan bertingkah laku. Dalam hal ini tantangan guru harus mengesankan bagi siswanya. Siswa  akan terpengaruh dengan pola pikir seorang guru. Bagaimana guru berpikir dan menyelesaikan permasalahan, akan berpengaruh pada pola pikir siswanya. 
 Apa saja yang dilakukan guru akan menjadi model dan tauladan bagi siswa.  Guru yang menjadi model yang baik dan diteladani oleh siswanya adalah guru hebat. Maka itulah sebenarnya “pahala” seorang guru yang tidak disadari akan menjadi bekal di akherat yaitu ilmu yang bermanfaat. Oleh karenanya, guru harus menjadi model yang baik.
Guru berbeda dengan pabrik yang memproduksi barang. Guru menangani barang hidup. Oleh karena itu,  harus berhati-hati dalam menjalankan tugas mulia ini. Jika salah dalam mendidik, maka akan salah pula nanti produk pendidikan yang dihasilkan.  Sekali lagi, guru adalah pencetak manusia  bukan barang. Jadi,  mengajar siswa harus dengan hati karena harus mencetak generasi yang berkarakter dan jujur, butuh kerja keras dan kesabaran ekstra.
Dari uraian di atas bahwasannya tantangan utama guru adalah menjadi guru yang professional, melaksanakan tugas dengan optimal, menjadi model bagi siswa dan juga mengajar dengan hati, maka perlu adanya upaya untuk  menakhlukkan tantangan tersebut.
Untuk itu penulis berupaya untuk memecahkan permasalahan  dan tantangan yang dihadapi dengan menjadi guru profesional dengan bersama-sama siswa meraih prestasi dengan  menjunjung kejujuran dalam wadah extrakulikuler KIR dan Bahasa Inggris yang penulis bina.
2.  Permasalahan
            Bagaimana upaya yang dilakukan guru untuk menjadi guru professional dengan bersama-sama siswa meraih prestasi dengan menjunjung kejujuran?
3.  Strategi Pemecahan Masalah.
            Strategi yang dilaksanakan adalah dengan  “7 S” sebagai berikut:
1.    Saya Ikuti Kompetisi
2.    Saya Sebar  virus Prestasi
3.    Saya  Membaca dan Menulis
4.    Saya Fokus dan berkelanjutan
5.    Saya Datangkan Ahlinya
6.    Saya Beri Pengharagaan
7.    Saya Lakukan dengan tulus dan Jujur
4. Tahapan Operasional Pelaksanaan
            Tahapan operasional pelaksanaan  strategi yang dipilih adalah sebagai berikut:
1.    Sosialisasi dan dan pengenalan  Extra Kurikuler  kepada siswa baru pada saat MOS
2.    Rekrutmen anggota baru dan reformasi kepengurusan
3.    Melaksanakan  “7S”.






BAB II  IMPLEMENTASI BEST PRACTICE
1.  Alasan pemilihan strategi “7 S”
1.    Saya Ikuti Kompetisi
Dengan mengikuti kompetisi berarti  akan mengukur sejauh mana kemampuan diri, apakah sudah memiliki kompetensi yang mampu diandalkan sehingga mampu membimbing, mendidik dan membina anak didik menjadi siswa yang  juara, berkualitas dan berakhlak mulia. Penting juga untuk dapat menjadi pencerah dan motivasi bagi guru-guru lainnya. Selain itu, dengan mengikuti kompetisi  akan melihat kemampuan-kemampuan guru lainnya, tentunya ini akan sangat bermanfaat karena akan memberikan pencerahan baru yang akan bernilai positif terhadap pengembangan diri dan karier penulis sebagai seorang guru.
Mengikuti kompetisi itu bukan semata-mata menang atau kalah. Tetapi bisa menjalin pertemanan dengan banyak sekali orang-orang hebat! Penulis memanfaatkanlah momen-momen itu. Sewaktu  mengikuti kompetisi apapun itu, bisa  untuk menjalin pertemanan dengan sesama peserta
Mengikuti kompetisi-kompetisi semacam itu akan mempertemukan dengan banyak orang-orang hebat yang bisa menginspirasi.
Selain itu, mengikuti perlombaan bisa mengukur kemampuan diri sehingga bisa rendah hati. Lomba juga dapat melatih untuk bisa berjiwa besar karena, "di atas langit masih ada langit lagi." Orang yang tidak mau ikut kompetisi, biasanya akan merasa bahwa dirinya sudah cukup 'tinggi'. Padahal masih banyak orang-orang yang lebih hebat lagi.
Mengikuti lomba juga memacu sebuah kreativitas dan inovasi. Juga, mendapatkan informasi dan ide untuk menambah kreativitas. Dalam suatu perlombaan,  bukan menang kalah yang tetapi wahana untuk menambah  inovasi diri.

2.    Saya Sebar  virus Prestasi
Penyebaran virus berprestasi dilakukan agar siswa mempunyai keinginan untuk berprestasi.  Ada pepatah yang mengatakan bahwa harta jika dibagi akan habis namun ilmu jika dibagi akan bertambah. Untuk itu berbagi ilmu adalah bagian penting yang harus dilakukan agar ilmu semakin bertambah. Keuntungan adalah dapat berbagi ilmu pengetahuan atau keterampilan ke orang lain. Berbagi berarti memberikan suatu pengetahuan atau keahlian yang sebelumnya pernah dipelajari dari orang lain
Keuntungan berbagi dan menyebar virus prestasi  adalah  meningkatkan kemampuan sendiri, sebab sebelum berbagi, secara tidak langsung diharuskan untuk mempersiapkan materi yang akan diajarkan. Dalam mempersiapkan materi yang akan dibagikan, tentu saja harus mengulas kembali segala sesuatu yang pernah dipelajari atau menyusun semua pengetahuan serta keahlian yang sudah dipunyai dalam bentuk susunan materi.

3.    Saya  Membaca dan Menulis
Menulis adalah salah satu bentuk komunikasi untuk menyampaikan gagasan atau ide kepada orang lain melalui tulisan. Namun budaya literasi di negeri ini masih sangat rendah. Tidak banyak rekan guru yang suka menulis.
Seorang guru sangat perlu memiliki keterampilan menulis. Guru dituntut untuk membuat karya tulis dalam bentuk makalah, diktat, hand out, tulisan ilmiah populer, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi salah satu unsur kegiatan pengembangan profesi guru.
Menulis erat hubungannya dengan membaca. Membaca buku, akan menemukan lebih banyak inspirasi, motivasi, dan berbagai khasanah ilmu pengetahuan. Begitu juga bagi seorang penulis buku. Buku menjadi sarana menuangkan inspirasi, motivasi, dan menularkan ilmu. Dengan menulis, maka seorang penulis akan menjadi lebih ahli dalam bidang yang ditulis dan menemukan inspirasi-inpirasi baru untuk berkarya dalam sebuah buku. Namun, tidak semua orang mau menulis
            Penulis menulis baik  buku, modul maupaun  artikel. Ada buku yang telah diterbitkan dan ada pula yang belum. Untuk buku yang belum  diterbitkan, penulis menaruh buku pada perpustakaan karena dengan demikian banyak yang akan membaca  sehingga bisa memberi manfaat bagi orang lain. Agar banyak orang membaca tulisan penulis, penulis juga menulis pada blog dan juga mengirimkan tulisan penulis pada media massa.
            Setiap hari penulis menghadapi banyak masalah, seakan-akan masalah itu tidak ada putus-putusnya. Justru masalah yang penulis temukan sebenarnya adalah berkah. Karena penulis bisa mendapatkan permasalahan untuk  dicari solusinya dan diteliti sehingga bisa menjadi karya tulis. Selain itu, penelitian untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
            Oleh karena itu guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk PTK sungguh ironis. Masalah yang dirasakan sendiri oleh guru dalam pembelajaran di kelas merupakan awal dimulainya PTK. Masalah tersebut dapat berupa masalah yang berhubungan dengan proses dan hasil belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan guru atau hal-hal lain. Langkah menemukan masalah akan dilanjutkan dengan menganalisis dan merumuskan masalah, kemudian merencanakan PTK dalam bentuk tindakan perbaikan, mengamati, dan melakukan refleksi. Namun demikian harus dapat dibedakan antara pengamatan dengan refleksi. Pengamatan lebih cenderung kepada proses, sedangkan refleksi merupakan perenungan dari proses yang sudah dilakukan.
            Majalah sekolah mempunyai manfaat dan fungsi yang sangat besar bagi kemajuan dan perkembangan sekolah, selain sebagai tempat menyalurkan kreasi siswa, majalah sekolah juga bermanfaat untuk ajang promosi. Terlebih penting lagi, sebagai penunjang keterampilan dalam menulis dan menumbuhkan budaya literasi.
Dengan adanya media sekolah, maka minat membaca dan menulis siswa akan meningkat. Ini karena mereka merasa dihargai. Karya-karya kreatif dan orisinil yang mereka tulis mendapat tempat. Selain itu, mereka kan banyak membaca karena dengan membaca, mereka mendapatkan bahan untuk menulis.
            Menjadi tim redaksi majalah sekolah sejak awal menjadi guru hingga saat ini merupakan suatu kebahagiaan bagi penulis. Penulis bisa mengajak siswa penulis untuk menulisa dan bisa mengedit karya mereka hingga layak dimuat di suatu majalah. Catatan pengalaman penulis menjadi reviewer majalah dan buku bisa dilihat pada

4.    Saya Fokus dan berkelanjutan
Mengapa perlu fokus? Mengajar siswa SMA hanya  selama tiga tahun setiap siswanya.  Siswa setiap tahun berganti-ganti. Untuk Itu perlu fokus  dan terus menerus agar prestasi yang diraih bisa ajek.
Bagi penulis sikap fokus dan berkelanjutan sangat penting karena itu merupakan langkah untuk menjadi professional.
5.    Saya Datangkan Ahlinya
Mendatangkan ahlinya sangat membantu dalam mempercepat prestasi yang diraih.
6.    Saya Beri Pengharagaan
Penghargaan merupakan dorongan dari luar yang perlu pula diberikan agar siswa terdorong untuk berprestasi. Keberhasilan adalah dambaan dan impian setiap orang. Kata keberhasilan identik dengan kata prestasi. Setiap manusia apapun profesinya tentu akan mempunyai keinginan untuk berprestasi. Seseorang akan dikatakan memperoleh prestasi apabila bisa memenuhi standar yang ditentukan pada kriteria tertentu. Oleh karena itu, dengan berprestasi seseorang akan dapat menilai apakah dirinya sudah teruji atau belum. Setiap keberhasilan harus dihargai.

7.    Saya Lakukan dengan tulus dan Jujur
Ini adalah kunci kesuksesan dan rahasian kesuksesan. Ini adalah pengabdian. Guru harus melakukan pengabdian  pada masyarakat yang luas. Sosok professional guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila ada kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan mencari jalan keluar bersama peserta didik.
Guru bukanlah sekedar pekerjaan, guru adalah lebih dari sebuah pengabdian. Pengabdian kepada Allah SWT, pengabdian kepada masyarakat, pengabdian kepada siswa, yang membutuhkan bantuan dalam menggapai beragam ilmu pengetahuan.
Guru sebagai tenaga pendidikan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat tersebut. Untuk itulah guru dituntut memiliki pengabdian yang tinggi kepada masyarakat khususnya dalam membelajarkan anak didik. Bekerja atas panggilan hati nurani. Dalam melaksanakan tugas pengabdian pada masyarakat hendaknya didasari atas dorongan atau panggilan hati nurani. Sehingga guru akan merasa senang dalam melaksanakan tugas berat mencerdaskan anak didik.
Guru mempunyai tugas pokok yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan mendidik, mengajar dan melatih siswa. Dengan kata lain,  guru harus berkompetensi. Kompetensi itulah yang digunakan untuk menilai apakah seorang guru berkualitas atau tidak. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu: kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Jika seorang guru telah memiliki keempat kompetensi tersebut bisa dikatakan bahwa guru tersebut telah berhasil. Jika seorang guru berkemampuan melebihi standar yang dipersyaratkan menjadi profesional maka guru layak menjadi Guru Berprestasi. Guru berprestasi adalah guru yang bisa dikatakan guru yang berhasil.
Setiap perlombaan atau kompetisi adalah ajang untuk belajar. Penulis mengatakan kepada sisiwa penulis agar mereka berusaha melakukan yang terbaik dalam setiap kompetisi. biarkan juri menemukan pemenangnya.  Dalam sebuah kompetisi, tidak ada yang namanya kekalahan, yang ada hanyalah belum menang, karena karya yang dibuat belum pas di hati para juri. Siswa penulis pernah ikut dalam suatu lomba  menulis dan ternyata tulisanya  tidak lolos, kemudianpenulis mengikutkan tulisan kompetisi yang lain. Akhirnya, tulisan siswa tersebut  menjadi juara di ajang perlombaan lain.  Intinya, setiap perlombaan mempunyai criteria sendiri-sendiri. Harus pintar membaca selera juri dalam setiap perlombaan dan harus jujur dalam berkarya.

2.  Implementasi strategi pemecahann masalah
1.    Ikuti Kompetisi
Untuk mengajak siswa anggota ekstra berprestasi maka perlu adanya tim yang bertugas untuk menyediakan informasi lomba baik bidang KIR atau Bahasa Inggris. Setiap anggota terdaftar dalam ikatan ndengan WA sehingga komunikasi sangat mudah dilakukan. Setiap informasi lomba juga diupload pada WA. Siswa diarahkan untuk fokus pada bidang tertentu sesuai dengan  minat dan kemampuannya misalnya pada penulisan Karya tulis, essay, artikel, verpen, puisi,dall. Dalam bahasa Inggris siswa diarahkan pada story telling, speech, new reading, dll. Setiap siswa harus mengikuti salah satu perlombaan ang ada.



2.    Sebar  virus Prestasi
Siswa yang telah menang diwajibkan untuk berbagi pengalamannya pada anggota. Ini akan mendorong siswa lain terpacu untuk berprestasi. Selain itu siswa juga bisa menemukan inovasi dari apa yang telah ditemukan oleh temannya.

3.    Membaca dan Menulis
Siswa dan juga guru wajib membaca.   Setiap bulan anggota harus berbagi tentang buku apa yang telah dibaca dalam waktu satu bulan. Kegiatan tukar buku juga dilakukan agar semakin banyak wawasan yang dimiliki. Penulis membuat kelompok literasi pula agar siswa suka membaca buku.

4.    Fokus dan berkelanjutan
Tidak ada kata menyerah. Jika siswa fokus dan terus menerus maka keberhasilan pasti bisa diraih.
5.    Datangkan Ahlinya
Untuk mencapai tuuan lebih cepat sesekali penulis mengajak siswa untuk berguru pada  ahlinya seperti penulis buku, juara kepenulisan, dan lainnya.

6.    Beri Pengharagaan
Penghargaan tidak selalu berupa materi. Setiap siswa yang memperoleh kejuaraan  harus diumumkan waktu upacara. Ini juga bertujuan untuk menyebarkan virus prestasi.
7.    Lakukan dengan tulus dan Jujur
Waktu tersita sudah pasti. Siswa yang ikut lomba dan guru yang membimbing pasti akan sangat sibuk. Namunjika tulus dan ikhlas dilakukan maka ada yang  akan membalasnya  yaitu pretasi.



4.  Kendala-kendala yang dihadapi dalam melaksanakan strategi yang dipilih
            Dalam melaksanakan “7S” adalah  kurangnya tenaga dan waktu untuk melaksanakan langkah tersebut seorang diri. Untuk itu perlu adanya tim dan pembimbing lain yang bisa membantu.



5.  Faktor-faktor pendukung
            Dukungan dari sekolah adalah factor yang sangat mendukung keberhasilan program. Selain itu, motivasi siswa yang sangat antusias menjadi kekuatan yang luar biasa.

6.  Alternatif pengembangan
            Untuk mengembangkan proram ini perlu adanya komitmen yang kuat dari guru dan juga sekolah. Tanpa ada etos kerja yang kuat maka tidak akan mungkin berhasil.


BAB III  KESIMPULAN & REKOMENDASI OPERASIONAL: (2 halaman)
1.  Simpulan
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa  upaya guru untuk me menjadi guru profesional, bersama  siswa meraih prestasi dengan  menjunjung kejujuran dengan “7 s” dapat berhasil mengantarkan siswa maraih siswa dan guru meraih prestasi.

2.  Rekomendasi operasional
            Melihat keberhasilan upaya tersebut maka in “7S” dapat dilaksanakan di selolah lain.