BTK dan EPP


 Oleh: Rustiani Widiasih

Menjadi guru bahasa Inggris di sekolah pinggiran adalah tantangan bagi saya. Sejak SMP, Sebagian besar murid saya menganggap bahasa Inggris adalah pelajaran  sulit sehingga mereka tidak memiliki rasa suka terhadap bahasa Inggris. Menurut siswa, alasan paling mendasar yang membuat bahasa Inggris itu sulit adalah ketidakpahaman mereka terhadap teks atau ucapan bahasa Inggris. Itu semua disebabkan minimnya simpanan kosakata pada memori mereka. Memang, kosakata memegang peranan penting dalam penguasaan Bahasa Inggris karena pada dasarnya ucapan, kalimat dan teks adalah kumpulan dari kosakata.

Jarangnya menggunakan bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari juga menjadikan  siswa minim kosakata.  Bahasa sehari-hari yang digunakan siswa adalah bahasa daerah (Jawa) sedangkan bahasa kedua adalah bahasa Indonesia. Bahasa Inggris bagi siswa saya adalah benar-benar bahasa asing (foreign language).  Ini sangat jauh berbeda dengan negara yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (second language) misalnya Malaysia dimana bahasa Inggris digunakan berdampingan dengan bahasa Melayu.  Sedangkan kebanyakan siswa di Indonesia, Bahasa daerah digunakan berdampingan dengan bahasa Indonesia.

Selain itu,  siswa hanya belajar bahasa Inggris di sekolah saja. Apalagi, saat ini jam untuk pelajaran bahasa Inggris berkurang dari empat jam perminggu menjadi dua jam saja per minggu. Para siswa di sekolah saya juga jarang ada yang ikut les bahasa Inggris. Maka dari itu,  harapan untuk berbahasa Inggris  hanyalah di sekolah.

Adanya pendapat siswa bahwa bahasa bahasa Inggris adalah pelajaran yang sulit, membuat kebanyakan siswa tidak menyukai Bahasa Inggris. Akibatnya, minat mereka terhadap bahasa Inggris rendah. Jika rasa senang terhadap bahasa Inggris saja tidak mempunyai, apalagi kemauan untuk belajar. Padahal,  Menurut Yusmansyah (2008: 44)  tanpa rasa senang akan sulit bertahan dalam belajar terutama jika menghadapi bagian-bagian yang sulit dicerna. Dua hal yaitu merasa sulit dan merasa tidak suka seakan menjadi alasan terpenting bagi siswa saya dalam mempelajari bahasa Inggris. Jika sudah demikan, pastilah kemampuan berbahasa Inggris siswa juga rendah.

Itulah yang menjadikan penulis tertantang untuk  menemukan cara  dan terus memotivasi agar para siswa berubah  dari merasa sulit menjadi merasa mudah dan dari tidak suka menjadi suka terhadap bahasa Inggris sehingga kemampuan berbahasa Inggris siswa meningkat.  Hal itu sesuai dengan pendapat Rais (2009:69) bahwa kunci sukses pekerjaan  guru adalah kemampuan dalam memotivasi siswa untuk terus meningkatkan prestasinya. Tanpa motivasi, semudah apapun pelajaran yang dihadapi, siswa tidak akan pernah mau untuk mempelajarinya. Guru harus membuat siswa senang terhadap pelajaran tersebut.  

     Karena itu, penulis  harus mampu membuat siswa merasa senang terhadap bahasa Inggris dan juga memiliki motivasi instrinsik untuk belajar bahasa Inggris. Penulis yakin bahwa tanpa kedua hal diatas maka tujuan pembalajaran tidak akan tercapai.

Untuk dapat membuat siswa senang terhadap materi yang diajarkan, saya berupaya membuat siswa senang kepada gurunya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat  Hakim, yang mengatakan bahwa ketidaksenangan terhadap guru atau dosen akan menyebabkan siswa/mahasiswa tidak menyukai pula pelajaran yang diajarkan (2005: 59).

Selain itu siswa juga harus dimotivasi untuk memiliki motivasi instrinsik. Motivasi ini akan memberikan dampak yang besar terhadap hasil belajar. Menurut pendapat Hakim (2005: 29-30),  Bila seseorang  siswa/mahasiswa melakukan aktivitas belajar karena dodorong oleh motif intrinsik, siswa atau mahasiswa tersebut akan dapat belajar dengan inisiatif sendiri tanpa harus didorong oleh orang lain seperti orang tua, guru atau dosen. Dengan kata lain, motivasi instrinsik itu akan memungkinkan seorang siswa/mahasiswa bersikap mandiri  dalam melaksanakann aktivitas belajar.

Dengan pijakan pendapat tersebut,  saya menciptakan BTK (Bank Tabungan Kosakata) dan EPP (English Plus Point).  Bank kebanyakan adalah tempat untuk menabung uang. Namun, Bank Tabungan Kosakata  ala penulis adalah tempat  menabung kosakata. Dengan adanya Bank Tabungan Kosakata, siswa akan terus berupaya untuk menambah perbendaharaan kosakatanya. Disini siswa tidak hanya menabung kata-kata saja, melainkan phrasa dan kalimat baru.

            Sedangkan EPP (English Plus Point) adalah penilaian atau pemberian point terhadap  kegiatan apa saja yang bisa mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Ini adalah wujud penghargaan kepada siswa yang telah melakukan suatu persiapan dan latihan.  Dalam hal ini, siswa akan merasa apa yang dilakukannya sangat berharga.

CATATAN SEORANG GURU TENTANG KEBIJAKAN SBY DI BIDANG PENDIDIKAN


Oleh: Rustiani Widiasih

Selama SBY menjabat sebagai presiden Indonesia yaitu pada tahun 2004 sampai tahun 2014, saya mencatat kebijakannya dalam bidang pendidikan. Tentu saja apa yang saya uraikan ini sebatas yang saya ketahui saja. Saya yakin sekali ada banyak kebijakan SBY dalam bidang pendidikan yang tidak saya ketahui.

Saya adalah seorang guru yang selalu  memandang setiap kebijakan SBY dari dua sisi yaitu sisi positif dan negatifnya. Jika saya amati, SBY sudah sangat tepat  dalam mengambil kebijakan dalam bidang pendidikan. Namun sayangnya dalam pelaksanaan selalu saja ada sisi negatif yang dilakukan oleh oknum tertentu. Inilah yang sangat saya sayangkan. Setiap kebijakan yang bagus, sering disalahgunakan dan dibelokkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Berikut ini akan saya uraikan satu-per satu kebijakan SBY dalam bidang pendidikan. Tentunya yang saya ketahui dan saya rasakan sebagai seorang guru yang terjung langsung dalam dunia pendidikan.

Pada tahun 2007, saya beserta ribuan guru Bantu dan guru honorer di seluruh Indonesia diangkat menjadi CPNS. Ini termasuk kebijakan yang luar biasa. Betapa tidak, pada waktu itu cukup sulit untuk menjadi PNS. Jika ada tes CPNS, kuota yang ada hanya sedikit. Sedangkan pelamarnya banyak sekali. Selain itu,  pengangkatan kami semua tanpa menggunakan biaya sepeserpun. Keputusan pemerintahan SBY ini menurut saya sangat bijaksana karena banyak diantara kami yang telah mengabdi puluhan tahun lamanya. Ini bisa dijadikan patokan awal penjenjangan masa kerja guru honorer. Saya mengatakan bahwa kebijakan SBY tersebut adalah  wujud penghargaan atas  pengabdian para guru honorer.

Untuk menjadi guru honorer, harus memiliki surat keterangan mengajar di suatu instansi yang ditandatangani oleh kepala sekolah. Disinilah kebijakan SBY yang bagus dinodai oleh ulah oknum kepala sekolah yang dengan mudahnya memberikan surat keterangan kepada guru yang sesungguhnya tidak pernah mengajar pada sekolah tertentu. Karena tidak adanya pengawasan yang ketat, akhirnya guru tersebut bisa lolos menjadi guru honorer yang diangkat menjadi CPNS. Itulah yang terjadi.

SBY menurtku sangat peduli terhadap masalah pendidikan. Saya masing ingat ketika SBY akan menjadi presiden yang kedua kalinya, slogan SBY dalam membangun dan mengembangkan bidang pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan yang murah, mudah, merata dan berkualitas. Slogan ini  sara rasakan terbukti dan bukan slogan semata.  Buktinya adalah  dikeluarkannya  kebijakan, sejak tahun 2009 anggaran pendidikan telah mencapai 20% dari APBN. Hal ini merupakan yang pertama dalam sejarah Indonesia. Peningkatan anggaran tersebut merupakan salah satu bukti kuat bahwa SBY benar-benar peduli dalam bidang pendidikan.

Pada masa pemerintahan SBY,  munculllah istilah sertfikasi guru. Dimana, guru harus mempunyai serifikat sebangai guru profesional dan jika telah memenuhi persyaratan, guru berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok perbulannya. Sungguh, itu bukan jumlah uang yang kecil. Maksud SBY adalah untuk peningkatan kualitas pendidikan dan tentunya kesejahteraan guru.  Kebijakan ini menimbulkan rasa iri bagi para PNS non guru. Saya pribadi merasakan bahwa jumlah unag itu terlalu besar jika dibandingkan dengan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

                          Saya pribadi masih bertanya-tanya apakah saya layak disebut sebagai guru profesional. Memang tugas saya sebagai guru sudah saya lakukan yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Namun satu hal saya selalu belajar dan berusaha untuk melakukan tugas dengan tanggung jawab dan terus meningkatkan kualitas diri. Yaitu kualifikasi akademik, sertifikat pendidik, dan empat kompetensi: pedagogis, profesional, sosial, dan kepribadian. Semoga!

Namun, saya melihat sendiri banyak guru menggunakan uang tunjangan sertifikasi untuk meningkatkan kekayaan pribadi tanpa mau menggunakannya untuk peningkatan kualitas diri sebagai seorang guru misalnya untuk studi lanjut, membeli buku, sarana, prasaranan dan media mengajar dan penunjang pendidikan lainnya. Miris hati saya kala meilhat para guru jusru berlomba-lomba membeli kendaraan yang bagus, membangun rumah yang bagus tanpa mau  mengeluarkan untuk peningkatan mutu pendidikan. Disinilah perlu adanya evaluasi dan peninjauan ulang terhadap penerimaan tunjangan serfifikasi guru. Saya selalu memandang suatu kebijakan dari dua sisi,  adanya tunjangan setifikasi guru dalam satu sisi bisa meningkatkan pendidikan namun dalam sisi lain jumlah yang besar tersebut tidak signifikan dengan kemajuan yang diperolah.

Selain memperhatikan kesejahteraan guru, Pak SBY mencanangkan adanya Bantuan Operasional Sekolah (BOS), mulai dilaksanakan pada Juli 2005. Program SBY ini belum pernah dijalankan pada masa pemerintahan sebelumnya. Dana BOS digunakan untuk operasional sekolah-sekolah tingkat SD dan SMP di seluruh Indonesia. Dana BOS juga digunakan untuk program rehabilitasi gedung sekolah sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan bermutu dengan memperbaiki dan menambah prasarana fisik sekolah. Dengan dana BOS, biaya pendidikan siswa juga bisa ditekan bahkan digratiskan. Bahkan, kini juga ada BOS untuk SMA. Saya sebagai seorang guru merasa sangat terbantu dengan adanya dana BOS ini. Mengapa?  Saya tidak perlu repot lagi untuk menarik SPP siswa. Siswa bisa belajar secara gratis.  

Saya terheran-heran ketika membaca berita ada seorang siswa di Kupang, Nusa Tenggara Timur dikeluarkan oleh pihak sekolah karena tidak mampu membayar uang SPP. Bahkan,  untuk memenuhi kewajiban SPP selama ini siswa tersebut dipekerjakan sebagai petugas cleaning service.  Saya bertanya-tanya, apakah sekolah tersebut tidak menerima dana BOS? Apa para gurunya tidak menerima tunjangan profesi sehingga tidak bisa membantu siswa yang miskin tersebut?

Selain itu ada lagi kasus Penyelewengan Dana BOS di SMKN 1 Sukoharjo yang dilakukan oleh guru yang berstatus sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Guru tersebut telah  menyelewengkan dana rintisan BOS sebesar Rp 100 juta lebih. Inilah yang kadang membuat coretan hitam atas pemerintahan SBY yang sering membuat saya tidak terima.  Kurangnya pengawasan dan sangsi adalah penyebab utamanya.

Pada masa pemerintahan  SBY  juga ada beasiswa yang dilaksanakan secara terprogram.  Beasiswa tersebut diperuntukkan  buat siswa yang tersistem oleh pemerintah sehingga dapat dijalankan sistematis. Ya, pak SBY membuat sistem beasiswa resmi yang dikelola oleh pemerintah. Untuk jenjang rendah sampai SMA, pemerintah mencanangkan BSM (Bantuan Siswa Miskin). Siswa di sekolah saya yang tidak mampu juga merasa sangat terbantu dengan adanya BSM ini.

Dalam bidangn beasiswa, saya juga mendengar istilah Program Keluarga Harapan (PKH), serta memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga miskin dengan syarat mereka mengirimkan anaknya ke bangku sekolah. Dengan demikian, di sekolah anak tidak mampu mendapatkan bantuan  BOS dan orang tua yang tidak mampu juga mendapatkan PKH.  Itu semua adalah wujud nyata kepedulian SBY dalam bidang pendidikan.

Pada jenjang perguruan tinggi, ada beasiswa untuk mahasiswa yang tidak mampu. Dimana program ini ditujukan bagi anak-anak dari keluarga miskin yang memiliki kecerdasan secara akademik. Program ini memberikan uang kuliah, ditambah uang saku sekitar Rp 600.000 per bulan.Tentu masih segar dalam ingatan kita semua, ada mahasiswa bernama Raeni (21 tahun), anak tukang becak yang meraih IPK 3,96 dan menjadi lulusan terbaik Universitas Negeri Semarang. Raeni menyelesaikan pendidikan Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) dengan waktu 3,5 tahun. Ya, Raeni adalah salah satu penerima beasiswa Bidikmisi. Pemerintahan  SBY sejak 2010 melalui Bidikmisi memberikan beasiswa untuk mahasiswa dari keluarga kurang mampu namun berprestasi.

Saya sebagai seorang guru merasa sangat bangga dengan adanya  program ini. Betapa tidak? Siswa berprestasi  saya  yang berasal dari keluarga tidak mampu bisa melanjutkan kuliah dengan beasiswa Bidikmisi tersebut.  Ini bisa memutus tali kemiskinan dalam suatu keluarga. Saya sutuju sekali bahwa pemutusan lingkaran kemiskinan hanya bisa diputuskan dengan pendidikan yang tinggi. Saya sungguh salut dan simpatik terhadap adanya Bidikmisi. Bahkan kini juga ada  program Beasiswa SBY yang baru diluncurkan tahun ini, khusus untuk beasiswa level magister dan doktoral. Semua program itu resmi, tersistem, dan dikelola oleh pemerintah. Luar biasa! Tidak ada alasan kemiskinan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya. Beasiswa sangat penting keberadaannya bagi sebagian masyarakat Indonesia. Sesungguhnya pemerintah sudah menyediakan itu dengan lengkap dari jenjang terrendah sampai jenjang tertinggi pendidikan. Adanya beasiswa bagi keluarga tidak mampu dapat mengurangi kesenjangan dalam akses pendidikan dan kualitas pendidikan, baik pada keluarga berpenghasilan rendah maupun daerah yang tertinggal.

Yang terakhir, Kurikulum 2013. Kurikulum ini memang sempat menimbulkan kontroversi terutama dari waktu pelaksanaannya yang terkesan tergesa-gesa. Dengan kurikulum ini siswa Indonesia bukan hanya dibekali  dengan unsur inteletual, nilai dan angka, melainkan juga karakter, kepribadian, kepepimpinan dan kreativitas dan juga spiritual.

Menurutku, kurikulum memang harus berubah untuk mempersiapkan generasi sekarang agar mampu menjawab tantangan masa depan.  Itu semua ditujukan agar lulusan dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan masyarakat dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, karena punya keahlian (wiraswasta). Substansi perubahan kurikulum 2013 adalah perubahan pada: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), Standar Proses, dan Standar Penilaian.

Jika banyak rekan guru merasakan keberatan dengan adanya kurikulum 2013, saya adalah salah satu guru yang mendukung pelaksanaan kurikulum 2013. Mengapa? Saya merasakan sendiri perbedaan dampak kurikulum terhadap pembentukan karakter siswa. Pada kurikulum sebelumnya, ukuran anak pandai hanya ditentukan oleh pencapaian nilai berupa angka saja. Kini, anak juga harus berkepribadian, berketerampilan, beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME.

Pada pelaksanaan kurikulun 2013, pemerintah menyediakan buku-buku yang berkualitas agar makin mencerdaskan siswa dan membentuk karakter siswa. Hanya saja untuk bisa mengaplikasikan isi buku tersebut perlu adanya perbaikan kualitas guru yang menjadi pilar pendidikan yang mencerdaskan bangsa.  Sampai saat ini buku belum terdistribusikan secara menyeluruh namun untuk mengurangi permasalahan buku pemerintah telah memberikan CD buku peganagan guru dan juga pegangan siswa.  Dalam hal ini, banyak rekan guru mencacat pelaksanaan kurikulum 2013 yang belum siap. Saya pribadi  selalu mencari solusi dari setiap permasalahan yang saya hadapi. Oleh karenanya saya berusahan untuk membuat modul sendiri dengan berpedoman dari silabus yang sudah ada. Pada prinsipnya, tiada ada manusia yang sempurna namun banyak manusia selalu menuntut kesempurnaan tanpa melihat dirinya sendiri. Menilai orang itu sangat mudah dan menilai diri sendiri itu jauh lebih penting daripada menilai keburukan orang.  Begitupun SBY yang banyak dikritisi orang lain. Belum tentu orang yang mengkritisi tersebut lebih baik dari SBY.

 Saya juga merasakan bahwa pemerintahan SBY berusaha untuk  memperluas penerapan dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung kinerja penyelenggaraan pembangunan di bidang pendidikan.  Semua mata pelajaran dianjurkan untuk berbasis TIK sehingga tidak ada mata pelajaran TIK. Pelajaran TIK kini menjadi Bimbingan Konseling TIK (BK TIK). Saya setuju dengan adanya perubahan ini karena saya bisa meminta bantuan guru TIK jika ada kesulitan saya dalam mengaplikasikan TIK dalam kegiatan pembelajaran saya. Saya merasakan bahwa penggunaan teknologi informatika dalam proses pengajaran akan menunjang proses belajar dan mengajar agar lebih efektif dan berkualitas.

Kurikulum 2013 memang baru mulai dilaksanakan, sejauh ini masih banyak pro dan kontra dalam masyarakat, apalagi sosialisasinya belum terlaksana secara menyeluruh bagi semua guru. Saya menyadari kurikulum hanyalah buatan manusia, pasti selalu ada kekurangan dan kelemahannya. Maka saya sebagai guru yang menjadi uung tombak pelaksana kurikulum 2013  harus memaksimalkan proses pendidikan agar memperoleh hasil yang baik. Juga, harus meminimalkan kelemahan dan kekurangan kurikulum 2013 agar tujuan awal perubahan kurikulum bisa tercapai.

Tanpa melihat kelemahan pelaksanaan kurikulum 2013, saya tetap salut pada kebijakan SBY dalam bidang pendidikan. Bagaimanapun, SBY telah memberikan warisan positif bagi pemerintahan berikutnya di bidang pendidikan. Tinggal melanjutkan dan menyempurnakannya.


 ***

Jangan Hirauakan Bisikan Hati



Jangan Hiraukan Bisikan Hati

          Saya merasa terheran-heran dengan apa yang saya alami. Mengapa semua kegiatan harus terjadi pada waktu yang bersamaan? Mungkinkah ini hanya kebetulan saja atau memang saya kurang peka terhadap peringatan Allah. Entahlah.
          Pada bulan Agustus lalu, saya menyelesaikan naskah best practice saya. Alhamdulillah saya merasa dimudahkan dalam menyelesaikan naskah saya itu. Saya mengirimkan naskah saya kepada panitia sebelum batas waktu yang ditentukan. Biasanya, saya menyelesaikan pas pada waktu deadline. Seperti biasa setelah mengirimkan saya pasrahkan saja hasilnya pada Allah. Saya tidak mau berharap banyak karena naskah ditolah itu sudah biasa bagi saya. Yang penting saya sudah berusaha.
          Setelah saya mengirim, saya membuka Facebook. Saya membaca dosen saya mempromosikan kegiatan Konferensi TEFLIN pada tanggal 7-9 Oktober 2014  di Solo. Saya baca pembicara utamanya orang-orang yang sangat luar biasa.  Saya tertarik untuk mengikutinya. Lalu saya meminta izin terlebih dahulu kepada atasan. Atasan pun mengizinkan. Pada saat saya mendaftarkan, ada bisikan hati saya yang mengatakan bahwa kegiatan TEFLIN akan bersamaan dengan kegiatan presentasi Best Practice.  Namun karena saya kurang peka, saya tidak menghiraukan bisikan hati saya. Saya akhirnya mendaftar ikut TEFLIN.  
          Tepatnya pada tanggal 28 September, kepala sekolah mengabarkan kalau saya termasuk guru yang akan dikirim untuk mengikuti kegiatan penyusunan KTSP oleh Dinas Pendidikan pada tanggal 7-8 Oktober. Mendengarnya saya shok karena saya pada tanggal yang sama saya harus pergi ke Solo. Kepala sekolah menyerankan saya untuk pergi ke Kantor Dinas Pendidikan agar nama saya diganti karena saya sudah mendapatkan tugas dari sekolah pada hari dan tanggal yang sama.
          Saya pun melakukannya. Dinas tidak mempermasalahkan pergantian peserta. Alhamdulillah. Saya merasa lega. Berarti, saya bias pergi ke Solo. Saya sudah membuat janji dengan teman kuliah saya dulu untuk bertemu. Saya sudah berjanji membawakan makanan kesukannya yang merupakan makanan asli di daerah saya. Saya sudah merencanakan keberangakatan dengan teman-teman sekota saya. Dan bahkan, saya sudah memesan penginapan. Intinya, saya siap berangkat ke Solo.
          Tahu apa yang terjadi? Tepatnya pada tanggal 3 Oktober saya mendapatkan telepon dari Jakarta. Intinya naskah best practice saya masuk nominasi dan saya harus presentasi pada tanggal 7-9 Oktober 2014. Saya terheran-heran dan rasanya tidak percaya. Mengapa harus pada tanggal itu? Setelah lama saya merenung, sebenarnya kunci utamanya adalah saya tidak mendengarkan kata hati saya. Ya, saya tidak memperdulikan bisikan lembut yang sebenarnya itu adalah peringatan bagi saya. Saya sangat egois dan serakah mungkin.
          Itu semua sudah terjadi. Kenyataannya semua  kegiatan terjadi pada tanggal yang sama. Saya harus memilih salah satu. Pastinya saya saya pilih ke Jakarta untuk presentasi best practice dan mengurungkan kegiatan  TEFLIN di Solo. Aku akhirnya memilih presentasi Best Practice saya. Mohon doanya pembeca sekalian.

Momen Penting Bagi Anak

     Kenangan indah bersama orangtua akan selalu terekam dalam ingatan anak. Saya sendiri merasakannya. Saya  masih ingat ketika saya masih duduk di bangku SD pernah diajak bapak saya pariwisata ke Borobudur. Padahal, saya  waktu itu masih kecil. Saat ini bapak saya sudah tiada namun saya masih mengingat semua kenangan indah bersama bapak saya.
     Mini saya menjadi orang tua yang mempunyai anak. Saya berusaha untuk menemani anak saya bertumbuh kembang. Saya tidak mau melewatkan momen penting dalam hidup anak saya. Banyak sekali masa-masa dimana anak saya memerlukan saya. Misalnya ketika perpisahan, tour, kegiatan drumband, pementasan seni tari, pawai, dan masih banyak lagi.
     Betapa senangnya saya bisa menemani anak-anak saya pada momen penting dalam hidupnya.

Ananda Azka ketika akan Karnaval  Bhenika Tunggal Ika.


     Peran saya ketika momen penting itu tidak akan bisa tergantikan oleh siapa saja. Akan berbeda sekali jika ananda didampingi oleh pengasuhnya. Walau sesibuk apapun, aku tidak mau melewatkan kenangan indah bersama ananda.Semoga kenangan indah itu mengantarkannya untuk menjai anak sholehah. Amiin.

Menjadi Guru adalah Pilihan


Mempersiapkan bahan ajar

     Mungkin aku adalah orang yang beruntung karena aku mempunyai hobi yang sekaligus menjadi profesiku.  Mengapa saya katakan demikian? Karena banyak teman yang menjadi seorang guru karena terpaksa dan bukan menjadi pilihan sejak awal. Sehingga menjalani profesi guru hanya sebatas bekerja untuk mencari uang dengan cara mengajar.
      Aku sering mendengar guru mengeluh karena anak didiknya tidak memperhatikan penjelasannya. Ada pula yang siswanya tidak merespon terhadap apa yang dikatakannya. Kalo aku tidak demikian. Jika saya mengajar, anak-anak aku fokuskan dulu pikirannya. Aku beri motivasi sehingga mereka merasa butuh ilmu yang aku sampaikan. Dampaknya, anak-anak memperhatikan saya.
     Ada teman saya yang sering mengeluh jika mendapati anak-anak yang nakal. Bahkan dia sering menghukum anak, memarahi anak, mengolok-olok anak didik dan juga bersikap sinis terhadap anak nakal. Dia tidak mau memberikan pengarahan, melakukan pendekatan, mengajak berbicara atau melakukan home visit agar tahu benar keadaan keluarganya. Aku tidak demikian. Aku sangat memperhatikan anak didik saya terutama anak yang wali kelasnya adalah saya.  Pernah dulu saya mempunyai anak yang sangat nakal. Semua guru selalu mengeluh kepada saya akan kenakalannya. Lalu saya dekati ternyata dia adalah anak yang membutuhkan perhatian. Maka saya memperhatikannya. Dia berhasil naik kelas. Namun wali kelas yang baru kurang mempedulikannya sehingga dia kini keluar.
      

   Mengajar adalah hobiku

  Saya berusaha untuk menjadi guru inspiratif seperti bu Muslimah yang bisa melahirkan anak yang pandai seperti Andrea Hirata. Pada tahun 2008 saya pernah mendapatkan kesempatan bertemu dengan bu Mus pada acara HUT GURU di Istora senayan.  Pada kesempatan itu bu Mus berpesan kepada saya, "Jadilah guru yang inspiratif karena guru akan dikenang siswanya sepanjag masa". Semoga. Amiin.